Saatnya ‘Kartini Muda’ Fatayat NU Garut Melek Literasi

Ingat, kalau dulu tidak ditemukan surat-surat Kartini dalam perjuangan mengenai penindasan yang dirasakan pribumi, mungkin tidak ditemukan jejak kepahlawan Kartini.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 20 Mei 2024, 09:00 WIB
Puluhan anggota Pengurus Cabang (PC) Fatayat, Nahdlatul Ulama (NU) Garut, Jawa Barat, mengikuti kelas literasi menulis selama dua hari untuk memperingati HUT ke-74 Fatayat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Puluhan anggota Pengurus Cabang (PC) Fatayat, Nahdlatul Ulama (NU) Garut, Jawa Barat, mengikuti kelas literasi menulis selama dua hari untuk memperingati HUT ke-74 Fatayat.

"Kegiatan ini terbagi dalam dua season selama dua hari, satu sesion ada sekitar 50 pengurus perwakilan PAC (Pengurus Anak Cabang)," ujar Ketua PC Fatayat Garut Ai Sadidah Addawamie, di sela-sela kegiatan workshop writing for women empowermen, di Aula PCNU Garut, Sabtu (18/5/2024).

Menurutnya, kegiatan kelas menulis Fatayat NU 2024, diharapkan menjadi solusi memasyarakatkan budaya menulis di kalangan aktivis perempuan para ‘Kartini Muda’ di Garut.

"Hasilnya dari kegiatan ini kami berharap mampu menghasilkan satu buku," kata dia.

Dalam buku itu ujar Dia, ragam kegiatan kemasyarakatan dan pengabdian Fatayat NU PCNU Garut, mampu terdokumentasi dan terpublikasi dengan baik.

"Minimal kami memiliki rekam jejak literasi baik tulisan maupun jejak digital yang bisa dinikmati masyarakat," ujar Ai menegaskan.

Menghadirkan dua narasumber penulis sekaligus wartawan media nasional, plus seorang fasilitator, kalangan kartini muda di bawah PCNU Garut itu, diajari bagaimana menulis naskah sebuah tulisan baik esai, berita hingga bentuk penulisan lain.

"Menulis itu soal pikiran kita, kalau otaknya sudah berisi banyak pikiran, gak akan sulit menulis itu," ujar Feri Purnama, salah satu narasumber dari Kantor Berita Antara.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Modal Dasar Menulis

Puluhan anggota Pengurus Cabang (PC) Fatayat, Nahdlatul Ulama (NU) Garut, Jawa Barat, mengikuti kelas literasi menulis selama dua hari untuk memperingati HUT ke-74 Fatayat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Menurutnya, modal utama seorang penulis itu adalah banyaknya informasi yang dimiliki untuk menjadi tulisan atau karya literasi. “Kalau belum ada ya membaca lagi membaca lagi dan membaca lagi,” ujar dia mengingatkan.

Dosen Universitas Garut (Uniga) itu menyatakan, banyaknya informasi yang diperoleh dari membaca merupakan modal dasar untuk menghasilkan sebuah tulisan.

"Kalau malas membaca jangan harap bisa menulis, dulu ada istilah calistung, membaca dulu baru tulis baru menghitung," ujar dia.

Dalam kesempatan itu, selain mengajarkan teknis penulisan sebuah naskah, tak ketinggalan disampaikan motivasi hingga tekad kuat untuk menjadi seorang penulis.

“Kalau dulu tidak ditemukan surat-surat Kartini dalam perjuangan mengenai penindasan yang dirasakan pribumi, mungkin tidak ditemukan jejak kepahlawan Kartini,” kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya