Kisah Sufyan Ats-Tsauri, Selalu Menolak Pemberian dan Kritis terhadap Penguasa

Sufyan Ats-Tsauri, selain tersohor sebagai ulama besar ia juga memiliki sifat zuhud dan wara. Beliau selalu menolak pemberian dan kritis terhadap penguasa

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Mei 2024, 18:30 WIB
Ilustrasi mesjid dengan tulisan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Foto: Abdullah Oguk/Unsplash.com

Liputan6.com, Cilacap - Sufyan ats-Tsauri merupakan ulama dari golongan tabi’in. Dia merupakan salah seorang ulama tersohor yang ahli dalam bidang hadis dan fiqih.

Beliau meriwayatakan 30 ribu hadis dari Al-A’masi, Abdullah bin Dinar, Ashim al-Ahwal, Ibn al-Munkadir dan lainnya. Demikian pula banyak ulama yang mengambil Hadits darinya.

Pandangan-pandangan fiqihnya menjadi rujukan para ulama. Imam Ahmad bin Hanbal, yang merupakan pendiri mazhab hanbali, mengatakan bahwa Sufyan ats-Tsauri merupakan seorang faqih (ahli fiqih) dan hadis.

Di balik pribadinya yang sangat mengagumkan ini, beliau memiliki sifat zuhud dan wara’. Berdasarkan riwayat, beliau merupakan sosok yang kritis dan selalu menolak pemberian dari penguasa. Berikut ini kisahnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Selalu Menolak Pemberian Penguasa

Ilustrai- Kafilah pengendara unta di padang pasir. (Foto: Tangkapan layar film The Messenger)

Menukil Hidayatullah.com, Ulama yang memiliki nama asli Abu Abdillah Sufyan bin Sa’id bin Masruq al Kufi ini lahir di Kufah pada tahun 97 H. Ayahnya salah seorang ulama Kufah, yang menjadi guru Imam Abu Hanifah, pendiri Mazhab Hanafi.

Sufyan mulai belajar pada usia yang masih muda, dibawah bimbingan orang tuanya. Kemudian menuntut ilmu fiqih kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq. Sedang dalam ilmu Hadits belajar kepada ulama tabi’in terkenal seperti Amr bin Dinar, Salamah bin Kuhail, Abu Shakrah, dan lain sebagainya.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ia berdagang demi menghindari pemberian orang, sekalipun dari teman sendiri, lebih-lebih dari para pejabat. Sebab, menurutnya, harta pejabat adalah harta negara, yang tentu saja juga merupakan harta rakyat, dan pemberian itu merupakan syubhat, meragukan, belum jelas.


Kritis terhadap Penguasa

Ilustrasi barisan unta yang sedang berjalan di gurun pasir. (dok. Unsplash/ Sergey Pesterev)

Sikap teguh itu ia pertahankan secara konsisten.  Ia tidak takut mengemukakan pendapat, termasuk juga kritik terhadap penguasa.

Suatu hari, beliau mengkritik Khalifah Al-Manshur, khalifah kedua dinasti Abasyiah. Tapi, gara-gara kritik itu beliau dikejar polisi kerajaan. Beliau pernah ditangkap oleh Muhammad bin Ibrahim, Gubernur Makkah, tapi dibebaskan tanpa sepengetahuan khalifah.

Untuk membungkam sikap kritisnya, Ats-Tsauri  pernah ditawari jabatan sebagai gubernur oleh Khalifah Al-Mahdi. Surat pengangkatannya sudah disiapkan, hari pelantikan juga sudah ditetapkan. Beliau juga sudah menerima surat pengangkatan, tapi segera dibuangnya ke Sungai Dajlah. Beliau tidak gila pangkat, namun senang pada kebenaran.

Saat Harun ar Rasyid secara resmi diangkat sebagai khalifah, beliau tidak mau menampakkan dirinya di istana. Padahal para ulama lain menghadiri pengangkatan Khalifah Harun Al Rasyid untuk mengucapkan selamat. Melihat hal itu, khalifah mengirim surat kepada ulama besar ini dan menanyakan kenapa beliau tidak hadir padahal sebelumnya mereka berdua memiliki hubungan yang dekat.

Mendapat surat dari khalifah, beliau dengan tegas menjawab bahwa dirinya telah memutuskan hubungan persaudaraan setelah tahu Harun Al Rasyid mulai berani memakai uang Baitul Mal untuk memberi hadiah kepada tamunya.

Dalam suratnya itu beliau menasehati Khalifah Harun Al Rasyid sebagai berikut, “Ya Harun Al Rasyid! Ketahuilah bahwa setiap manusia itu akan menemui ajalnya. Di antara mereka ada yang beruntung dengan membawa amal, dan ada pula yang merugi di dunia dan di akhirat. Engkaupun tentu akan mendapat giliran kematian itu. Ya Harun Al Rasyid! Berhati-hatilah dalam kehidupan di dunia ini. Ujian dan cobaan selalu mengintaimu. Dan nasehat yang paling baik adalah nasihat dari dirimu sendiri.”

Mendapat surat tersebut, Harun kemudian mengubah sikapnya. Karena sikap tegas dan teguh itulah, penguasa seperti Harun ar Rasyid tetap di jalan kebenaran. Imam Sofyan Ats-Tsauri wafat di Basrah pada tahun 161 H

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya