Liputan6.com, Tel Aviv - Benny Gantz, seorang anggota Kabinet Perang Israel, pada Sabtu (28/5/2024 mengancam akan mengundurkan diri dari jika pemerintah tidak mengadopsi rencana baru dalam waktu tiga minggu untuk perang di Gaza.
Ini merupakan sebuah keputusan yang akan diserahkannya kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Advertisement
Pengumuman tersebut memperdalam perpecahan dalam internal Israel setelah lebih dari tujuh bulan memasuki perang. Lagi pula, hingga kini Israel belum mencapai tujuannya untuk membubarkan Hamas dan mengembalikan sejumlah sandera yang diculik.
Gantz menjabarkan rencana enam poin yang mencakup pengembalian sandera, mengakhiri kekuasaan Hamas, demiliterisasi Jalur Gaza dan membentuk pemerintahan internasional untuk urusan sipil dengan kerja sama Amerika, Eropa, Arab dan Palestina.
Rencana tersebut juga mendukung upaya normalisasi hubungan dengan Arab Saudi dan memperluas dinas militer bagi seluruh warga Israel.
Dia memberi batas waktu hingga 8 Juni 2024.
"Jika Anda memilih jalur fanatik dan membawa seluruh bangsa ke jurang kehancuran, maka kami akan terpaksa mundur dari pemerintahan," katanya, dikutip dari laman AP, Minggu (19/5).
Netanyahu dalam sebuah pernyataan menanggapinya dengan mengatakan bahwa Gantz memilih untuk mengeluarkan ultimatum kepada perdana menteri daripada kepada Hamas, dan menyebut kondisi tersebut sebagai eufemisme atas kekalahan Israel.
Saingan Politik Benjamin Netanyahu
Gantz, saingan politik lama Netanyahu, bergabung dengan koalisinya dan Kabinet Perang pada hari-hari awal perang sebagai isyarat persatuan nasional.
Kepergiannya akan membuat Netanyahu lebih terikat pada sekutu sayap kanan yang percaya bahwa Israel harus menduduki Gaza dan membangun kembali permukiman Yahudi di sana.
Jajak pendapat menunjukkan Gantz sebagai kandidat yang paling mungkin menjadi perdana menteri berikutnya. Hal ini akan membuat Netanyahu bisa dituntut atas tuduhan korupsi yang sudah berlangsung lama.
Advertisement