Presiden World Water Council Desak Desalinasi hingga Cadangan Air untuk Atasi Krisis Air Global

Presiden WWC mendesak berbagai upaya konkret untuk mengatasi permasalahan sanitasi global, termasuk desalinasi hingga penggunaan air limbah kembali.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 24 Mei 2024, 14:38 WIB
Presiden World Water Council Lois Fachon dalam pembukaan World Water Forum ke-10 di Mangapura Hall Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali, Senin (20/5/2024). (Tangkapan layar YouTube Setpres RI)

Liputan6.com, Denpasar - Sejumlah upaya termasuk desalinasi hingga penggunaan air limbah kembali harus segera dilakukan guna mengatasi krisis air global. Demikian disampaikan oleh Presiden World Water Council Loic Fauchon dalam upacara pembukaan World Water Forum ke-10.

Lois mengatakan, hal itu dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi yang dikombinasikan dengan inovasi digital.

"Berkat teknologi, kita siap untuk mengintensifkan sumber daya tidak konvensional seperti desalinasi, penggunaan air limbah kembali, pembangunan cadangan air, transfer air, penggunaan air tanah secara hati-hati, dan banyak lagi," kata Loic di Mangapura Hall Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali, Senin (20/5/2024).

"Pada saat yang sama, kita perlu mengelola konsumsi air sebaik mungkin, melacak kebocoran, membersihkan polusi, dan yang terpenting, mengubah perilaku kita sehari-hari, baik untuk penggunaan pertanian, domestik, maupun industri," lanjutnya.

Loic menekankan bahwa berbagai upaya tersebut perlu didorong guna menemukan keseimbangan antara penggunaan air untuk manusia, dan penggunaan air untuk alam.

"Keanekaragaman hayati tidak dapat dinegosiasikan, ini dalah kelangsungan hidup kita. Inilah cara kita akan menjamin keamanan air," tegasnya.


Dorong Penggunaan Air Secara Efektif

World Water Forum ke-10 yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, 18-25 Mei 2024. (Liputan6/Benedikta Miranti)

Presiden dewan air dunia itu turut mengungkapkan fakta bahwa manusia membutuhkan air lebih banyak karena tekanan yang meningkat akibat efek iklim, demografi, urbanisasi, dan peningkatan standar hidup.

"Maka dari itu, sumber air baru ini harus digunakan dengan lebih hati-hati. Ini bukanlah pilihan, ini adalah kewajiban," kata dia.

Sebagai aksi konkret dalam menjaga ketersediaan air, ia pun mendorong masyarakat luas untuk memanfaatkannya secara lebih efisien.

"Konsumsi air tanpa pemborosan, konsumsi dengan lebih baik dan konsumsi lebih sedikit. Kesederhanaan adalah suatu keharusan bagi semua orang," tegas Loic.

Ia pun berharap bahwa World Water Forum ke-10 dapat menghasilkan aksi konkret untuk permasalahan air dunia.

"Forum Air Dunia ke-10 ini harus menjadi titik balik menuju tindakan nyata," tutur dia.


Jokowi Suarakan Pentingnya Keberlanjutan Air

Presiden Jokowi dalam pembukaan World Water Forum ke-10 di Mangapura Hall Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali, Senin (20/5/2024). (Tangkapan layar YouTube Setpres RI)

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) juga mendesak adanya tindakan nyata, merujuk pada kebutuhan manusia terhadap air.

"Tanpa air, tidak ada makanan, tidak ada perdamaian, tidak ada kehidupan. No water, No life, No growth. Oleh sebab itu, air harus dikelola dengan baik karena setiap tetesnya sangat berharga," katanya.

Ia pun berharap bahwa World Water Forum ke-10 dapat menjadi wadah kolaborasi bagi para pemangku kebijakan untuk mengatasi tantangan global terkait air.

"Dengan berkumpulnya kita di Bali hari ini, tentu Indonesia berharap dunia dapat saling bergandengan tangan secara berkesinambungan untuk dapat memperkuat komitmen kolaborasi dalam mengatasi tantangan global terkait air," lanjut dia.

Infografis Bencana-Bencana Akibat Perubahan Iklim. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya