Liputan6.com, Bandung - Masyarakat Indonesia baru-baru ini banyak mencari terkait penyakit Empty Sella Syndrome yang diketahui mengidap salah satu presenter kondang, Ruben Onsu. Penyakit tersebut diketahui sebagai penyakit langka.
Berdasarkan informasi dari situs Kemenkes Empty Sella Syndrome adalah kumpulan berbagai gejala karena kosongnya Sella Turcica atau tidak tampaknya hipofise. Penyakit ini bisa ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan CT Scan atau MRI otak.
Advertisement
Seseorang yang mengidap Empty Sella Syndrome kemungkinan tidak bergejala atau mungkin memiliki gejala akibat hilangnya sebagian atau seluruh fungsi hipofisis. Misalnya sakit kepala, libido seks yang rendah, atau impotensi.
Kemudian sebagai informasi kelenjar pituitari merupakan organ kecil di bawah otak dan terlindungi dalam rongga otak yang disebut sella turcica. Kelenjarnya berfungsi untuk menghasilkan hormon pertumbuhan (growth hormone) serta hormon penghasil sel sperma dan sel telur.
Mengutip dari Primaya Hospital terdapat dua jenis dari empty sella syndrome yaitu primer dan sekunder. Pada empty sella syndrome primer terjadi ketika sebagian otak menekan sella turiska dan meratakan kelenjar pituitari.
Kemudian tidak diketahui apa penyebabnya pada anak-anak namun individu dengan sindrom ini mungkin memiliki kadar hormon prolaktin yang tinggi. Sehingga bisa mengganggu fungsi normal testis dan ovarium.
Kondisinya paling sering terjadi pada orang dewasa serta wanita dan kerap dikaitkan dengan obesitas atau tekanan darah tinggi. Sementara jenis empty sella syndrome sekunder terjadi ketika pituitari rusak karena penyebab tertentu.
Seseorang yang mengalami jenis sekunder kadang menunjukan kondisi yang mencerminkan hilangnya fungsi hipofisis seperti infertilitas dan terhentinya periode menstruasi. Di antara anak-anak jenis ini dikaitkan dengan kekurangan hormon pertumbuhan dan pubertas dini.
Apa Gejala dari Empty Sella Syndrome?
Mengutip dari situs Kemenkes seseorang yang mengidap empty sella syndrome sering kali tidak bergejala. Namun jika ada gejala para pengidapnya bisa mengalami keluhan seperti berikut:
- Disfungsi ereksi.
- Penurunan gairah seks.
- Mudah lelah.
- Menstruasi yang tidak teratur atau berhenti sama sekali (amenorrhea).
- Keluarnya ASI atau cairan menyerupai ASI dari puting payudara padahal tidak sedang hamil atau menyusui (galaktorea).
- Peningkatan tekanan di otak.
- Keluarnya cairan otak dari hidung.
- Sakit Kepala.
- Gangguan penglihatan akibat saraf mata membengkak karena tekanan di dalam otak (papiledema).
Advertisement
Penyebab Empty Sella Syndrome
Berdasarkan jenisnya terdapat beberapa penyebab yang memungkinkan seseorang mengidap Empty Sella Syndrome seperti berikut:
1. Empty Sella Syndrome Primer
Seseorang yang mengidap empty sella syndrome primer disebabkan oleh kelainan struktur sella turcica sejak lahir. Sehingga kondisinya menyebabkan cairan otak bocor dan mengisi kantung serta menekan kelenjar pituitari.
Penyebab kelainan bawaan dari empty sella syndrome primer sendiri masih belum diketahui secara pasti.
2. Empty Sella Syndrome Sekunder
Seseorang yang mengidap empty sella syndrome sekunder bisa terjadi karena beberapa kondisi atau penyakit yang bisa menyebabkan gangguan di kelenjar pituitari atau sella turcica berikut ini di antaranya:
- Tumor otak.
- Terapi radiasi atau operasi di sekitar kelenjar pituitari.
- Peningkatan tekanan di dalam otak (hipertensi intrakranial).
- Tumor kelenjar hipofisis.
- Cedera kepala atau cedera otak.
- Kerusakan di kelenjar pituitari akibat komplikasi saat melahirkan (syndrome sheehan).
Kapan Harus ke Dokter dan Memeriksa Penyakitnya?
Perlu untuk diperhatikan bahwa penyakit Empty Sella Syndrome termasuk dalam penyakit langka dan kerap tidak memunculkan gejala yang khas. Sehingga hanya sebagian kecil pasien yang terdiagnosis penyakit ini.
Namun pemeriksaan masih bisa dilakukan jika terdapat gejala-gejala yang disebutkan sebelumnya. Pihak kedokteran biasanya akan melakukan pemeriksaan lengkap untuk mengetahui penyebab dari keluhan tersebut.
Mengutip dari situs Kemenkes terdapat beberapa cara yang akan dilakukan dokter untuk memastikan diagnosis penyakit tersebut. Biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan menunjang berikut ini:
- CT scan kepala: untuk melihat kondisi bagian dalam otak termasuk tempat kelenjar pituitari.
- MRI kepala: untuk melihat kelenjar pituitari yang tampak mendatar, mengecil, atau bahkan hilang pada empty sella syndrome.
- Tes darah: untuk memeriksa kadar hormon-hormon di dalam darah.
Advertisement