Habiskan Belanja Militer Rp 38,3 Kuadriliun, Konflik Geopolitik Dunia Bikin Orang Lupa Krisis Air

Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti ancaman krisis air yang seakan dilupakan, ketika banyak mata saat ini lebih fokus pada konflik geopolitik beberapa negara yang tengah terjadi.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 20 Mei 2024, 15:14 WIB
Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti ancaman krisis air yang seakan dilupakan, ketika banyak mata saat ini lebih fokus pada konflik geopolitik beberapa negara yang tengah terjadi.

Liputan6.com, Jakarta Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti ancaman krisis air yang seakan dilupakan, ketika banyak mata saat ini lebih fokus pada konflik geopolitik beberapa negara yang tengah terjadi.

"Ancaman krisis air juga telah lebih nyata, bahkan menjadi sleeping crisis.Organisasi PBB untuk lingkungan mencatat lebih dari 50 persen penduduk dunia sedang menghadapi kekurangan air, setidaknya satu kali dalam sebulan," ujar Puan dalam rangkaian acara World Water Forum ke-10 di Bali, Senin (20/5/2024).

Namun demikian, ia menambahkan, perhatian masyarakat internasional saat ini lebih fokus pada isu geopolitik, persaingan kekuatan, dan kompetisi ekonomi, bukan pada isu ketahanan air.

Itu terbukti dari besarnya belanja anggaran global untuk sektor militer tahun lalu yang mencapai USD 2,4 triliun, atau setara Rp 38,32 kuadriliun. Sementara belanja anggaran untuk manajemen air terbilang masih cukup minim.

"Studi terbaru menunjukkan peningkatan signifikan belanja militer hingga mencapai USD 2,4 triliun pada tahun 2023.Jumlah itu mencapai 2,3 persen PDB global," sebut Puan.

"Pada saat yang sama, pengeluaran sektor air di negara berkembang dan negara miskin hanya 0,5 persen dari PDB negaranya. Nampaknya kita terjebak dalam kondisi misalokasi sumber daya," ungkap dia.

Kondisi Kontradiktif

Menurut dia, kondisi ini sungguh kontradiktif ketika dunia dihadapkan pada ancaman luar biasa, termasuk yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dan kelangkaan air.

Puan menyatakan, jika pemerintah dan sisi parlemen mampu meningkatkan pendanaan untuk pengadaan air bersih, maka persoalan kelangkaan air akan dapat diselesaikan secara signifikan.

"Parlemen dengan teguh mendukung berbagai inisiatif untuk air dan melakukan realokasi sumber daya untuk ketahanan air," tegas Puan Maharani.


Jokowi: Kelangkaan Air Bisa Picu Perang dan Jadi Sumber Bencana

Presiden Jokowi dalam pembukaan World Water Forum ke-10 di Mangapura Hall Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali, Senin (20/5/2024). (Tangkapan layar YouTube Setpres RI)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan kelangkaan air dapat menyebabkan perang dan menjadi sumber bencana. Tak hanya itu, kata dia, kekurangan air bisa memperlembat pertumbuhan ekonomi dunia hingga tahun 2050.

"Peran air sangat sentral bagi kehidupan manusia. Bank dunia memperkirakan kekurangan air dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi sampai 6 persen hingga tahun 2050," kata Jokowi saat berbicara di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali, Senin (20/5/2024).

"Kelangkaan air juga dapat memicu perang serta bisa menjadi sumber bencana. Too much water maupun too little water keduanya dapat menjadi masalah bagi dunia," sambungnya.

Dia mengatakan Indonesia telah melakukan sejumlah upaya untuk mengantisipasi kelangkaan air dalam sepuluh tahun terakhir. Mulai dari, membangun 42 bendungan, 1,18 juta hektare jaringan irigasi, 2.156 kilometer pengendali banjir dan pengamanan pantai, hingga merehabilitasi 4,3 juta hektare jaringan irigasi.

"Air juga kami manfaatkan untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di Waduk Cirata sebagai PLTS Terapung terbesar di Asia Tenggara," ujarnya.

Jokowi mengajak pemimpin dunia meningkatkan prinsip solidaritas dan inklusivitas untuk mencapai solusi bersama. Khususnya, negara-negara pulau kecil dan yang mengalami kelangkaan air.

Dia juga mendorong pemberdayaan hydro diplomacy untuk kerja sama konkret dan inovatif dan menjauhi persaingan dalam pengelolaan sumberdaya air lintas batas.

"Ketiga memperkuat political leadership sebagai kunci suksea berbagai kerja sama menuju ketahanan air berkelanjutan," tutur Jokowi.


Di KTT WWF ke-10, Jokowi Perkenalkan Prabowo sebagai Presiden Terpilih RI

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan kata sambutan pada acara pembukaan World Water Forum ke-10 di Bali, Senin, 20 Mei 2024. (Foto: Liputan6.com/Maulandy R)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) World Water Forum ke-10 di Bali, Senin (20/5/2024). Di hadapan delegasi KTT WWF, Jokowi memperkenalkan Prabowo Subianto sebagai presiden terpilih RI periode 2024-2029.

Jokowi menyampaikan bahwa masa jabatannya sebagai presiden akan berakhir pada Oktober 2024 mendatang. Dia memastikan Prabowo sebagai presiden berikutnya akan melanjutkan komitmen Indonesia terhadap pengelolaan air di dunia.

 "And in relation to continuity in October my term as the president will come to an end. And on this good occasion allow me to introduce the president elect of Indonesia Mr Prabowo Subianto who is currently serving as the minister of defence who will continue Indonesia's commitment to contribute to world water management," kata Jokowi saat menyampaikan pidato dalam KTT WWF ke-10 di Bali International Convention Center (BICC), Senin (20/5/2024).

Jokowi merasa terhormat Indonesia bisa menjadi tuan rumah KTT WWF ke-10 untuk meneguhkan komitmen bersama dan merumuskan aksi nyata pengelolaan air yang inklusif serta berkelanjutan.

Jokowi menyebut dari 72 persen permukaan bumi tertutup air, hanya 1 persen yang bisa diakses sebagai air minum dan sanitasi.

"Bahkan di tahun 2050, 500 juta petani kecil sebagai penyumbang 80 persen pangan dunia diprediksi paling rentan mengalami kekeringan," ujar Jokowi.

"Tanpa air tidak ada makanan, tidak ada perdamaian, tidak ada kehidupan, no water no life no growth. Oleh sebab itu, air harus dikelola dengan baik karena setiap tetesnya sangat berharga," sambung Jokowi.

Dia menuturkan luas perairan Indonesia mencapai 65 persen. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang kaya kearifan lokal dalam pengelolaan air, mulai dari sepanjang garis pantai, pinggiran aliran sungai, hingga tepian danau.


Harapan Jokowi pada KTT WWF ke-10

Presiden RI Jokowi dalam upacara pembukaan World Water Forum ke-10 di BICC, Nusa Dua, Bali, Senin (20/5/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)

Jokowi menyampaikan masyarakat Indonesia memiliki nilai dan budaya terhadap air. Salah satunya, sistem pengairan Subak di Bali yang dipraktikkan sejak abad ke-11 yang diakui sebagai warisan budaya dunia.

"Selain itu bagi masyarakat Bali air adalah kemuliaan yang mengandung nilai-nilai spiritual dan budaya yang harus dikelola bersama-sama," ucapnya.

Hal itu, kata dia, sejalan dengan tema KTT WWF ke-10 yakni, 'Air Bagi Kemakmuran Bersama'. Menurut dia, hal ini bisa dimaknai sebagai 3 prinsip dasar yaitu menghindari persaingan, mengedepankan pemerataan, dan kerja sama inklusi serta menyokong perdamaian dan kemakmuran bersama.

"Di mana ketiganya hanya bisa terwujud dengan sebuah kata kunci yaitu kolaborasi. Di Indonesia kolaborasi telah menjadi kunci keberhasilan dalam restorasi Sungai Citarum serta pengembangan energi hijau, solar panel terapung di Waduk Cirata yang menjadi terbesar di Asia Tenggara dan ke-3 di dunia," tutur Jokowi.

Jokowi berharap KTT WWF ke-10 dapat membuat dunia dapat saling bergandengan tangan secara berkesinambungan untuk memperkuat komitmen kolaborasi dalam mengatasi tantangan global terkait air. Dia menekankan pentingnya pengelolaan air yang baik bagi kehidupan manusia.

"Air adalah sumber kehidupan, air juga merupakan simbol keseimbangan dan keharmonisan. Namun jika tidak dikelola dengan baik, air juga dapat menjadi sumber bencana," pungkas Jokowi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya