Liputan6.com, Teheran - Wakil Presiden pertama Iran Mohammad Mokhber ditunjuk sebagai penjabat presiden Republik Islam pada hari Senin (20/5/2024), setelah kematian Ebrahim Raisi (63) dalam kecelakaan helikopter pada Minggu (19/5).
Mokhber digambarkan sebagian besar berada dalam bayang-bayang dibandingkan dengan politikus lain di Iran dan kematian Raisi berdasarkan konstitusi membuat sosoknya menjadi sorotan publik. Dia diperkirakan akan menjabat sebagai presiden sementara selama sekitar 50 hari sebelum pemilu digelar.
Advertisement
Pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei mengumumkan penunjukan Mokhber dalam pesan belasungkawa yang dia sampaikan atas kematian Raisi.
Meskipun profil publiknya rendah, Mokhber sebenarnya telah memegang posisi penting dalam struktur kekuasaan negara, khususnya di bonyad atau lembaga-lembaga amal, yang disebut memainkan peran utama dalam perekonomian Iran.
Melansir kantor berita AP, Selasa (21/5), Mokhber mengawasi bonyad yang dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Pelaksana Perintah Imam Khomeini atau EIKO, mengacu pada mendiang Pemimpin Tertinggi Ayatullah Ruhollah Khomeini.
Kementerian Keuangan Amerika Serikat (AS) mengatakan organisasi tersebut mengawasi aset bernilai miliaran dolar sebagai perusahaan raksasa di bawah pengawasan langsung Ali Khamenei, yang memiliki kepentingan di hampir setiap sektor perekonomian Iran, termasuk energi, telekomunikasi, dan jasa keuangan.
"EIKO secara sistematis telah melanggar hak-hak para pembangkang dengan menyita tanah dan properti dari penentang rezim, termasuk lawan politik, agama minoritas, dan warga Iran yang diasingkan," kata Kementerian Keuangan AS pada tahun 2021 ketika memberikan sanksi kepada Mokhber.
Uni Eropa juga pernah memberikan sanksi kepada Mokhber bersama negara lain karena kekhawatiran atas program nuklir Iran.
Sebagai ketua EIKO, Mokhber mengawasi upaya pembuatan vaksin COVID-19 selama puncak pandemi, dan berjanji akan membuat puluhan juta dosis. Hanya sebagian kecil saja yang dilaporkan diketahui publik, tanpa penjelasan.
Pengalaman di Perbankan hingga Wakil Gubernur
Mokhber pernah meniti karier di perbankan dan telekomunikasi, di mana dia menjabat sebagai CEO Sina Bank selama 10 tahun dan CEO Dezful Telecommunications di kampung halamannya. Dia juga punya pengalaman bekerja di Yayasan Mostazafan, bonyad lain yang mengelola mega proyek dan bisnis di negara tersebut.
Laporan media Iran menunjukkan bahwa Mokhber, yang memegang gelar doktor di bidang hukum internasional dan manajemen, berperan penting dalam upaya Iran menghindari sanksi Barat terhadap industri minyaknya.
Mokhber telah menjadi anggota Dewan Kemanfaatan Iran sejak tahun 2022, yang memberikan nasihat kepada pemimpin tertinggi, serta menyelesaikan perselisihan antara parlemen dan Dewan Wali, pengawas konstitusi Iran yang juga mengawasi pemilu di negara tersebut.
Mokhber lahir 1 September 1955 di Dezful, Provinsi Khuzestan dari keluarga ulama. Dia menjadi wakil presiden pertama pada Agustus 2021 dan sempat menjabat pula sebagai wakil gubernur Provinsi Khuzestan.
Menurut kelompok United Against Nuclear Iran (UANI), Mokhber bertugas sebagai perwira di korps medis Garda Revolusi selama perang Iran-Irak tahun 1980-an.
"Mokhber menggunakan kekayaan besar yang dikumpulkan oleh EIKO – dengan mengorbankan rakyat Iran – untuk memberi penghargaan kepada orang dalam rezim seperti dirinya," sebut UANI. "Mengelola jaringan patronase membuatnya disayangi oleh pemimpin tertinggi, namun harus membayar mahal."
Advertisement