Gara-gara The Fed, Rupiah Hari Ini Balik Lagi ke 16.000 per Dolar AS

Analis mata uang Lukman Leong memproyesikan rupiah hari ini akan bergerak di rentang 15.950 per dolar AS sampai dengan 16.100 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 21 Mei 2024, 10:19 WIB
Pada Selasa (21/5/2024), nilai tukar rupiah dibuka tergelincir 62 poin atau 0,39 persen menjadi 16.040 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.978 per dolar AS.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan Selasa ini. Pelemahan rupiah ini dipicu pernyataan sejumlah pejabat Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) mengenai arah kebijakan suku bunga atau Fed Funds Rate.

Pada Selasa (21/5/2024), nilai tukar rupiah dibuka tergelincir 62 poin atau 0,39 persen menjadi 16.040 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.978 per dolar AS.

"Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS, setelah pernyataan pejabat-pejabat The Fed yang hawkish," kata analis mata uang Lukman Leong, dikutip dari Antara, Selasa.

Lukman menuturkan Atlanta Fed President Raphael Bostic mengatakan masih butuh waktu untuk inflasi turun ke target. Sedangkan pejabat New York Fed Philip Jefferson mengatakan terlalu awal untuk mengetahui apabila penurunan inflasi terakhir ini akan bisa berlanjut.

Investor masih berhati-hati dan mengantisipasi serangkaian pidato pejabat The Fed terutama pidato Ketua The Fed Jerome Hayden Powell besok.

Lukman memproyesikan rupiah hari ini akan bergerak di rentang 15.950 per dolar AS sampai dengan 16.100 per dolar AS.

Keyakinan Bank Indonesia

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) meyakini nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan perkasa. Khususnya setelah bank sentral intervensi kebijakan moneter melalui rapat dewan gubernur (RDG) April 2024.

Adapun dalam RDG terakhir per 24 April 2024, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen. Kemudian suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,50 persen, dan suku bunga Lending Facility 25 bps menjadi 7 persen. 


Kepercayaan Investor

Usai libur panjang Lebaran, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam pasar uang pada Selasa (16/4) siang, terpantau melemah tajam ke level Rp16.162. (merdeka.com/Arie Basuki)

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun yakin nilai tukar rupiah akan terus menguat, ditopang kepercayaan investor dan pasar yang juga semakin besar.

"Nilai tukar rupiah waktu kita mengambil keputusan kebijakan moneter, itu sekitar Rp 16.300. sekarang sekitar Rp 16.000. Dan, kita upayakan itu akan turun di bawah Rp 16.000. Karena apa, kami mempercayai rupiah ini mustinya akan terus menguat sesuai fundamental," ujar dia dalam sesi media briefing, Rabu (8/5/2024).

Perry lantas memaparkan empat alasan kenapa rupiah menang seharusnya lebih kuat dan stabil. Pertama, menariknya perbedaan imbal hasil atau yield differential.

Kedua, terkait penurunan premi risiko dan bentuk credit default swap (CDS). Perry mengatakan, itu dipakai oleh para investor asing untuk membandingkan berinvestasi di obligasi Amerika (US treasury) dengan obligasi atau sekuritas di dalam negeri.

"Itu juga perkembangannya CDS atau credit default swap Indonesia 5 tahun per 7 Mei itu turun, menjadi 69,9. Sebelumnya di atas 70 indeksnya," terang dia. 

 


Prospek Ekonomi

Pelemahan mata uang rupiah berpotensi pada kenaikan sejumlah harga komoditas di pasar. (merdeka.com/Arie Basuki)

Bank Indonesia pun mempersiapkan prospek ekonomi Indonesia ke arah lebih baik. Itu nantinya tergambarkan melalui indikator pertumbuhan ekonomi nasional dan terjaganya tingkat inflasi. 

"Keempat, komitmen Bank Indonesia untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Keempat faktor itu mendukung penguatan nilai tukar rupiah. Mustinya nilai tukar kami upayakan mustinya turun di bawah Rp 16.000," tegasnya. 

Infografis Beda Rupiah 1998 dengan 2018 terhadap Dolar AS. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya