Geng Yakuza Vs Geng Tokuryu dari Generasi Muda Jepang, Mana yang Lebih Mengancam?

Geng Yakuza Jepang yang telah lama dikenal sedang mengalami penurunan. Sementara itu, geng baru bernama Tokuryu yang terdiri dari generasi muda mahir teknologi pun mulai muncul. Siapa yang lebih berbahaya?

oleh Najma Ramadhanya diperbarui 09 Jun 2024, 18:34 WIB
Ilustrasi Jepang. (Igor Ovsyannykov/Pixabay)

Liputan6.com, Tokyo - Seorang anggota senior dari geng Yakuza Jepang yang terkenal ditangkap atas dugaan mencuri kartu Pokemon di daerah dekat Tokyo pada April 2024.

Kasus ini dipercaya sebagai contoh geng kriminal Jepang yang sedang berjuang dengan penurunan jumlah anggota dan beralih ke aksi kriminal kecil-kecilan. Demikian seperti dikutip dari The Independent, Minggu (9/6/2024).

Agen polisi yang beberapa tahun lalu sibuk menangani ribuan anggota Yakuza telah melihat sesuatu yang baru, yaitu adanya geng-geng yang tidak terorganisir dan tidak terlalu terikat, yang diyakini bahwa geng tersebut berada di balik serangkaian kejahatan yang dulunya didominasi oleh Yakuza.

Polisi menyebut mereka Tokuryu, gangster anonim beranggotakan generasi muda mahir teknologi yang dipekerjakan untuk tugas-tugas tertentu. 

Mereka sering bekerja sama dengan Yakuza, sehingga membuat batasan antara mereka menjadi tidak jelas dan menyulitkan penyelidikan polisi, kata para ahli dan pihak otoritas.

Polisi metropolitan Tokyo saat ini sedang menyelidiki enam tersangka berusia 20-30an, sebagian besar dari mereka tidak saling mengenal, yang diyakini telah dipekerjakan di media sosial untuk membunuh, mengangkut, dan membakar mayat pasangan lansia di tepi sungai Nasu, 200 kilometer timur laut Tokyo.

"Itu merupakan kejahatan yang dilakukan seperti pekerjaan paruh waktu," kata Taihei Ogawa, mantan penyidik polisi dan analis kejahatan, dalam sebuah acara bincang-bincang daring.

"Tugas dibagi-bagi, membuat polisi sulit melacak dari mana instruksi berasal."

Jumlah anggota Yakuza telah menyusut menjadi 20.400 tahun lalu, sepertiga dari jumlahnya dua dekade lalu, menurut Badan Kepolisian Nasional.

Badan Kepolisian Nasional menghubungkan penurunan jumlah tersebut pada undang-undang yang diberlakukan untuk memerangi kejahatan terorganisir, yang mencakup tindakan seperti melarang anggota kelompok terdaftar untuk membuka rekening bank, menyewa apartemen, membeli ponsel, atau asuransi.


Apa Itu Geng Yakuza?

Ilustrasi Mafia(3D Animation Production Company/Pixabay).

Yakuza dulu beroperasi dari kantor yang mudah dikenali, sering dengan tanda di depan dan simbol-simbol perdagangan mereka seperti lentera dan pedang samurai yang terlihat di jendela.

Mereka sering digambarkan dalam film dan kartun sebagai penjahat terhormat dengan kode kehormatan. Aksi khas mereka adalah pemerasan, perjudian, prostitusi, penyelundupan senjata, perdagangan narkoba, dan suap konstruksi.

Namun, kekerasan geng di sejumlah lingkungan, termasuk penembakan fatal terhadap Wali Kota Nagasaki Iccho Ito pada tahun 2007 selama kampanya pemilihan, telah mendorong pemerintah untuk menguatkan kontrol senjata, undang-undang pemerasan, dan langkah-langkah anti geng lainnya.

Penduduk serta bisnis setempat telah meningkatkan langkah mereka dan mengajukan puluhan gugatan terhadap kelompok-kelompok Yakuza untuk mencegah mereka dari komunitas mereka.

Pada bulan Desember 2022, Kota Fukuoka mengajukan permohonan injungsi pengadilan untuk menutup kantor yang dipimpin oleh cabang Yakuza, Kobe Yamaguchi-gumi di dekat sekolah dasar dan menengah dan memaksa mereka untuk berhenti beroperasi enam bulan kemudian.

Anggota Yakuza yang semakin menua dan bangkrut juga telah merugikan sindikat tersebut, kata para ahli.

Jumlah anggota Yakuza yang ditangkap pada tahun 2023 turun menjadi 9.610, dibandingkan dengan 22.495 pada tahun 2014, menurut polisi.


Setelah Yakuza, Lahir Geng Tokuryu

Ilustrasi kota Tokyo, Jepang. (Unsplash/agafapaperiapunta)

Tindakan keras terhadap Yakuza telah mendorong banyak anggota untuk berhenti membuat geng lain bersembunyi.

Namun, hal itu malah mendorong generasi muda untuk bergabung dengan geng "Tokuryu" daripada geng kriminal tradisional, seperti yang diungkapkan oleh Noboru Suetomi, seorang ahli kriminologi dan pakar tentang Yakuza, dalam artikel terbarunya.

Badan Kepolisian Nasional menggambarkan "Tokuryu" sebagai kelompok-kelompok anonim dan fluida yang terbentuk dan dibubarkan secara berulang melalui media sosial untuk melakukan penipuan, taruhan ilegal, prostitusi, dan kejahatan lainnya secara jarak jauh, termasuk dari luar negeri.

Mereka merekrut sejumlah peserta yang tidak saling mengenal dan menugaskan peran-peran tertentu. Meskipun sering kali bekerja sama dengan Yakuza konvensional, mereka menginvestasikan pendapatan mereka ke bisnis-bisnis ilegal, demikian disampaikan oleh Badan Kepolisian Nasional tersebut.

"Mereka telah menjadi ancaman bagi keselamatan publik."

Meskipun sulit untuk dilacak, lebih dari 10.000 orang ditangkap dari tahun 2021 hingga 2023 karena dugaan penipuan, perdagangan narkoba ilegal, dan kejahatan lainnya, seperti pemalsuan kartu identitas, yang terkait dengan "Tokuryu", catatan menunjukkan.


Upaya Polisi Jepang Berantas Geng

Ilustrasi pistol. (Istimewa)

Pada April 2022, polisi membongkar sebuah jaringan dari 19 orang yang direkrut secara anonim yang mengoperasikan perusahaan telekomunikasi palsu di Kamboja serta menipu seorang warga lansia Jepang. 

Pada tahun 2023, polisi Tokyo menangkap enam orang yang berkomunikasi melalui media sosial dan melakukan perampokan besar di siang hari terhadap jam tangan dan perhiasan senilai 300 juta yen atau setara dengan Rp30 miliar di sebuah toko di distrik mewah Ginza, Tokyo.

Kepala kepolisian Nasional, Yasuhiro Tsuyuki, dalam sebuah pertemuan hari Senin (13/5) bersama penyelidik kriminal tingkat prefektur teratas, mengatakan bahwa "Tokuryu" telah menjadi bagian dari lonjakan kasus penipuan melalui media sosial dan telah menjadi "kekhawatiran serius".

Tsuyuki mendorong polisi di seluruh negeri untuk membuat upaya bersama untuk mengatasi masalah ini dan juga bekerja sama dengan otoritas di luar negeri.

Tsuyuki mengatakan bahwa polisi harus secara drastis mengubah langkah-langkah mereka dalam memerangi kejahatan terorganisir untuk mengikuti ancaman baru ini, memanggil untuk restrukturisasi organisasi dan kerja sama lintas departemen penyelidikan, dari siber hingga perampokan dan penipuan.

Untuk memperkuat langkah-langkah, polisi meluncurkan unit penyelidikan gabungan yang mengkhususkan diri dalam penipuan melalui media sosial dan telepon pada bulan April.

Badan tersebut juga meningkatkan pengawasan di distrik hiburan dan langkah-langkah terhadap pelanggaran oleh anak di bawah umur dan geng motor. 

Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya