Refleksi Kasih Sayang Lewat Pameran Patung Manusia Hybrid Karya Seniman Australia di Museum Macan

Pameran "Patricia Paccinini: CARE" akan berlangsung di Museum MACAN di Jakarta dari 23 Mei hingga 6 Oktober 2024. Pameran ini akan mengajak pengunjung menilik lebih dalam soal makna kasih sayang.

oleh Rusmia Nely diperbarui 23 Mei 2024, 18:00 WIB
Patung hybrid chimera antara manusia dan orang utan karya Patricia Paccinini "Wonderful of Weirdness" dihadirkan dalam pameran "Patrician Paccinini: CARE" yang akan berlangsung dari 23 Mei hingga 6 Oktober 2024 di Museum MACAN, Jakarta Barat. (dok. Liputan6.com/Rusmia Nely)

Liputan6.com, Jakarta - Pameran "Patricia Paccinini: CARE" resmi dibuka pada 23 Mei 2024. Pameran yang menampilkan 50 karya seniman asal Australia, Patrician Paccinini tersebut diselenggarakan di Museum MACAN, Jakarta Barat.

Menghadirkan berbagai jenis karya seni, mulai dari patung, lukisan dua dimensi, hingga karya audiovisual, pameran ini mengangkat tema soal kasih sayang dan berbagai elemen di dalamnya. Paccinini yang terkenal dengan tema seni ketubuhan dan politik tubuh, mengeksplorasi konsep perubahan sosial manusia lewat salah satu fenomena dasar yaitu kasih sayang.

Karya seni patung menjadi yang terpopuler dari Piccinini. Bentuk-bentuk manusia hybrid, atau yang Paccinini sebut sebagai chemira berdasarkan etimologi masa Romawi Kuno, memberikan perasaan 'tidak enak' bagi para penikmat seni yang terbiasa dengan seni yang estetis.

Ada patung yang menampilkan perpaduan antara manusia dan lumba-lumba, makhluk campuran antara sepatu bot, sarang burung dan kepala manusia, hingga campuran orang utan dan manusia modern. Patung-patung berbahan silikon dengan bentuk kulit yang mirip seperti kulit asli manusia ini punya banyak cerita latar belakang yang bisa memberikan pengertian soal macam-macam kasih sayang.

Salah satunya adalah patung orang utan hybrid manusia yang menggendong dua anaknya bertajuk "Wonderland of Weirdness". Anaknya yang pertama masih memiliki bentuk yang mirip dengan orang utan, sedangkan anak keduanya sudah berbentuk manusia. Namun begitu, orang utan tersebut tetap menggendong keduanya sama sayangnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa kasih sayang hadir dalam penerimaan, di luar perbedaan bentuk dan ras.

 


Kontekstualisasi dengan Budaya Lokal

Instalasi patung "The Couple" yang dipasang dengan latar belakang rumah tradisional Indonesia berdinding anyaman bambu. (dok. Liputan6.com/Rusmia Nely)

Piccinini yang lahir di Sierra Leone dan berbasis di Melbourne nyatanya tetap memberikan ruang untuk budaya lokal masuk ke dalam pamerannya. Dalam salah satu instalasi bernama "The Couple", patung silikon dua makhluk hybrid antara manusia dan beruang yang berpelukan di atas kasur.

Ruangan yang mendukung latar belakang instalasi tersebut terbuat dari dinding anyaman bambu khas rumah tradisional Indonesia. Barang-barang yang ada di dalamnya berasal dari staf Museum MACAN, menunjukkan kolaborasi aktif dalam sebuah pameran.

"Kontekstualisasi karyaku di museum ini membuatnya jadi sangat bagus. Ada elemen Indonesia pada karya The Couple. Sebelumnya, instalasi ini pernah dipajang dengan latar hotel di Kanada, apartemen di Hong Kong, mobil karavan dan saat ini latar belakangnya berganti menjadi rumah tradisional," sebut Piccinini dalam acara bincang bersama media.

Dikuratori oleh Tobias Berger, kurator kenamaan asal Hong Kong, "CARE" jadi bentuk kolaborasi yang sudah ditunggu-tunggu kedua pegiat seni tersebut. Kasih sayang adalah hal yang universal, sebut Venus Lau dalam pidato sambutannya. Venus yang merupakan Kurator Museum MACAN, menyatakan bahwa kasih sayang jadi hal yang sangat sederhana dan punya makna yang personal bagi setiap orang.

Tema "CARE" dipilih karena bisa mewakili banyak perasaan dan bentuk emosi manusia. "Ini adalah pengingat yang baik untuk semua orang," sebut Venus.


Ada Ruang Seni Interaktif untuk Anak

Ruang Seni Anak "Kindred Kinder" di Museum MACAN yang jadi respons atas pameran "Patricia Paccinini:CARE" yang akan membuat anak merasakan menjadi karya seni hybrid chimera. (dok. Liputan6.com/Rusmia Nely)

Selain memberikan pengalaman kompleks kepada para penikmat seni, Piccinini juga turut berkolaborasi dalam pembuatan Ruang Seni Anak bertema "Asah Asih" atau "Kindred Kinder". Ruang ini jadi respons dari pameran "CARE", dengan anak-anak dibebaskan untuk mewujudkan  diri sebagai salah satu karya manusia hybrid ciptaan Piccinini.

Dalam ruang ini, ada beberapa kostum yang bisa dicoba langsung oleh anak-anak yang dirancang langsung oleh Piccinini. Ada koala, sugar glider, hingga siput. Di sini, anak-anak diberikan pengalaman untuk merasakan bagaimana rasanya menjadi salah satu hewan campuran manusia tersebut.

"Idenya, Kindred Kinder ini adalah supaya anak anak bisa punya tempat untuk mengekspresikan dirinya di pameran," sebut Piccinini.

Selain itu, makhluk chimera yang menjadi dasar fundamental dalam karya-karya Piccinini juga jadi hal yang disorot dalam karya seni audiovisual. Salah satu ruangan yang menampilkan karya video imersif memberikan gambaran aneh kehidupan manusia dengan latar suara yang membuat pendengar merasa gelisah, hingga akhirnya pecah bagaikan orgasme. 


Museum MACAN Buka Pameran

Seniman Patricia Paccinini, Kurator Museum MACAN Venus Lau, dan Kurator Pameran "Patricia Paccinini: CARE" berfoto di depan lobby pameran. (dok. Liputan6.com/Rusmia Nely)

Pameran ini akan berlangsung dari 23 Mei hingga 6 Oktober 2024. Eksibisi ini akan menjadi main exhibitiodi Museum MACAN. Untuk masuk ke dalam museum, hanya perlu membeli tiket masuk museum senilai Rp70 ribu untuk orang dewasa dan Rp50 ribu untuk anak-anak yang bisa dipesan lewat laman web museummacan.org. Pengunjung dapat menikmati seluruh isi pameran, termasuk ruangan audiovisual yang menampilkan film singkat sepanjang 10 menit.

Piccinini menyarankan para pengunjung untuk datang secara langsung dan "terbuka" karena ia pun tidak menyangkal bahwa mungkin karya seninya terlihat seram untuk beberapa kelompok orang. Meski begitu, ia tidak menyalahkan hal tersebut dan malah mendorong pengunjung untuk mengekspresikan perasaan mereka soal seninya karena seni juga dibuat berdasarkan masukan dari komunitas, katanya.

"Saya akan merekomendasikan orang untuk masuk dengan hati terbuka. Mereka biasanya didahulukan dengan perasaan tidak enak yang mendorong mereka ke luar. Tapi, semakin banyak waktu bersama karya seni seperti ini, semakin banyak kamu bisa melihat keindahannya. Rasakan keindahannya karena saya ingin kalian merasakannya di hati dan tidak hanya di otak," sebut Piccinini.

 

Infografis galeri seni yang jangan sampai dilewatkan. (Dok: Liputan6/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya