Liputan6.com, Jakarta - Salah satu perusahaan keamanan siber terkemuka, Trend Micro, menggelar acara 'Resilience World Tour 2024' dengan tema 'Innovation Meets Adrenaline'.
Acara ini akan memberikan pemahaman bagi perusahaan dan enterprise untuk menghentikan pelaku kejahatan siber dengan cepat melalui strategi keamanan yang terpadu di seluruh lingkungan siber yang makin kompleks.
Advertisement
Acara yang digelar Trend Micro ini menjadi momentum penting ditengah peningkatan ancaman siber yang kian meluas. Tak hanya itu, metode yang dilakukan oleh penjahat siber makin canggih demi mengambil keuntungan finansial yang lebih besar.
Pelaku kejahatan siber (hacker) kini lebih berani dalam melancarkan aksinya, karena kesadaran keamanan siber yang masih rendah dan kurangnya keterampilan keamanan siber di enterprise dan IT yang makin rumit.
Menurut laporan terbaru Calibrating Expansion: Annual Cybersecurity Threat Report, dikutip Rabu (21/5/2024), Trend Micro menyebutkan adanya peningkatan sebesar 10% dalam total ancaman yang diblokir tahun 2023.
Beberapa temuan global yang penting dari laporan itu adalah:
- Deteksi malware email melonjak 349% year-on-year (YoY), sementara deteksi URL phishing berbahaya menurun 27% YoY – ini menunjukkan tren penggunaan lampiran berbahaya dibandingkan tautan yang secara langsung dimasukkan ke email
- Deteksi business email compromise (BEC) meningkat 16% YoY
- Deteksi ransomware turun 14%, namun ada peningkatan 35% dalam serangan yang diblokir di bawah File Reputation Services (FRS) Trend Micro
Laksana Budiwiyono, Country Manager Trend Micro Indonesia, mengungkapkan bahwa ancaman siber telah berangsur-angsur menurun, ia mengingatkan agar tetap meningkatkan sistem keamanan siber
“Meskipun laporan Trend Micro menunjukkan adanya penurunan dalam ancaman, seperti ransomware, di Indonesia dan beberapa negara lain di Asia Tenggara, kita tidak boleh berpuas diri karena penjahat siber akan terus memperbaiki taktik, teknik dan prosedur serangan mereka, terutama dalam menghindari pertahanan," ujarnya.
Pelaku Siber Lebih Berhati-hati saat Melancarkan Aksinya
Laporan dari Calibrating Expansion mencatat perkembangan ancaman di Asia Tenggara pada 2023. Di Asia Tenggara terjadi peningkatan keseluruhan dalam deteksi ransomware, lebih dari setengah (52%) dari jumlahnya di dunia.
Sebagian besar berasal dari pendeteksian di Thailand. Market lain seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Filipina mengalami penurunan dalam deteksi ransomware, sama dengan tren global. Di Indonesia, jumlah deteksi ransomware turun 58%.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa pelaku siber kini lebih berhati-hati saat memilih target dan melancarkan aksinya. Selain itu, mereka menjadi semakin ahli dalam menembus lapisan deteksi awal.
Meski pelaku siber kini lebih berhati-hati melancarkan serangan, hanya 9 persen perusahaan yang mengawasi dan memantau kejahatan siber secara aktif.
Hal tersebut menjadi bukti bahwa keamanan siber masih belum menjadi perhatian serius bagi banyak perusahaan.
Laksana Budiwiyono berharap bahwa acara Resilience World Tour yang digelar Trend Micro ini meningkatkan kesadaran perusahaan di Indonesia untuk meningkatkan keamanan siber mereka, sekaligus memperkenalkan teknologi terbaru dari Trend Micro untuk solusi keamanan siber.
"Dengan menyelenggarakan acara ini di Jakarta, perusahaan-perusahaan di Indonesia akan berkesempatan untuk memahami strategi dan berbagi praktik terbaik dalam mengelola risiko di seluruh permukaan serangan. Memahami strategi musuh adalah dasar dari pertahanan yang efektif," ujarnya.
Advertisement
Trend Micro Resilience World Tour 2024 Fokuskan Strategi Keamanan Berbasis AI
Trend Micro Resilience World Tour kini digelar di Jakarta, setelah sebelumnya dimulai di Singapura pada 14 Mei 2024, dan berlanjut ke Filipina pada 16 Mei 2024.
Materi yang didiskusikan pada acara ini berfokus pada strategi keamanan berbasis AI di berbagai tempat. Pengunjung yang datang akan melihat teknologi-teknologi dan inovasi-inovasi terbaru yang membantu mempercepat upaya pengelolaan risiko siber, sehingga memungkinkan perusahaan untuk mengambil keputusan yang tepat, mempercepat langkah-langkah keamanan, dan meraih masa depan yang lebih tangguh.
David Ng, Managing Director Trend Micro Singapura, Filipina dan Indonesia, berpendapat bahwa strategi keamanan siber diperlukan, terlebih ketika perusahaan telah mengadopsi teknologi AI generatif.
”Ketika perusahaan global menggunakan AI generatif dan tool digital lainnya untuk mendapatkan keunggulan kompetitif, strategi keamanan siber terpadu semakin penting," ucapnya.
Tak hanya membahas strategi keamanan siber bebasis AI, Trend Micro juga akan memperkenalkan produk terbarunya, Trend Vision One™, yang akan membantu mengamankan penggunaan layanan AI generatif publik dan privat, dan lebih baik dalam mengelola risiko terkait dengan pengadopsian masal pada alat AI baru.
Perkenalan teknologi terbaru daru Trend Micro diharapkan bakal melanjutkan kepemimpinan Trend Micro sebagai vendor pertama yang berfokus pada pengamanan layanan AI termasuk mereka yang menggunakannya di seluruh perusahaan dan enterprise melalui:
- Manajemen terpusat untuk akses karyawan dan penggunaan aplikasi AI
- Inspeksi yang cepat untuk mencegah kebocoran data dan penyusupan berbahaya
- Penyaringan konten untuk memenuhi persyaratan kepatuhan
- Pertahanan melawan serangan large language model (LLM)
"Di acara Risk to Resilience World Tour, bersama dengan inovasi keamanan siber lain, kami akan menampilkan kemampuan AI yang baru diluncurkan, yang akan membantu perusahaan mengatasi risiko inheren pada manusia terkait dengan penerapan AI. Dikembangkan dengan AI selama bertahun-tahun untuk melindungi pelanggan kami dengan lebih baik,” pungkas David.
Infografis Kejahatan Siber
Advertisement