Liputan6.com, Yogyakarta - Hari Kesadaran Skizofrenia Sedunia atau World Schizophrenia Awareness Day diperingati setiap 24 Mei. Peringatan ini bertujuan untuk mematahkan stigma dan meningkatkan kesadaran untuk perawatan kesehatan mental yang lebih baik.
Dengan demikian, stigma akan menurun dan pemahaman tentang skizofrenia akan meningkat. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya dukungan kepada mereka yang terdampak kondisi tersebut.
Skizofrenia adalah gangguan mental kronis yang memengaruhi cara seseorang berpikir, bertindak, mengekspresikan emosi, memahami realitas, dan berhubungan dengan orang lain. Skizofrenia tak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol dengan pengobatan yang tepat.
Baca Juga
Advertisement
Skizofrenia berkaitan dengan psikosis, sehingga penderitanya kesulitan membedakan yang nyata dari apa yang dibayangkan. Bagi mereka, dunia mungkin tampak seperti pikiran, gambar, dan suara yang membingungkan.
Gejala skizofrenia
Penderita skizofrenia mengalami beberapa gejala, seperti berkhayal, halusinasi, pemikiran yang tidak teratur (ucapan), perilaku motorik yang tidak teratur, dan gejala negatif. Pada penderita remaja biasanya gejalanya akan sulit dikenali.
Gejala halusinasi yang dialami penderita biasanya melibatkan penglihatan atau pendengaran akan hal-hal yang tidak ada. Namun bagi orang dengan skizofrenia, mereka memiliki kekuatan dan dampak penuh dari pengalaman normal. Halusinasi bisa dalam berbagai indra, tetapi indra pendengaran menjadi yang paling umum.
Pengobatan skizofrenia
Skizofrenia membutuhkan pengobatan seumur hidup, bahkan ketika gejalanya mereda. Pengobatan dengan obat-obatan dan terapi psikososial dapat membantu untuk mengelola dan meredakan skizofrenia. Dalam beberapa kasus, dibutuhkan rawat inap.
Biasanya, pengobatan skizofrenia ini dipandu oleh seorang psikiater. Tenaga profesional akan meresepkaan obat-obatan antipsikotik yang dianggap dapat mengendalikan gejala dengan memengaruhi dopamine neurotransmitter otak. Namun, bisa juga psikiater akan meresepkan obat lain, seperti obat antidepresan atau obat anticemas.
Selain obat-obatan, penderita skizofrenia juga akan mendapatkan terapi psikososial, terutama setelah gejala mereda.
Selain tetap konsumsi obat, penderita juga melakukan terapi intervensi psikososial dan psikologis. Intervensi psikososial dan psikologis mencakup terapi individu, pelatihan keterampilan sosial, terapi keluarga, serta rehabilitasi keahlian dan dukungan pekerjaan.
Kehadiran Hari Kesadaran Skizofrenia Sedunia yang diperingati setiap 24 Mei bisa menjadi momen penting untuk penderitanya maupun masyarakat luas. Dengan demikian, stigma negatif terhadap penderita skizofrenia akan hilang.
Penulis: Resla