Realita Vila Mewah Berpemandangan Sungai di Bali, Ternyata Penuh Sampah

Kondisi sungai itu kontras dengan kolam biru jernih di vila-vila mewah Bali.

oleh Asnida Riani diperbarui 22 Mei 2024, 09:01 WIB
Salah satu pendiri Sungai Watch, Gary Bencheghib, berbagi realita vila mewah berpemandangan sungai di Bali. (dok. tangkapan layar Instagram @garybencheghib/https://www.instagram.com/p/C47GTfqRHAf/)

Liputan6.com, Jakarta - Vila-vila mewah di Bali tidak bisa lepas dari krisis sampah ekstrem di pulau ini. Salah satu pendiri Sungai Watch, Gary Bencheghib, berbagi di Instagram tentang kondisi sungai lokal di Canggu dari vilanya di Pulau Dewata, baru-baru ini.

Melansir news.com.au, Selasa, 21 Mei 2024, video tersebut menampilkan sebuah vila mewah dengan kolam biru jernih. Tapi saat melewati pagar, sungai di samping bangunan itu hampir seluruhnya tertutup sampah, termasuk botol plastik dan tas belanjaan. "'Datanglah ke Bali dan nikmati vila berpemandangan sungai,' kata mereka," sebutnya.

Salah satu pengguna nimbrung di kolom komentar, bercerita, "Saya sangat kecewa ketika tiba di Bali. Saya mengharapkan surga tropis dan menemukan tempat pembuangan sampah yang menjijikkan." Yang lain menyindir, "Mengejutkan sekali mengambil semua uang dari wisatawan dan tidak mengembalikannya ke pengumpulan sampah yang semestinya."

Pengelolaan sampah merupakan masalah menahun di Bali, sehingga masyarakat setempat sering kali tidak punya pilihan selain membuang sampah mereka di pinggir jalan atau di kebun. Sampah yang dibuang telah mengalir ke 400 anak sungai, dengan 90 persen penduduknya tinggal satu kilometer dari sungai.

Ini bukan kali pertama lanskap Pulau Dewata yang penuh sampah dibongkar. Awal tahun ini, Dale Philip, turis asing, sekaligus YouTuber asal Skotlandia yang "kena prank" air terjun Instagrammable di Bali. Ia mengaku tahu keberadaan Air Terjun Pengempu dari media sosial, dan tertarik datang karena objek wisata di Bali itu terpotret memesona.

"Saya telah melihat tempat ini tampak luar biasa di banyak foto Instagram yang mencolok dan glamor, tapi ketika saya sendiri tiba di sana, saya menemukan bahwa tempat itu dipenuhi sampah," tulisnya di unggahan TikTok pada 15 Januari 2024.


Kena Prank Konten Media Sosial

Tumpukan sampah di Air Terjun Pengempu, Tabanan, Bali. (dok. tangkapan layar video TikTok @dalephilipvlogs/https://www.tiktok.com/@dalephilipvlogs/video/7324146648907631904)

YouTuber itu menyambung, "Saya tidak menyangka akan melihat tumpukan sampah tergeletak di sini," seraya memperlihatkan sampah yang mengambang di atas kolam air terjun. "Itu sungguh memalukan! Benar-benar memalukan. Saya yakin Anda tidak akan melihatnya di foto Instagram siapa pun… yah, itulah kenyataannya."

Rekaman kunjungannya kemudian beralih di antara keindahan air terjun di belakangnya dan sampah yang terkumpul di kolam di depannya. Dale mengaku sempat mempertimbangkan untuk berenang.

"Tapi, airnya tentu tidak bersih, apalagi dengan banyaknya sampah dan sebagainya, mungkin tidak aman sama sekali untuk berenang di air tersebut," katanya. "Saya cukup yakin itu akan membuat saya sakit."

Berharap limbah itu bukan disebabkan wisatawan, Dale menduga bahwa sampah-sampah tersebut mungkin mengalir ke kolam air terjun, bukan dibuang mereka yang datang mengunjungi daerah tersebut.

"Saya kira karena itu air terjun, mungkin sebenarnya bukan orang yang datang, lalu membuangnya (sampah) ke (kolam) air terjun. Mungkin datangnya dari hulu sungai dan menghanyutkan semua sampah," duga si turis asing.


Kata Pakar

Tumpukan sampah di Air Terjun Pengempu, Tabanan, Bali. (dok. tangkapan layar video TikTok @dalephilipvlogs/https://www.tiktok.com/@dalephilipvlogs/video/7324146648907631904)

Pada Yahoo News Australia, dikutip 30 Januari 2024, Profesor Joseph Cheer dari Western Sydney University menjelaskan, "Tentu saja dengan semakin banyaknya wisatawan di sana (Bali) akan memperbesar jumlah botol plastik sekali pakai yang dibuang ke tempat sampah."

Kondisi ini juga memberi tekanan lebih lanjut pada masalah plastik di Bali yang berasal dari buruknya infrastruktur manajemen limbah, katanya. Ia menambahkan bahwa masalah sampah juga merupakan "khas pariwisata di pulau-pulau."

Profesor Cheer, yang juga merupakan salah satu ketua Dewan Masa Depan Global Forum Ekonomi Dunia untuk Masa Depan Pariwisata Berkelanjutan, mengatakan, video tersebut merupakan pengingat bagi wisatawan bahwa Bali tidak memiliki kapasitas untuk mendaur ulang dan menangani plastik dalam jumlah besar.

Karena itu, "kita semua harus memikirkan kembali penggunaan plastik sekali pakai maupun sampah lain saat berlibur." "Pertanyaannya adalah, ketika Anda pergi ke pulau-pulau ini, bagaimana Anda bisa mengubah perilaku Anda sebagai turis untuk memastikan bahwa Anda tidak menambah masalah?" sebutnya.


Kurangi Beban Wisata

Aksi Bersihkan sampah di Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Denpasar, Bali (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Profesor Cheer menyambung, "Pertimbangkan konsumsi Anda terhadap sesuatu dan bagaimana hal ini menambah tantangan (pengelolaan limbah) yang dihadapi komunitas pulau kecil seperti itu."

Namun, ia mengakui bahwa pemerintah Indonesia juga harus mengambil tindakan untuk mengatasi masalah plastik. "Jika wisatawan membawa botol minum mereka sendiri dan pihak berwenang menyediakan sumber minuman yang menyediakan air minum yang aman, Anda bisa melakukan perubahan kecil, bukan?" sarannya.

Sudah berulang kali sebenarnya Bali disorot karena pengelolaan sampah yang sangat buruk. "Followed a river filled with plastic and it led to this… (Mengikuti sebuah sungai dipenuhi sampah plastik dan mengantarkannya sampai di sini)," tulis Gary Benchegib di kolom keterangan akun Instagramnya pada 25 Juli 2023.

Bersamaan dengan itu, ia mengunggah video pendek tentang temuan mengejutkan olehnya dan tim Sungai Watch. Sebuah gunung sampah setinggi 50 meter yang didominasi sampah plastik ditemukan di tengah hutan di salah satu sudut Pulau Dewata. 

Infografis Journal_ Fakta Tingginya Sampah Sisa Makanan di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya