Bolehkah Qurban dengan Ayam pada Idul Adha? Simak Penjelasan Gus Baha

Ada pertanyaan yang cukup menggelitik, bolehkah ibadah qurban dengan ayam karena tak punya tak mampu beli hewan kurban seperti kambing atau sapi? Simak penjelasan Gus Baha

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 22 Mei 2024, 02:00 WIB
KH Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, santri Mbah Moen pakar tafsir Al-Qur'an dan ahli Fiqih. (Foto: YT Najdwa Shihab)

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini umat Islam berada di bulan Dzulqa'dah yang merupakan salah satu dari empat bulan yang dimuliakan dalam Islam. Itu artinya, bulan depan adalah Dzuhijjah atau disebut bulan Haji di mana umat Islam merayakan Idul Adha atau Hari Raya Qurban.

Di Indonesia, lazimnya ada dua jenis hewan kurban. Yakni sapi, kerbau dan sejenisnya, serta kambing, domba dan sejenisnya. Sementara, di luar negeri, terutama di dunia Arab, banyak yang berkurban dengan unta.

Namun, tak semua umat Islam mampu berkurban. Alasannya bermacam-macam, tapi paling banyak adalah harga hewan ternak yang akan dijadikan hewan kurban yang relatif tinggi.

Ada pertanyaan yang cukup menggelitik, bolehkah ibadah qurban dengan ayam karena tak punya tak mampu beli hewan kurban seperti kambing atau sapi?

Soal ini, ulama alim KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) membahasnya dengan cukup gamblang. Gus Baha juga menceritakan pengalamannya saat belum mampu membeli hewan kurban.

Simak penjelasannya.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Bolehkah Qurban dengan Ayam?

Ilustrasi Ayam Jago (Gambar oleh Thawathai Seangsai dari Pixabay)

Melansir situs genpi.co, Gus Baha membeberkan kajian Islam terkait hukum kurban ayam pada Idul Adha. Hal tersebut diungkapkan Gus Baha dalam ceramah yang diunggah di kanal YouTube SANTRI GAYENG pada 18 Juli 2020.

Menurut Gus Baha, hukum kurban ayam pada Idul Adha menarik untuk disimak. Lazimnya umat Islam berkurban dengan menyembelih kambing, kerbau atau sapi.

Lantas bolehkah berkurban dengan ayam pada Iduladha?

"Saya juga pernah miskin. Zaman saya merantau di Yogyakarta masih miskin, setiap Iduladha saya menyembelih ayam. Jika tidak, saya beli daging setengah kilo," kata Gus Baha.

Menurut Gus Baha, alasan pertama, karena Allah melarang berpuasa di Hari Raya.

"Karena hari makan-makan. Ya sudah kami makan-makan. Kedua, menghilangkan tamak ke panitia kurban masjid. Nanti kalau tamak, kecewa terus bergumam (menggerutu). Sudah miskin, bergumam, hasud kan dobel dosanya. Tapi, kalau kamu menyembelih ayam atau bebek, yang penting jangan tikus. Pokoknya halal," jelas Gus Baha.


Kisah Ibnu Abbas dan Analogi Gus Baha

Gus Baha membeberkan, Ibnu Abbas (sahabat Nabi) itu hebat, saat Iduladha tidak menyembelih kambing, tapi menyembelih ayam.

Ketika ditanya, "Apa ini kurban?" jawabnya, "tidak".

"Lah kok ayam, apa ada dasarnya (dalil) kurban ayam?"

"Tidak," jawab Ibnu Abbas.

Pokoknya kata Allah, يوم أكل وشرب (yaumu aklin wa syurbin). Yang penting aku turuti perintah Allah, hari makan-makan.

Ingat itu, jangan tidak sama sekali. Makanya dalam sebagian hadis, ulama itu khilaf (berbeda pendapat). Menurut Imam Al-Qurtubi, ada kemungkinan boleh kurban ayam. Tetapi, jangan ditaruh masjid nanti ditertawakan orang.

"Paham ya? Alasan Imam Qurtubi masuk akal, Nabi bersabda, orang yang berangkat Jumatan awal (jam 08.00-09.00 pagi) itu fakaannama qorroba badanatan (seolah-olah dia berkurban unta)," ungkap Gus Baha.


Ayam Jangan Dibawa ke Masjid

Gus Baha (YT Bolo Pusat)

Sementara itu, kata Gus Baha, kalau agak mepet, misalnya jam 10.00 pagi itu seperti kurban sapi. Kalau dekat misalnya jam 11.30 itu sama dengan kurban ayam. Redaksi hadisnya fakaannama qorroba dajaatan (فَكَأنَّما قَرَّبَ دَجَاجَةً).

Terakhir, kata Nabi, kalau Jumatan mendekati khatib akan naik mimbar sama dengan kurban telur. Nabi mengistilahkan itu "kurban".

Paham maksud saya?

"Berarti, ketika Iduladha kurban telur satu kilo namanya kurban. Paham kan maksud saya? Tapi, agar tidak kontroversi jangan dibawa ke masjid. Pokoknya dipakai sendiri saja. Kalau dibawa masjid kan lucu," beber Gus Baha.

Namun, menurut pengamatan Gus Baha, seumpama benar itu bagus, tapi jangan dibawa ke masjid syaratnya.

Gus Baha menjelaskan, misalnya satu kampung 300 orang. Yang kaya kurban sapi, rada kaya kurban kambing, yang miskin menyembelih ayam. Sehingga tetap ada makan-makan satu kampung. Yang penting pada hari itu hari makan-makan.

"Jadi, kalau melihat hadis itu ya seperti kata Imam Qurtubi. Sama seperti kurban unta, kurban sapi, atau kurban ayam kalau Jumatan mendekati (azan) dan yang paling belakang kurban telur," kata Gus Baha.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya