Liputan6.com, Jakarta Paul McCartney menjadi musisi pertama di Inggris yang menjadi miliarder. Hal itu diungkapkan dalam Sunday Times Rich List.
Melansir BBC, Kamis (23/5/2024) Paul McCartney, yang merupakan anggota band legendaris meningkatkan penghasilannya sebesar 50 juta poundsterling aatau setara Rp. 1 triliun dalam setahun terakhir.
Advertisement
Penghasilan itu dikumpulkannya melalui sejumlah tur, katalog, dan sampul lagu klasik Beyoncé yang ia tulis pada tahun 1968, Blackbird, hingga mencapai status miliarder.
Daftar miliarder terkaya di Inggris tahun ini terdiri dari 350 individu dan keluarga yang memiliki kekayaan gabungan sebesar 795,3 miliar poundsterling atau setara Rp. 16,2 kuadriliun. Menurut Sunday Times, nilai tersebut lebih besar daripada perekonomian Polandia.
Namun penulis di Sunday Times Rich List, Robert Watts mengatakan bahwa daftar tahun ini menunjukkan kenaikan miliarder di Inggris telah berakhir.
"Banyak wirausahawan dalam negeri yang mengalami penurunan kekayaan dan beberapa orang super kaya global yang datang ke sini pindah," ungkap Watts.
"Ribuan mata pencaharian di Inggris bergantung pada orang-orang super kaya sampai batas tertentu," sebutnya.
"Kita harus menunggu dan melihat apakah kita sekarang telah mencapai puncak miliarder, dan apa pengaruhnya bagi perekonomian kita" tambah dia.
Kekayaan Turun
Karena tahun yang sulit bagi Virgin Money dan perusahaan pariwisata luar angkasa Galactic, kekayaan miliarder Sir Richard Branson turun menjadi 2,4 miliar poundsterling atau Rp 48,9 triliun tingkat kekayaan yang dilihatnya pada tahun 2000.
Sementara itu, Gopi Hinduja dan keluarganya kembali dinobatkan sebagai orang terkaya di Inggris, dengan kekayaan mereka mencapai 37,2 miliar poundsterling atau Rp. 758,8 triliun kekayaan terbesar yang pernah dicatat oleh Sunday Times.
Sir Elton John, Lord Lloyd-Webber dan David serta Victoria Beckham termasuk di antara beberapa nama terkenal dalam daftar miliarder Inggris, yang memiliki kekayaan minimal 350 juta poundsterling atau Rp. 7,1 triliun.
Sederet Miliarder Baru di Inggris
Para miliarder baru tahun ini di Inggris termasuk Graham King, yang menurut Sunday Times telah mengumpulkan kekayaan sebesar 750 juta poundsterling dari taman liburan, warisan, dan perumahan pencari suaka untuk pemerintah.
Jon dan Susie Seaton, pasangan yang mendirikan penerbit pendidikan Twinkl di meja dapur mereka di Sheffield dan menjual saham senilai 500 juta untuk bisnis tersebut juga masuk dalam daftar miliarder Inggris bersama Euan Blair, putra tertua Sir Tony Blair, yang menyiapkan magang teknologi senilai 1,4 miliar poundsterling perusahaan Multiverse.
"Ini mungkin masa-masa sulit untuk menciptakan kekayaan, namun Sunday Times Rich List terus mengungkap para wirausahawan yang membangun kekayaan dengan cara yang beragam dan sering kali mengejutkan," kata Watts.
"Peserta baru tahun ini mencakup orang-orang yang telah menghasilkan uang dari kecerdasan buatan dan dunia maya serta perlengkapan pipa dan alat bantu pengajaran," bebernya.
Advertisement
Kantor Berita Inggris Era Kerajaan Henry VIII Dijual ke Miliarder Ceko, Harganya Bikin Geleng-Geleng
Kantor berita asal Inggris, Royal Mail menjadi salah satu ikon negara itu dengan kehadirannya sejak zaman kerajaan era Raja Henry VIII.
Kini, Royal Mail dikabarkan akan dijual kepada seorang miliarder adal Ceko, Daniel Křetínský, sehingga menimbulkan kekhawatiran mengenai nasib ribuan pekerja dan layanan berita nasional yang penting.
Melansir CNN Business, Jumat (17/5/2024) perusahaan logistik Inggris, International Distribution Services (IDS), yang memiliki Royal Mail, mengatakan pihaknya tengah mepertimbangkan untuk tawaran pengambilalihan 3,70 Poundsterling per saham dari EP Group Křetínský.
Sedangkan pihak EP Group memiliki waktu hingga 29 Mei 2024 untuk mengubah penawaran senilai 3,5 miliar Poundsterling atau setara Rp. 70,7 triliun menjadi penawaran formal untuk IDS.
Kemungkinan penjualan ini akan terjadi setelah beberapa tahun yang sulit bagi Royal Mail, yang diprivatisasi pada tahun 2013.
Dilaporkan, Royal Mail telah mengalami penurunan tajam dalam permintaan atas layanannya, dan kerugiannya pun membengkak.
Juru bicara Departemen Bisnis dan Perdagangan Inggris mengungkapkan, bahwa pihaknya saat ini tidak memiliki rencana untuk mengubah kewajiban layanan Royal Mail yang mengikat secara hukum.
"Setiap perubahan di masa depan pada operasi Royal Mail perlu mempertimbangkan dampaknya terhadap bisnis dan konsumen rentan yang bergantung pada layanan penting ini," kata juru bicara tersebut.
Sejauh ini, Royal Mail telah mengalami kerugian hingga sebesar 8 juta Poundsterling atau setara Rp. 161,5 milair per minggunya.