IHSG Diramal Balik ke 7.600, Saham Apa Saja yang Bisa Dilirik?

Penerbitan obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) akan turut pengaruhi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2024.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 22 Mei 2024, 18:33 WIB
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan kembali pada posisi 7.600. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan kembali pada posisi 7.600. Institutional Research PT Sinarmas Sekuritas, Isfhan Helmy menjelaskan perhitungan tersebut mempertimbangkan keberadaan saham BREN dan Barito Group.

"Kita coba kalkulasi sejak BREN IPO, kita keluarkan komponen dari Barito Group. Ternyata value IHSG kita excluding Barito Group itu 6.635 per tutupan 21 Mei kemarin. Jadi kita melihat bahwa seharusnya kita menghitung IHSG seperti ini, jangan menggunakan JCI as a whole," kata Isfhan dalam Webinar Sinarmas Sekuritas, Rabu (22/5/2024).

Pada saat asumsi tersebut dibuat, kalkulasi IHSG tercatat pada posisi 7.254,01. Dengan asumsi tidak termasuk BREN, JCI berada pada posisi 6.864,57.

"Dengan IHSG kemarin di bottom 7.100, secara valuasi P/E band sudah mendekati minus 2 standar deviasi. Artinya kalau kita keluarkan BREN mungkin kita sekarang sudah di minus 2 lebih sedikit standar deviasi," ujar Isfhan.

Dalam perhitungannya, IHSG berpotensi kembali pada level 7.600an. Pada skenario bear, IHSG berada pada 6.016 dan pada skenario bull IHSG bisa mencapai 8.191.

"Kita melihat bahwa base case kita itu mungkin akan bisa balik recover ke 7.600. Artinya bisa dimanfaatkan posisi seperti ini untuk membeli saham-saham yang secara quality of stock cukup menarik," kata Isfhan.

Mempertimbangan ketertarikan investor asing, Isfhan menjabarkan beberapa saham yang menarik dicermati. Antara lain BBRI, BBCA, BBNI, TLKM, ICBO, ANTM, CTRA, dan AMRT.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Proyeksi Capital Outflow

Pekerja melintas di layar IHSG di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Isfhan memaparkan adanya proyeksi dari US treasury net bonds issuance yang akan terus tinggi sampai setidaknya hingga Agustus-September.

"Artinya sampai bulan segitu, cukup besar risikonya bagi Indonesia untuk mengalami arus modal keluar untuk bank bonds maupun equity," kata Isfhan.

Di sisi lain, Jepang dan China tidak lagi membeli US bonds. Mendorong negara Eropa lainnya untuk mau tidak mau keluar dari pasar negara berkembang (emerging market), dan mereka subscribe atau beli di US treasury issuance dengan yield di angka 4,7% sampai 5%.

"Yang terjadi di sini bond inflow tahun kemarin secara full year itu Rp 80 triliun, sudah reverse lebih dari setengah, itu sudah keluar semua outflow selain equity. Ini menarik karena investor asing cuma jualan Rp 17 triliun, tetapi yang terjadi adalah IHSG langsung turun di bottom," kata Isfhan.

Dalam catatannya, pada kuartal I dan kuartal II tahun ini, asing melakukan pembelian hingga Rp 50 triliun. Menurut Isfhan, investor asing belum sepenuhnya keluar dari sisi equity. "Artinya kedepan kita melihat bahwa memang equity memang sudah di bottom banget, dan we prefer equity over bonds," kata dia.

 

 


Sinarmas Sekuritas Ramal IHSG Tembus 8.150 pada 2024, Saham 'Pandawa 5' Jadi Jagoan

Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Sinarmas Sekuritas atau SimInvest memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sentuh 8.150 pada 2024. Head of Institutional Research PT Sinarmas Sekuritas, Isfhan Helmy menjelaskan, ada dua garis waktu yang dibutuhkan untuk mencapai level tersebut.

"Kita memasang target itu 7.800 sampai 8.150. Cuma untuk mencapai itu kita mungkin butuh dua timeline. Jadi kami tidak melihat ini terjadi dalam waktu cukup cepat," kata dia dalam webinar SimInvest - Bond Market Update, Kamis (14/3/2024).

Adapun garis waktu atau time frame yang dimaksud adalah Februari-Juli dan Juli-Desember. Untuk Februari-Juli, IHSG diperkirakan berada pada posisi 7.400, dengan skenario pemilu satu putaran.

"Dan kita lihat bahwa Juli sampai Desember itu targetnya bisa 7.800 sampai 8.150. Artinya ada peluang mungkin by mid-year kita mencapai 7.800. Jadi secara teknikal kita cukup bullish untuk IHSG," imbuh Isfhan.

Untuk saham pilihan, Isfhan menyebutkan ada lima emiten yang jadi jagoannya, disebut pandawa-5. Penamaan ini merujuk pada bursa Amerika Serikat (AS) yang memiliki Magnificent Seven, yakni kelompok saham-saham antara lain Microsoft, Apple, Amazon, Facebook, Netflix, dan semacamnya.

Sementara di dalam negeri, saham Pandawa 5 yang dimaksud berisi Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Bank Central Asia Tbk (BBCA), Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).

 


Saham Pilihan

Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Karena hal tersebut, Jokowi memberi apresiasi kepada seluruh pelaku industri maupun otoritas pasar modal. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Saya coba track dari 2013, kelima saham ini merupakan saham yang wajib ada di portofolio investor asing. Dan kalau diperhatikan dari 2021 sampai 2023, investor asing itu masuk terus secara kumulatif secara tahunan," ujar Isfhan.

Sebagai gambaran, pada Februari 2024, lima saham ini berhasil mencatatkan inflow dari investor asing sebesar Rp 8,5 triliun. Angka itu sekitar 90 persen dari total aliran dana investor asing yang tercatat sebesar Rp 9,3 triliun. Sementara sejak 2021 sampai saat ini, total dana asing di pasar saham tercatat sebesar Rp 102 triliun. Di mana Rp 85 triliun di antaranya lari ke saham Pandawa-5.

"Artinya powerful banget kalau kita memiliki lima saham ini. Kami melihat dari 5 saham ini sebenarnya masih punya potential gain itu ada di BCAA ini BUY targetnya di 11.700 BRI di 7.200 targetnya," kata Isfhan. Sementara untuk BMRI dan BBNI bisa ADD. BMRI dengan TP 8.200 dan BBNI dengan TP 7.100. Adapun TLKM BUY dengan TP 4.700

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya