To Lam Dikukuhkan Sebagai Presiden Vietnam di Tengah Perang Antikorupsi

Korupsi menguji kestabilan sistem politik Vietnam.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 23 Mei 2024, 08:00 WIB
To Lam mengambil sumpah jabatan tersebut setelah terpilih menjadi presiden melalui Majelis Nasional di Hanoi, Vietnam, pada Rabu (22/5/2024). (Dok. Pham Trung Kien/VNA via AP)

Liputan6.com, Hanoi - Pejabat tinggi keamanan Vietnam To Lam pada hari Rabu (22/5/2024) dikukuhkan sebagai presiden baru negara tersebut. Dia mengawasi operasi polisi dan intelijen selama periode ketika kelompok hak asasi manusia mengatakan kebebasan dasar telah ditekan secara sistematis dan dinas rahasianya dituduh melanggar hukum internasional.

Lam mendapat konfirmasi dari Majelis Nasional Vietnam setelah pendahulunya mengundurkan diri di tengah kampanye antikorupsi yang sedang berlangsung, yang mengguncang para pemimpin politik dan elite bisnis negara tersebut dan telah mengakibatkan banyak perubahan di tingkat atas pemerintahan.

"Kepresidenan Vietnam sebagian besar bersifat seremonial, namun peran barunya sebagai kepala negara menempatkan pemimpin berusia 66 tahun itu dalam posisi yang sangat kuat untuk menjadi sekretaris jenderal Partai Komunis berikutnya, posisi politik paling penting di negara ini," kata analis di ISEAS-Yusof Ishak Institute Singapura Nguyen Khac Giang, seperti dilansir kantor berita AP, Kamis (23/5).

Sekretaris Jenderal Partai Komunis Nguyen Phu Trong terpilih untuk masa jabatan ketiga pada tahun 2021, tetapi pada usia 80 tahun, dia mungkin tidak akan mencalonkan diri lagi setelah tahun 2026.

Trong adalah seorang ideolog yang memandang korupsi sebagai ancaman paling serius yang dihadapi partai. Sebagai pejabat tinggi keamanan Vietnam, Lam telah memimpin kampanye antikorupsi Trong.

Setelah Lam dikukuhkan sebagai presiden, Wakil Menteri Keamanan Publik Tran Quoc To ditunjuk untuk mengambil alih sementara jabatannya di kementerian.

Lam menghabiskan lebih dari empat dekade di Kementerian Keamanan Publik sebelum menjadi menteri pada tahun 2016. Kenaikan jabatannya terjadi ketika politbiro Vietnam kehilangan enam dari 18 anggotanya di tengah meluasnya kampanye antikorupsi, termasuk dua mantan presiden dan ketua parlemen Vietnam.

"Dia berada di balik banyak penyelidikan terhadap politikus terkenal," kata Giang.

Sementara itu, wakil ketua parlemen Vietnam saat ini dikukuhkan pada hari Senin (20/5) sebagai ketua Majelis Nasional setelah pendahulunya, Vuong Dinh Hue, mengundurkan diri di tengah kampanye anti-korupsi. Hingga pengunduran dirinya, Hue juga dipandang sebagai calon penerus Trong.

Ketidakstabilan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sistem politik Vietnam telah membuat takut para investor ketika negara tersebut mencoba memosisikan dirinya sebagai alternatif bagi perusahaan-perusahaan yang ingin mengalihkan rantai pasokan mereka dari China.

Membanjirnya investasi asing, terutama di bidang manufaktur produk-produk berteknologi tinggi seperti ponsel pintar dan komputer, meningkatkan harapan bahwa negara ini akan bergabung dengan "Empat Macan Asia" – Hong Kong, Singapura, Korea Selatan, dan Taiwan, yang perekonomiannya mengalami industrialisasi pesat dan mencatat tingkat pertumbuhan yang tinggi.

Namun, skandal dan ketidakpastian – termasuk hukuman mati bagi seorang taipan real estate yang dituduh menggelapkan hampir 3 persen PDB negara tersebut pada tahun 2022 – telah membawa ketidakpastian dan keengganan birokrasi dalam mengambil keputusan. Pertumbuhan ekonomi merosot menjadi 5,1 persen tahun lalu dari 8 persen pada tahun 2022 karena melambatnya ekspor.


Tindakan Keras terhadap Kritikus

Ilustrasi Vietnam. (Dok. AFP)

Selama masa kepemimpinan Lam di Kementerian Keamanan Publik, Human Rights Watch, Amnesty International, dan organisasi pengawas lainnya telah mengkritik keras Vietnam atas pelecehan dan intimidasi yang mereka lakukan terhadap para pengkritik.

Menurut Human Rights Watch, pada tahun 2021, pengadilan menghukum setidaknya 32 orang karena mengunggah opini kritis tentang pemerintah dan menjatuhkan hukuman beberapa tahun penjara kepada mereka, sementara polisi menangkap setidaknya 26 orang lainnya atas tuduhan palsu.

"Di bawah pengawasan Tam sebagai bos keamanan utama Vietnam, masyarakat sipil menghadapi pembatasan lebih lanjut, pembatasan bantuan asing yang diberlakukan pada tahun 2021 diperketat pada tahun 2023, negara tersebut memenjarakan aktivis iklim, dan undang-undang diberlakukan untuk menyensor media sosial," ungkap Ben Swanton dari The 88 Project, sebuah kelompok yang mengadvokasi kebebasan berekspresi di Vietnam.

Dengan naiknya Lam ke kursi kepresidenan, kata Swanton, Vietnam sekarang benar-benar menjadi negara polisi. Dia menambahkan bahwa Politbiro yang berkuasa di Vietnam kini didominasi oleh pejabat keamanan saat ini dan mantan pejabat keamanan.

Saat Vietnam menerapkan lockdown akibat COVID-19 pada tahun 2021, beredar video yang menunjukkan koki Turki Nusret Gokce yang dikenal sebagai Salt Bae, menyuguhkan steak bertaburkan emas kepada Tam di London. Meskipun ada upaya untuk menyensornya, video tersebut tetap viral, memicu kemarahan luas dari orang-orang yang mengalami lockdown akibat virus yang memperburuk kesulitan ekonomi.

Seorang penjual mie Vietnam bernama Bui Tuan Lam pun membuat parodi Salt Bae, menyebabkan dia ditangkap atas tuduhan menyebarkan propaganda anti-negara dan dijatuhi hukuman lima tahun penjara.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya