Tak Hanya Daging Sapi, Kini Australia Promosi Produk Seafood Ramah Lingkungan di Indonesia

Daging sapi Australia begitu banyak dikonsumsi orang Indonesia. Kini, negeri kangguru itu mulai menawarkan produk berbeda, seperti makanan laut (seafood) segar yang diklaim diproduksi secara ramah lingkungan.

oleh Putri Astrian Surahman diperbarui 23 Mei 2024, 16:30 WIB
Tak Hanya Promosi Sapi, Kini Australia Promosi Produk Seafood Segar di Indonesia. (dok. Putri Astrian Surahman/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Citra Australia sebagai produsen daging sapi berkualitas di Indonesia tetap kuat. Tak puas dengan produk protein hewani itu, negeri kangguru mulai mempromosikan produk-produk makanan laut (seafood)nya ke Indonesia.

Tidak heran, Australia mempunyai wilayah penangkapan ikan terbesar ketiga di dunia, dengan garis pantai terbentang sekitar 60.000 kilometer. Dengan luas wilayah tersebut, perairan Australia mengandung lebih dari 3.000 spesies ikan dan setidaknya krustasea dan moluska yang diketahui dalam jumlah yang sama. 

Dalam hal makanan laut, negara tersebut memiliki reputasi dunia sebagai pemasok Great Australian Seafood Premium dan berkualitas tinggi, yang diklaim diproduksi menggunakan praktik penangkapan ikan liar dan budidaya perairan yang ramah lingkungan.

"Kami yakin kami memiliki makanan laut yang ramah lingkungan di dunia, dan kami memiliki lingkungan yang sehat, sehingga kami dapat sangat mendukung makanan laut yang berkelanjutan," ujar CEO Seafood Industry Australia, Patrick Hone dalam acara konferensi pers "Taste the Wonders of Australia" yang berlangsung pada Selasa, 21 Mei 2024, di Jakarta.

Produksi perikanan di sana berfokus pada spesies ekspor bernilai tinggi seperti lobster batu, udang, ikan tuna, salmon, dan abalon. Australia adalah salah satu produsen abalon dan lobster karang hasil tangkapan liar terbesar di dunia. Dari lobster karang, abalon, hingga salmon Atlantik, ditangkap dari perairan murni di sekitar negara bagian kepulauan Tasmania di Australia.


Indonesia Jadi Target Potensial

Acara konferensi pers "Taste the Wonders of Australia". (dok. Putri Astrian Surahman/Liputan6.com)

Dengan jumlah penduduk yang sangat besar dan konsumsi makanan laut di Indonesia yang terus meningkat, Australia melihat ada peluang yang bagus. Patrick mengatakan bahwa Indonesia adalah pasar yang tepat dan potensial untuk mengekspor makanan laut dari Australia.

"76 persen konsumen Indonesia lebih memilih untuk mengonsumsi ikan yang segar, menjadikannya pasar yang sangat penting, khususnya untuk salmon, tuna, kepiting, dan udang Australia," ujar Patrick dalam acara tersebut.

Patrick juga menambahkan bahwa pada 2030, konsumsi makanan laut per kapita di Indonesia diproyeksikan akan meningkat sebesar 13 persen. Selain Indonesia, Australia juga memang menargetkan pasar di kawasan Asia untuk pengeksporan makanan-makanan laut. Karena itu, mereka banyak memproduksi ikan-ikan yang banyak dikonsumsi oleh orang Asia.

Mereka sangat antusias untuk bekerja sama dalam hal produksi makanan laut, khususnya di Indonesia. Mereka juga berharap untuk bisa meningkatkan penawarannya ke pasar dengan produk lainnya, seperti abalon dan kerang.


Hal yang Paling Ditonjolkan

Ilustrasi frozen seafood. (via: benekeith.com)

Ketika berbicara mengenai makanan laut, Patrick mengatakan bahwa "kamu harus memikirkan seafood dari Australia" karena mereka menawarkan ikan-ikan segar dan berkualitas tinggi. Ada beberapa hal yang Patrick tonjolkan terkait dengan makanan laut di Australia.

Pertama, makanan laut di Australia menerapkan prinsip keberlanjutan. Patrick menekankan bahwa mereka sangat mementingkan lingkungan. Jadi dalam setiap penangkapannya, baik yang ada di ternak maupun di laut lepas, nelayan sangat menjaga kelestarian lingkungannya.

Kedua, makanan laut Australia juga sudah terakreditasi dengan baik. Sudah banyak sertifikasi yang dipegang. Standarisasi yang mereka terapkan sangat ketat dan mengutamakan kebersihan. "Jadi kamu tidak usah khawatir soal keamanan dan kenyamanan dari produk yang makanan laut yang kami hasilkan," ujar Patrick.

Ketiga, dalam produksinya mereka sangat transparan kepada konsumennya menggunakan digitalisasi. Mereka lebih terbuka sehingga konsumen bisa melacak produk-produk mereka. Konsumen bisa melihat sendiri bagaimana produk dibuat sehingga bisa percaya dan lebih tahu dari mana asal muasal produk-produk yang dihasilkan.


Nilai Ekspor Tuna Indonesia Tembus Rp14,7 Triliun

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan Indonesia berencana mengadopsi teknologi budidaya tuna dari Turki.

Selain mengimpor, Indonesia juga cukup aktif mengekspor hasil lautnya. Mengutip kanal Bisnis Liputan6.com pada Rabu, 22 Mei 2024, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat nilai ekspor tuna asal Indonesia mencapai USD 927,2 juta atau setara Rp 14,7 triliun sepanjang 2023 lalu. Melihat potensi itu, populasi tuna di perairan dalam negeri dinilai perlu diatur.

Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Budi Sulistiyo mengatakan, penangkapan ikan tuna harus dilakukan secara berkelajutan. Dengan begitu, hasil tangkapan bisa dimanfaatkan sekaligus menjaga jumlah populasi di lautan.

"Tuna merupakan salah satu sumber protein hewani terbaik, jadi tentu (penangkapannya) harus berkelanjutan agar bisa dinikmati oleh generasi saat ini dan masa depan," ucap Budi dalam keterangannya, Kamis, 16 Mei 2024.

Dia mengatakan, upaya utama dalam menjaga keberlanjutan sumber daya ikan tuna adalah menerapkan praktik penangkapan yang bertanggung jawab dan menghindari eksploitasi, baik bagi para nelayan maupun pelaku usaha perikanan. Pemantauan populasi tuna secara terus-menerus dilakukan untuk memelihara kelestariannya.

Infografis Tradisi Makan Bersama dari Berbagai Daerah di Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya