Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM (MenKop UKM) Teten Masduki mengatakan, penting mengubah pola pikir para pelaku usaha mikro agar bermental kuat serta memiliki keinginan untuk terus maju dan berkembang. Menurutnya, pola pikir berbisnis mereka saat ini hanya untuk menghidupi keluarga, bukan menjadi pengusaha besar.
"Problemnya itu ada di mindset mereka. Usahanya enggak mau besar, ya udah, tos cekap sakieu oge (sudah cukup segini juga). Ini kan bukan watak enterpreneur, bukan watak pengusaha," kata Teten, pada acara Meet Up Forum Pendampingan Usaha Mikro Mandiri di Kota Bogor, Rabu (22/5/2024).
Advertisement
Teten mengakui banyak masalah yang menjadi kendala bagi pelaku usaha mikro untuk tumbuh. Selain sulit mengakses pasar dan bahan baku juga mengakses teknologi.
"Karena itu program pendampingan usaha mikro seperti ini dari hulu hingga hilir harus terus dilanjutkan dan diperkuat sehingga bisa mengubah mindset mereka," ucapnya.
Sebab, Teten melihat banyak peluang dan kesempatan bagi pelaku usaha mikro untuk berkembang. Ia mencontohkan usaha mikro di Jepang yang sukses membangun produk oleh-oleh khas Negeri Sakura dengan kemasan super cantik.
"Di Jepang kemasannya itu seperti gift atau kado. Sementara di sini saya lihat dari aspek higienis saja," kata Teten.
Oleh karena itu, Teten ingin pelaku usaha mikro di Indonesia meniru enterpreneur di Jepang. Oleh oleh untuk wisatawan dikemas lebih menarik dan kreatif.
"Coba tiru Jepang. Kemasan produk berkonsep gift atau kado. Ini potensi UMKM. Jadi nanti di daerah-daerah wisata coba didampingi supaya kemasannya cantik," ucapnya.
Subsektor Baru
Guna mendukung kesuksesan program ini, ia meminta untuk mengedepankan kolaborasi dan sinergi dengan stakeholder serta komunitas kreatif UMKM.
"Seperti agenda kerja sama yang akan dirilis bersama ITB dan UGM. Program inkubasi seperti ini sudah tepat," kata Teten.
Teten berharap ke depan UMKM berbasis kewirausahaan dapat menumbuhkan subsektor baru. Tidak hanya kuliner, fesyen, ataupun kriya, namun juga UMKM di bidang jasa dan digital seperti games, aplikasi, film, musik, dan fotografi.
Sementara itu, Deputi Bidang Usaha Mikro KemenKopUKM Yulius menjelaskan, program Pendampingan Usaha Mikro Mandiri ini bertujuan untuk memberikan akses dan ruang bagi pelaku usaha mikro dalam meningkatkan skill serta kemampuan entrepreneurial dan manajerialnya. Termasuk akses untuk sertifikasi produk (Sertifikasi Halal, SPP-PIRT, dan HKI) hingga akses perbankan maupun lembaga keuangan lainnya.
Kedua, menyediakan media showcase produk unggulan dan jejaring pasar bagi peserta.
"Dan ketiga, meningkatkan komitmen dan sinergi berbagai pihak dalam program pendampingan berkelanjutan bagi pelaku usaha mikro," kata Yulius.
Advertisement
Gandeng 2 Perguruan Tinggi
Tahun ini, kata Yulius, pihaknya akan menggandeng dua perguruan tinggi untuk melanjutkan program tersebut, yaitu dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Gajah Mada (UGM).
"Kami berharap ekosistem pendampingan usaha mikro semakin kuat dan berkembang untuk menumbuhkan ekonomi baru dan juga eksisting usaha mikro yang naik kelas, mandiri, juga berkelanjutan," kata Yulius.
Terkait capaian program ini pada 2023, menunjukkan bahwa 36 persen peserta program naik omzetnya, 28 persen mengalami kenaikan aset, dan 23 persen bertambah tenaga kerjanya.
"Selain itu, program ini juga menghubungkan peserta dengan akses pemasaran ke agregator, seperti Evermos, Transmart, Yomart, Krisna, dan Hamzah Batik," ucap Yulius.