Perdana Sejak Tahun 2019, Pemimpin China, Jepang dan Korea Selatan Akan Gelar Pertemuan Trilateral

Pengumuman pertemuan puncak trilateral baru ini terjadi sehari setelah China dilaporkan memanggil diplomat Korea Selatan dan Jepang untuk membahas isu Taiwan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 24 Mei 2024, 09:03 WIB
KTT trilateral antara Jepang, Korea Selatan dan Amerika Serikat yang dilaksanakan di Camp David, Maryland, AS pada Jumat (18/8/2023). (AP/Andrew Harnik)

Liputan6.com, Seoul - Para pemimpin Korea Selatan, China, dan Jepang akan mengadakan pertemuan puncak trilateral pertama mereka dalam hampir lima tahun pada minggu depan di Seoul. Demikian disampaikan kantor kepresidenan Korea Selatan pada Kamis (23/5/2024).

"Presiden Yoon Suk Yeol akan bertemu Perdana Menteri China Li Qiang dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida di ibu kota Korea Selatan pada hari Senin," kata Wakil Direktur Keamanan Nasional Korea Selatan Kim Tae-hyo, seperti dilansir CNA, Jumat (24/5).

Kim Tae-hyo menambahkan Yoon Suk Yeol akan mengadakan pembicaraan bilateral terpisah dengan Li dan Kishida pada hari Minggu (26/5).

"Ketiga pemimpin tersebut juga dijadwalkan menghadiri pertemuan bisnis dan menggiatkan para pelaku bisnis dari ketiga negara," ujarnya.

Terakhir kali para pemimpin ketiga negara bertemu adalah pada tahun 2019, antara lain karena pandemi COVID-19 dan juga karena perselisihan diplomatik dan sejarah antara Korea Selatan dan mantan penguasa kolonial Jepang.

Perselisihan hukum mengenai pemerintahan Jepang pada tahun 1910 hingga 1945 di Semenanjung Korea masih terus terjadi di antara kedua negara.

Namun, dengan meningkatnya ancaman yang ditimbulkan oleh Korea Utara yang mempunyai senjata nuklir, Yoon Suk Yeol telah mengambil tindakan untuk mengakhiri pertikaian bersejarahnya dengan Jepang, sambil memperkuat hubungan dengan sekutu lamanya, Amerika Serikat (AS).

Pada bulan Agustus tahun lalu, Korea Selatan, Jepang, dan AS mengumumkan "babak baru" kerja sama keamanan tiga arah yang erat setelah pertemuan puncak bersejarah di Camp David.

Pada saat itu, China mengajukan keluhan atas pernyataan yang dikeluarkan pada pertemuan puncak mereka, di mana ketiga sekutu mengkritik "perilaku agresif" China di Laut China Selatan.

Yoon Suk Yeol tahun lalu mengatakan ketegangan terkait Taiwan disebabkan oleh upaya untuk mengubah status quo dengan kekerasan.


Rusia dan China di Pihak yang Sama

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. (Dok. AP)

China adalah mitra dagang terbesar Korea Selatan, namun tetap menjadi penyumbang ekonomi dan sekutu diplomatik paling penting bagi Korea Utara.

Selain Rusia, China juga menghalangi upaya yang dipimpin AS di Dewan Keamanan PBB untuk menjatuhkan sanksi yang lebih ketat terhadap pemerintahan Korea Utara pimpinan Kim Jong Un sebagai tanggapan atas meningkatnya uji coba senjata negara itu.

Bulan lalu, Kim Jong Un dan anggota parlemen China memuji "babak baru" hubungan China-Korea Utara, ketika kedua negara merayakan 75 tahun hubungan diplomatik.

KTT trilateral mendatang akan menandai kunjungan pertama Li ke Korea Selatan sejak menjabat sebagai perdana menteri China pada Maret 2023.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya