Kisah Bahagia Tiga Nenek Bersaudara Haji Bersama: Layanan Enak, Tidak Perlu Masak Tinggal Makan

Siti Komariah, Siti Maryam (73) dan Siti Badriyah (71) merupakan tiga bersaudara asal Lampung Selatan dari kelompok terbang (kloter) JKG-18. Kepada petugas, Nenek Siti Komariah bercerita, keinginan untuk beribadah haji akhirnya dapar terwujud setelah 12 tahun penantian.

oleh Yusron Fahmi diperbarui 24 Mei 2024, 13:31 WIB
Siti Komariah (76) bersama dua saudara perempuannya, Siti Maryam (73) dan Siti Badriyah (71) saat tiba di Madinah. (Foto: Kemenag)

Liputan6.com, Surabaya - Siti Komariah (76) tak dapat menyembunyikan senyumnya ketika untuk kali pertama menginjakkan kaki di Bandara Amir Mohammad Bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah dalam rangka menjalankan ibadah haji.

Digandeng dua saudara perempuannya, Siti Maryam (73) dan Siti Badriyah (71), yang juga turut serta menjadi jemaah haji, Komariah tak henti-hentu mengucap syukur.

"Alhamdulillah mbak, kami sudah sampai di sini," ungkapnya kepada petugas haji yang menyambutnya di Bandara Madinah, dikutip dari akun kemenag, Jumat (24/5/2024).

Siti Komariah, Siti Maryam (73) dan Siti Badriyah (71) merupakan tiga bersaudara asal Lampung Selatan dari kelompok terbang (kloter) JKG-18. Kepada petugas, Nenek Siti Komariah bercerita, keinginan untuk beribadah haji akhirnya dapar terwujud setelah 12 tahun penantian.

"Dulu, kami sengaja, daftar haji bareng. Alhamdulillah terwujud, semoga kami bertiga bisa jadi haji mabrur," harapnya.

Kompak, kedua saudaranya mengamini doa ini. "Kami bertiga petani mbak, kami nabung sedikit demi sedikit untuk berhaji. Alhamdulillah bisa terwujud," tutur Nenek Siti Maryam.

"Kami mau bilang terima kasih, layanan petugas enak. Saya jadi gak perlu repot masak, tinggal makan saja." ucap Nenek Komariyah tersenyum sembari memperlihatkan deretan giginya yang mulai tidak utuh lagi.

Meski ketiganya masuk kategori lansia, tapi semangatnya untuk menunaikan Rukun Islam yang kelima ini patut ditiru generasi muda.

"Insya Allah kami sehat, lancar, ngibadah dateng Gusti Allah. Bisa pulang kembali dengan sehat," pungkas Nenek Komariyah.

Ketiganya begitu bersemangat menyambut undangan Rabb-nya tanpa keluh, menuju Baitullah. Labbaik Allahumma Labbaaik.


Konsumsi Penuh di Makkah

Jemaah haji Indonesia di Masjid Nabawi, Madinah usai melaksanakan sholat subuh. Foto: Darmawan/MCH

Komitmen pemerintah untuk memberikan layanan terbaik bagi jemaah haji Indonesia diwujudkan salah satunya dengan memberikan konsumsi secara penuh di Kota Makkah Al-Mukaromah.

Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja (Daker) Makkah menyiapkan 84 kali konsumsi selama di Makkah dan 15 kali ditambah 1 kali snack saat masa puncak haji di Arafah, Muzdalifa, dan Mina (Armuzna)

“Khusus tahun ini alhamdulillah jemaah Indonesia selama di Arab Saudi akan mendapatkan konsumsi secara penuh di Makkah, Madinah, maupun di masyair (Armuzna). Mereka akan makan 3 kali sehari dengan menu yang sudah disesuaikan dengan cita rasa Nusantara, Indonesia," kata Kasie Konsumsi Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daker Makkah Beny Darmawan di Kantor Daker Makkah, Rabu (22/5/2024).

“Karena sudah mendapat full makan, jemaah yang masih di Tanah Air tidak usah membawa makanan seperti beras dan lainnya,” imbuh Beny.

 


84 Kali Makan Selama 28 Hari

Jemaah haji Indonesia harus perhatikan masa aman konsumsi makanan yang telah tertera di boks nasi. Hal ini penting untuk menjaga kesehatan jemaah terutama jelang menghadapi puncak ibadah haji di Arafah. (FOTO: MCH PPIH ARAB SAUDI 2023) (Foto: Liputan6/Nafiysul Qodar)

Jemaah haji Indonesia akan berada di Kota Makkah selama lebih kurang 28 hari. Selama itu, jemaah akan mendapat tiga kali makan setiap harinya, yaitu pagi, siang, dan malam.

“Jemaah akan mendapatkan makan tiga kali sehari, sehingga total akan memperoleh 84 kali makan selama 28 hari,” papar Kasi Konsumsi Daker Makkah Beny Darmawan. 

Beny mengingatkan kepada seluruh jemaah agar saat mendapatkan makanan, harus segera mengonsumsinya.

“Harap dikonsumsi sesuai dengan jam yang tertera di kemasan (boks) makanan. Biasanya jemaah kita suka menunda-nunda, ini jangan dilakukan karena kalau lewat waktunya, makanan sudah tidak layak dikonsumsi,” tutur Beny.

Ia menambahkan sebagai komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas layanan, pihaknya juga telah melatih para juru masak dari penyedia catering di Makkah.

“Ada 57 penyedia catering di Makkah, dan ini kita sudah melakukan pelatihan bagi para juru masaknya. Narasumbernya juga diambil dari tenaga-tenaga professional,” tuturnya.

Infografis Cara Dapatkan Asuransi Jiwa dan Kecelakaan Jemaah Haji Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya