Polusi Makin Parah, Jakarta Jadi Kota dengan Kualitas Udara Terburuk Nomor 1 di Dunia

Tercatat, Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 184 atau masuk dalam kategori tidak sehat dengan polusi udara PM2.5 dan nilai konsentrasi 103 mikrogram per meter kubik.

oleh Nila Chrisna Yulika diperbarui 24 Mei 2024, 09:16 WIB
Kondisi tersebut diperparah saat hujan yang mengguyur sejak pagi. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Polusi udara di Jakarta makin parah. Berdasarkan Indeks Kualitas Udara (AQI), Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk nomor 1 di dunia pada Jumat, (24/5/2024) saat dipantau pada pukul 05.20 WIB. 

Tercatat, Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 184 atau masuk dalam kategori tidak sehat dengan polusi udara PM2.5 dan nilai konsentrasi 103 mikrogram per meter kubik.

Angka itu masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif yakni dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.

Sedangkan kategori sedang yakni kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.

Lalu, kategori baik yakni tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 0-50.

Kemudian, kategori sangat tidak sehat dengan rentang PM2,5 sebesar 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.

Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.

Sementara kota dengan kualitas udara terburuk urutan kedua seperti dikutip dari Antara yaitu Lahore, Pakistan di angka 164, urutan ketiga Hanoi, Vietnam di angka 164, urutan keempat Kinshasa, Kongo-Kinshasa di angka 158, urutan kelima Tashkent, Uzbekistan di angka 156, urutan keenam Delhi, India di angka 137.

Urutan ketujuh Tel Aviv-Yavo, Israel di angka 129, urutan kedelapan Cairo City di angka 128, urutan kesembilan Dhaka, Bangladesh di angka 120, dan urutan kesepuluh Baghdad, Iraq di angka 114.

 


Penyebab Polusi Udara Jakarta yang Sesungguhnya

Di urutan kota dengan kualitas udara buruk berikutnya adalah Delhi (India) dengan nilai 154, Wuhan (China) 144, Lahore (Pakistan) 135, Shanghai (China) 133, dan Riyadh (Saudi) 131. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Beberapa waktu belakangan, Jakarta telah menjadi sorotan nasional dan global karena kualitas udaranya yang buruk, mengarah pada kategori tidak sehat dan tak layak hidup. Hal ini telah memicu kekhawatiran banyak orang yang ingin memahami penyebab polusi udara yang mengancam kesehatan dan lingkungan di kota Jakarta dan sekitarnya.

Meskipun banyak yang menyalahkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara sebagai penyebab utama dari buruknya kualitas udara di ibu kota, namun fakta-fakta yang diungkapkan menunjukkan hal lain. Menurut paparan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya, yang disampaikan dalam Rapat Terbatas Kabinet di Istana Negara, sektor transportasi sebenarnya menjadi kontributor terbesar terhadap polusi udara di Jakarta.

Data yang dikutip menunjukkan bahwa sektor transportasi berkontribusi sebesar 44% dari penggunaan bahan bakar di Jakarta. Sementara itu, industri energi menyumbang 31%, manufaktur industri 10%, sektor perumahan 14%, dan komersial 1%. Dari sisi penghasil emisi karbon monoksida (CO), sektor transportasi menyumbang 96,36% dari total emisi CO di Jakarta, diikuti oleh pembangkit listrik (1,76%) dan industri (1,25%).

Perlu dicatat bahwa sepeda motor merupakan penyumbang utama emisi karbon monoksida per penumpang yang paling tinggi, meskipun jumlahnya hanya mencapai 78% dari total kendaraan bermotor di DKI Jakarta. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah sepeda motor per tahun juga berkontribusi pada peningkatan emisi CO di kota tersebut.

Sementara itu, dari sisi emisi Sulfur Dioksida (SO2), sektor industri manufaktur menjadi penyumbang utama dengan 61,9% dari total emisi SO2 di Jakarta. Industri energi menyumbang 25,17%, sementara kendaraan bermotor hanya 11%.

Laporan ini juga membantah kabar bahwa polusi udara di Jakarta disebabkan oleh PLTU Suralaya di Cilegon, Provinsi Banten. Analisis pemantauan tahun 2019 menunjukkan bahwa pergerakan pencemaran tidak mengarah ke Jakarta, tetapi ke Selat Sunda.


Tips Mengurangi Dampak Polusi Udara Jakarta

Seperti diketahui, polusi udara masih menjadi masalah dunia. Bahkan, DKI Jakarta sempat menempati posisi teratas sebagai wilayah urban paling berpolusi di dunia dengan indeks kualitas udara menembus angka 172. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dalam era di mana polusi udara menjadi perhatian global, langkah-langkah untuk mengurangi dampak buruknya menjadi semakin penting.

Berikut adalah beberapa tips praktis yang dapat membantu kita dalam meminimalkan kontribusi terhadap polusi udara, menjaga kesehatan dan kelestarian lingkungan.

Berikut adalah beberapa tips untuk mengurangi dampak buruk polusi udara:

  1. Menggunakan Transportasi Ramah Lingkungan: Pilihlah transportasi publik, bersepeda, atau berjalan kaki saat memungkinkan. Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang menggunakan bahan bakar fosil dapat mengurangi emisi gas rumah kaca.
  2. Menggunakan Kendaraan Ramah Lingkungan: Jika memungkinkan, pilihlah kendaraan listrik atau hibrida yang lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar dan emisi.
  3. Penggunaan Bahan Bakar Bersih: Pastikan kendaraan Anda menggunakan bahan bakar yang lebih bersih seperti bensin tanpa timbal atau solar.
  4. Perawatan Kendaraan Rutin: Melakukan perawatan kendaraan secara rutin dapat membantu mengoptimalkan efisiensi bahan bakar dan mengurangi emisi yang tidak sehat.
  5. Mengurangi Pembakaran Sampah: Hindari membakar sampah di halaman rumah atau di tempat umum. Gunakan sistem pengolahan sampah yang ramah lingkungan seperti daur ulang atau kompos.
  6. Promosikan Pohon dan Tanaman: Tanaman dan pepohonan dapat membantu menyaring udara dan mengurangi polusi udara. Tanam pohon di sekitar lingkungan rumah Anda atau dukung program penghijauan di area publik.
  7. Penggunaan Energi Hijau: Gunakan sumber energi terbarukan seperti panel surya atau angin untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil yang berkontribusi pada polusi udara.
  8. Kurangi Konsumsi Barang Konsumen: Produksi barang konsumen seringkali melibatkan proses industri yang menghasilkan polusi. Dengan mengurangi konsumsi barang yang tidak diperlukan, Anda dapat membantu mengurangi dampak buruk polusi udara.
  9. Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan: Tingkatkan kesadaran lingkungan di komunitas Anda dengan mengedukasi tentang pentingnya menjaga udara bersih dan mengurangi perilaku yang menyebabkan polusi.
  10. Dukung Kebijakan Lingkungan: Dukung kebijakan pemerintah yang mempromosikan penggunaan energi bersih, transportasi ramah lingkungan, dan pengelolaan limbah yang bertanggung jawab.

Dengan menerapkan tips-tips di atas secara konsisten, kita dapat berkontribusi dalam mengurangi dampak buruk polusi udara dan menjaga kualitas udara yang lebih baik untuk kesehatan dan lingkungan.

Infografis Jurus Menko Luhut Tangani Polusi Udara di Jabodetabek. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya