Liputan6.com, Wina - Ratusan tulang mammoth telah ditemukan di sebuah gudang wine atau minuman alkohol dari anggur di Austria, dalam sebuah penemuan yang disebut sebagai "sensasi arkeologi."
Menurut para ahli, tulang belulang tersebut diperkirakan berusia antara 30.000 hingga 40.000 tahun.
Advertisement
Andreas Pernerstorfer, membuat penemuan luar biasa ini saat merenovasi gudang anggurnya di desa Gobelsburg sekitar 70 kilometer barat laut Wina, pada bulan Maret.
Penemuan ini digambarkan sebagai yang paling signifikan dalam lebih dari satu abad, dengan para peneliti dari Austrian Academy of Sciences (OeAW) atau Akademi Ilmu Pengetahuan Austria, yang sekarang sedang memulihkan tulang-tulang tersebut dan menyebutnya sebagai "sensasi arkeologi," mengutip dari CNN, Jumat (24/5/2024).
Andreas Pernerstorfer memutuskan untuk melakukan beberapa pekerjaan meratakan lantai di gudang anggurnya, kata arkeolog Hannah Parow-Souchon, seorang peneliti di OeAW, kepada CNN dalam panggilan video pada hari Kamis (23/5).
"Dia ingin meratakan lantai gudang anggurnya karena miring dan menghilangkan beberapa beton di tengahnya," katanya.
"Tak lama ia menemukan tulang-tulang itu, yang awalnya dia pikir adalah kayu. Kemudian dia melihat lebih dekat dan teringat sebuah cerita dari kakeknya yang pada tahun 60-an memperluas gudang anggur dan menemukan beberapa gigi geraham mammoth."
Andreas Pernerstorfer melaporkan temuan tersebut ke Kantor Monumen Federal yang merujuknya ke OeAW karena seperti yang Hannah Parow-Souchon katakan, "kami adalah ahli pada Zaman Batu."
Ia dan tim arkeolognya memulai penggalian pada awal Mei. "Dengan cepat menjadi jelas bahwa itu bukan hanya beberapa tulang mammoth tetapi sangat banyak tulang mammoth," katanya.
Parow-Souchon mengatakan mereka memiliki “setidaknya 300 tulang,” yang ditemukan berkumpul.
"Kami pikir memiliki sebagian besar hewan yang lengkap. Mereka tidak dalam koneksi anatomis tetapi kami kemungkinan besar memiliki semua bagian," katanya, menambahkan bahwa hasil yang ditemukan termasuk beberapa temuan langka, termasuk tulang lingual (lidah)."
Berasal dari Tiga Mammoth yang Berbeda
Para arkeolog meyakini bahwa tulang-tulang tersebut berasal dari tiga mammoth yang berbeda. Situs yang mereka gali hanya seluas 12 meter persegi, tetapi mereka berharap bisa kembali pada bulan Agustus untuk melanjutkan pencarian mereka.
"Aku suka menjadi arkeolog. Aku telah menggali banyak hal menarik tetapi aku selalu ingin menggali mammoth," kata Parow-Souchon, menambahkan bahwa penemuan tulang mammoth ini adalah yang pertama baginya. "Aku sangat gembira, aku tidak bisa menyangkalnya," katanya.
Situs-situs sebanding di tempat lain di Austria dan di negara-negara tetangga sebagian besar digali lebih dari 100 tahun yang lalu, yang berarti mereka tidak tersedia untuk penelitian modern.
"Ini adalah pertama kalinya kami bisa menyelidiki sesuatu seperti ini di Austria menggunakan metode modern. Ini adalah kesempatan unik untuk penelitian," kata Parow-Souchon dalam siaran pers.
Penggalian ini, yang didanai oleh Kantor Monumen Federal dan provinsi Austria Bawah, menimbulkan banyak pertanyaan, termasuk apakah hewan-hewan ini dibunuh oleh pemburu Zaman Batu.
"Kami tahu bahwa manusia memburu mammoth, tetapi kami masih tahu sangat sedikit tentang bagaimana mereka melakukannya," kata Parow-Souchon, menambahkan bahwa jebakan untuk hewan-hewan ini mungkin telah dibuat di situs ini.
Setelah para peneliti menyelesaikan pekerjaan mereka, tulang-tulang tersebut akan diserahkan ke Museum Sejarah Alam Wina untuk direstorasi.
Advertisement
Penemuan Fosil Gigi Megalodon yang Langka Membuka Pintu Penelitian Wilayah Laut Dalam
Sementara itu, dalam perjalanan ilmiah yang mendebarkan, sebuah kapal selam yang dioperasikan dari jarak jauh telah menyelam ke kedalaman laut yang belum pernah dijelajahi sebelumnya, membawa pulang temuan yang tak terduga. Operasi ini mengumpulkan sampel gunung laut dalam dan mengungkapkan keberadaan gigi megalodon yang langka, memberikan wawasan unik tentang kehidupan laut di kedalaman yang tersembunyi.
Gigi yang berkilau emas dengan panjang mencapai 2,7 inci (6,8 sentimeter) ini ditemukan lebih dari 10.000 kaki (3.090 meter) di bawah permukaan laut, mendekati Atol Johnston di Monumen Nasional Kelautan Kepulauan Terpencil Pasifik, sekitar 800 mil (1.300 kilometer) selatan dari Kepulauan Hawaii.
Penemuan megah ini menjadi fokus penelitian yang mendalam, dengan para peneliti menjelajahi potensi cerita di balik gigi megalodon tersebut.
Rincian penemuan ini telah diungkap dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada 14 Desember di jurnal Historical Biology. Para peneliti memberikan gambaran tentang proses eksplorasi laut dalam dan kegembiraan menemukan sesuatu yang tampaknya berasal dari masa purba yang jauh.
Penemuan Fosil di Wilayah Laut Dalam yang Terpencil
Penemuan gigi megalodon ini memiliki nilai luar biasa karena merupakan observasi in-situ pertama dan pengambilan sampel langsung dari habitat aslinya di laut dalam. Hal ini menunjukkan bahwa peneliti berhasil menemukan fosil tersebut di tempat peristirahatan asli gigi megalodon.
Metode tradisional pengumpulan fosil laut dalam melibatkan menyeret jaring di sepanjang dasar laut, yang seringkali mengakibatkan kehilangan informasi krusial seperti lokasi penemuan. Namun, pendekatan yang digunakan dalam penemuan ini memberikan kesempatan langka untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang konteks alami gigi megalodon ini, menggambarkan perbedaan signifikan dalam penelitian fosil laut dalam.
Rekan penulis studi, Nicolas Straube, seorang profesor di Museum Universitas Bergen di Norwegia, memberikan apresiasi yang tinggi terhadap temuan ini dengan menyebutnya sebagai "penemuan yang luar biasa." Menurutnya, keunikan temuan ini terletak pada lokasi penemuan yang sangat terpencil di wilayah laut dalam.
“Fosil ini ditemukan di wilayah laut dalam yang sangat terpencil sehingga fosil megalodon jarang terdokumentasi,” kata Straube.
Advertisement