Liputan6.com, Alaska - Puluhan sungai serta anak sungai di Alaska berubah menjadi warna oranye rusty orange, kemungkinan akibat mencairnya permafrost, menurut sebuah studi baru.
Arktik merupakan wilayah paling cepat memanas di dunia, dan saat tanah sedang beku di bawah permukaan mencair, mineral yang sebelumnya terkunci di tanah tersebut sekarang meresap ke dalam aliran alir, seperti dilansir dari The Guardian, Jumat (31/5/2024).
Advertisement
"Ini merupakan dampak tak terduga dari perubahan iklim yang kita lihat di beberapa sungai paling murni di negara kita," kata Brett Poulin, penulis studi dan asisten profesor toksikologi lingkungan di Universitas California Davis.
Mencairnya permafrost mengakibatkan mineral terpapar oksigen dalam proses yang disebut pelapukan. Ini meningkatkan tingkat keasaman air dan menyebabkan logam seperti seng, tembaga, kadmium, dan besi larut dalam air.
Logam tersebut memberi sungai warna berkarat yang bisa terlihat bahkan dari citra satelit. Studi ini menunjukkan kemungkinan buruknya kualitas air minum dan ancaman bagi populasi ikan di daerah Arktik.
"Ketika bercampur dengan sungai lain, itu sebenarnya bisa membuat logam menjadi lebih kuat dampaknya terhadap kesehatan air," kata Poulin.
Fenomena ini pertama kali diamati pada tahun 2018, ketika para peneliti melihat sungai-sungai di sepanjang Pegunungan Brooks di Alaska Utara berubah warna menjadi oranye milky orange. Perubahan ini sangat kontras dengan keadaan sungai yang jernih pada tahun sebelumnya.
Dalam setahun, anak sungai dari Sungai Akillik di Taman Nasional Kobuk Valley dilaporkan mengalami kehilangan total dua spesies ikan lokal, yaitu dolly varden dan slimy sculpin.
Fenomena yang Bersifat Musiman
"Data kami menunjukkan bahwa ketika sungai berubah menjadi oranye, kami melihat penurunan signifikan pada makroinvertebrata dan biofilm di dasar sungai, yang pada dasarnya merupakan dasar dari jaring makanan," kata Poulin mengenai fenomenai sungai berwarna oranye ini.
"Ini bisa memengaruhi tempat di mana ikan hidup."
Fenomena sungai berwarna oranye ini bersifat musiman, terjadi pada musim panas biasanya selama bulan Juli dan Agustus, ketika tanah mencair lebih dalam.
Para peneliti dari National Park Service, US Geological Survey, dan University of California Davis kini ingin lebih memahami implikasi jangka panjang dari perubahan kimia air di tempat-tempat dengan permafrost terus-menerus, yang mencakup wilayah Arktik seperti Alaska, Kanada, Rusia, dan bagian dari Skandinavia.
"Ini merupakan daerah yang memanas setidaknya dua hingga tiga kali lebih cepat daripada bagian lain di planet ini," kata Scott Zolkos, seorang ilmuwan Arktik di Woodwell Climate Research Center yang tidak terlibat dalam studi tersebut.
"Jadi kita dapat mengharapkan efek seperti ini yang akan terus berlanjut."
Kelompok peneliti tersebut berkata bahwa mereka bekerja sama dengan penghubung suku di Alaska untuk memastikan komunitas lokal mendapatkan informasi yang akurat tentang fenomena yang berkembang ini.
Advertisement
Terdapat Beberapa Area dengan Sungai Berwarna Oranye
Air yang berubah warna itu berada di tanah federal, termasuk Taman Nasional Gates of the Arctic dan Kobuk Valley, kata para peneliti.
Melansir dari CBS, para ilmuwan mengambil sampel air yang terkena dampak di 75 lokasi di area seukuran Texas di Pegunungan Brooks di Alaska Utara.
Beberapa lokasi yang diambil sampelnya begitu terpencil sehingga hanya bisa diakses dengan menggunakan helikopter.
"Semakin banyak kami terbang di sekitar, kami mulai melihat semakin banyak sungai dan aliran yang berwarna oranye," kata O'Donnell. "Ada beberapa situs yang hampir mirip dengan jus jeruk susu."
Terdapat beberapa area dengan sungai-sungai yang berubah warna menjadi oranye tersebut terlihat dari luar angkasa, menurut Brett Poulin, seorang asisten profesor toksikologi lingkungan di UC Davis dan peneliti studi.
“Sungai-sungai tersebut harus sangat berwarna untuk dapat terlihat dari luar angkasa,” kata Poulin dalam sebuah rilis pers.
O'Donnell pertama kali memperhatikan perubahan air pada tahun 2018, tetapi para peneliti mengatakan gambar satelit mencatat air yang berubah warna sejak tahun 2008.
“Permasalahan ini perlahan-lahan menyebar dari mata air kecil ke sungai-sungai yang lebih besar seiring waktu,” kata O'Donnell. “Ketika suatu masalah atau ancaman muncul, kita perlu dapat memahaminya.”
Pelayanan Taman Nasional sebelumnya menunjuk Sungai Salmon sebagai titik perhatian khusus. Air di sana "belum ternodai" sebelum tahun 2019. Lalu di musim panas pada saat itu, air jernih berubah menjadi oranye-hijau. Perubahan warna itu masih ada dan terlihat noda oranye di tepi sungai.
Risiko Air Sungai yang Berubah Warna
Para peneliti masih mencoba untuk memahami apa yang terjadi dengan air berwarna dan apa risiko yang mungkin ada untuk stok ikan dan pasokan air minum.
Studi tersebut mencatat bahwa "perubahan warna sungai terkait dengan penurunan dramatis dalam keragaman makroinvertebrata dan kelimpahan ikan."
Sungai-sungai Arktik Alaska merupakan rumah bagi berbagai jenis ikan yang "penting untuk mata pencaharian, olahraga, dan perikanan komersial," tulis para peneliti. Besi dan logam beracun lainnya dalam air bisa mengancam ikan-ikan itu.
Logam dalam air juga bisa mempengaruhi pasokan air minum di pedesaan. Para peneliti mengatakan bahwa, paling tidak, logam-logam tersebut bisa memengaruhi rasa air, yang mengharuskan masyarakat pedesaan untuk meningkatkan penyaringan air mereka.
"Ada banyak implikasi," kata O'Donnell. "Saat iklim terus menghangat, kita akan mengharapkan permafrost terus mencair dan jadi di mana pun ada jenis mineral ini, ada potensi sungai berubah menjadi oranye dan menjadi terdegradasi dalam hal kualitas air."
Para peneliti berencana untuk mempelajari apakah sungai dan aliran tersebut dapat pulih jika cuaca dingin mendorong pemulihan permafrost.
Baca Juga
Advertisement