Liputan6.com, Jakarta - Polres Kota Besar Medan, Sumatera Utara, menyelidiki peristiwa kebakaran disertai ledakan di sebuah pangkalan gas elpiji di Desa Sei Rotan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Kamis 23 Mei 2024 malam. Peristiwa ini mengakibatkan 13 orang mengalami luka-luka.
"Kami masih menyelidiki penyebab kebakaran dan mengumpulkan keterangan dari beberapa orang saksi," ujar Kapolrestabes Medan, Kombes Teddy Jhon Sahala Marbun di Medan, dilansir dari Antara, Jumat (24/5/2024).
Baca Juga
Advertisement
Teddy menambahkan, pihaknya juga melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk memastikan penyebab kebakaran yang disertai ledakan di pangkalan elpiji dan melakukan langkah pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
"Ledakan diduga berasal dari pangkalan elpiji 3 kilogram yang mengakibatkan 13 orang mengalami luka bakar," ujarnya.
Dari 13 orang yang mengalami luka bakar itu, tambah Teddy, ada dua orang yang luka bakarnya mencapai 90 persen dan saat ini kedua korban dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Haji Medan.
Sementara 11 orang lainnya dirawat di Rumah Sakit Mitra Medika Tembung, Kabupaten Deli Serdang. Ke-13 orang korban ledakan itu merupakan pekerja di pangkalan elpiji tersebut.
Sebelumnya, satu unit gudang di pangkalan gas elpiji di Desa Sei Rotan, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, terbakar pada Kamis (23/5) malam.
Kasi Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Deli Serdang Fitra mengatakan pihaknya menurunkan tiga unit mobil pemadam kebakaran dan dibantu satu unit dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Medan.
Peristiwa kebakaran disertai ledakan yang terjadi sekitar pukul 21.30 WIB itu bisa dikendalikan petugas damkar sekitar pukul 23.00 WIB.
Kebakaran Smelter Nikel di Kaltim Sebabkan 2 Orang Luka-Luka, Izin Amdal Jadi Sorotan
Kasus kebakaran pabrik nikel seakan tak ada habisnya. Terakhir terjadi di smelter nikel di Desa Pendingin Kutai Kartanegara Kalimantan Timur, milik PT Kalimantan Ferro Industry (KFI), pada Kamis sore (16/5/2024). Akibat peristiwa itu, dua pekerja mengalami luka-luka.
Terkait insiden itu, anggota Komisi VII DPR Yulian Gunhar mempertanyakan faktor keamanan atas keberadaan pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industry atau PT KFI. Menurutnya, demi keamanan seharusnya lokasi pabrik smelter jauh dari permukiman warga.
"Letak pabrik smelter PT KFI ternyata sangat berdadarkan dengan pemukiman warga. Hal itu berdasar pengakuan seorang warga bahwa ledakan pabrik menimbulkan keretakan rumah yang hanya berjarak 21 meter," katanya, dalam keterangan tertulis, Senin (20/5/2024).
Gunhar pun mempertanyakan izin operasional yang diberikan kepada smelter PT KFI, padahal dari sisi lokasinya sudah sangat berisiko terhadap warga sekitar.
"Kenapa bisa diberikan izin operasional, jika lokasinya saja masih berdekatan dengan pemukiman warga?" Katanya.
Gunhar juga mempertanyakan mengenai amdal PT KFI, mengingat kehadiran perusahaan itu telah memberikan dampak buruk bagi lingkungan dan warga sekitar, seperti jalanan rusak, berdebu dan parit di sepanjang pinggir area proyek berwarna hitam, berbusa, dan berbau busuk.
"Banyaknya persoalan dampak lingkungan yang muncul dari keberadaan smelter nikel PT KFI itu, maka patut dipertanyakan keberadaan Amdal kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), terkait proyek tersebut," katanya.
Advertisement