Perdebatan Imam Syafi’i dan Gurunya tentang Cara Mendapatkan Rezeki, Harus Bekerja atau Tidak?

Kisah perdebatan antara Imam Syafi'i dan Imam Malik seputar rezeki ini diperoleh dari bekerja atau tidak

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Mei 2024, 00:30 WIB
Imam Syafi'i tampak dari samping. (Liputan6.com/Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Cilacap - Perdebatan seputar cara memperoleh rezeki rupanya pernah menjadi pembahasan dua ulama besar mazhab, yakni Imam Syafi’i dan Imam Malik yang notabene merupakan gurunya.

Perdebatan seru yang melibatkan dua ulama yang tersohor kealimannya ini membahas seputar apakah rezeki yang diperoleh oleh seseorang ini disebabkan karena bekerja atau tidak.

Sebagai informasi, Imam Syafi’i merupakan salah seorang dari empat imam madzhab sunni yang memiliki nama asli Muhammad bin Idris yang lahir pada tahun 150 H (767 M) di Gaza, Palestina.

Sedangkan Imam Malik memiliki nama lengkap Abu Abdullah Malik Ibn Anas Ibn Malik Ibn Abi Amir Ibn Amir bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al-Asbahi al-Humairi.

Di antara salah satu karya monumentalnya ialah kitab al-Muwatha’ yang ditulis pada tahun 144 H.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Perdebatan Imam Syafi'i dan Imam Malik Tentang Rezeki

Foto Imam Syafi'i

Menukil laman balitbangdiklat.kemenag.go.id, diriwayatkan bahwa Imam Syafi’i pernah berdebat dengan gurunya tentang rezeki. Imam Malik meyakini bahwa rezeki itu sudah ditakdirkan maka jika memang sudah Allah taqdirkan seseorang akan mendapatkan rezeki maka dia pasti mendapatkannya meskipun ia tidak bekerja apapun.

Sementara Imam Syafi’i meyakini bahwa rezeki itu didapat dengan bekerja.

Akhirnya mereka berpisah dengan tetap pada pendapatnya masing-masing. Di perjalanan, Imam Syafi’i dimintai tolong untuk memanen buah anggur. Selesai bekerja, Imam Syafi’i teringat perdebatannya dengan gurunya.

Untuk membuktikan keyakinannya bahwa rezeki akan datang dengan bekerja maka ia bawa sekeranjang anggur itu kehadapan gurunya yaitu Imam Malik.

Singkat cerita mereka berbasa-basi sambil makan anggur. Lalu Imam Syafi’i berkata "Ini membuktikan ucapan saya tadi bahwa rezeki didapatkan karena bekerja. Jika tadi saya tidak bekerja, maka saya tidak akan mendapatkan sekeranjang anggur ini,".

Imam Malik menjawab "Alhamdulillah padahal sejak tadi saya berharap ingin makan anggur, eh tiba-tiba kau datang membawa anggur".

Akhirnya mereka berduapun tertawa karena ternyata keduanya sama sama-sama benar. 

Dari kisah singkat ini kita belajar 2 hal. Pertama bahwa seorang murid boleh berdebat dan adu argumen dengan gurunya selama memperhatikan adab dalam bicara. Kedua bahwa rezeki itu ada banyak jenisnya.


Jenis-jenis Rezeki dalam Al-Qur'an (1-4)

Pertanda rezeki/Copyright shutterstock/Pramata

1.Rezeki Yang Telah Dijamin

Ada rezeki yang sudah dijamin oleh Allah untuk seluruh makhluknya tanpa kecuali. Dan setiap orang mendapatkan rezeki dengan kadar dan waktu yang berbeda-beda. Allah berfirman

وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ 

"Tidak ada satu makhluk melatapun yang bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin ALLAH rezekinya."

(Surah Hud : 6). 

Imam Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini.

"Allah Swt menceritakan bahwa Dialah yang menjamin rezeki makhluk­Nya, termasuk semua hewan yang melata di bumi, baik yang kecil, yang besarnya, yang ada di daratan, maupun yang ada di lautan. Dia pun mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Dengan kata lain, Allah mengetahui sampai di mana perjalanannya di bumi dan ke manakah tempat kembalinya, yakni sarangnya; inilah yang dimaksud dengan tempat penyimpanannya." 

2. Rezeki Karena Usaha

Ada juga rezeki yang didapat hanya jika kita bekerja keras. Umumnya ini berlaku bagi karyawan atau pedagang. Bagi karyawan semakin sering dia lembur semakin besar gaji yang diterima. Bagi pedagang semakin sering ia berdagang Insyaallah semakin besar pula mendapat keuntungan besar. Allah berfirman:

وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى

"Tidaklah manusia mendapatkan apa-apa kecuali apa yang dikerjakannya."

(Surah An-Najm:39).

Imam Ibnu Katsir menjelaskan:

"Yaitu sebagaimana tidak dibebankan kepadanya dosa orang lain, maka demikian pula dia tidak memperoleh pahala kecuali dari apa yang diupayakan oleh dirinya sendiri." 

3. Rezeki Karena Bersyukur

Ada pula rezeki yang didapat karena bersyukur karena Allah telah berfirman

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhan kalian memaklumatkan, "Sesungguh­nya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim, 14: 7). 

Imam Ibnu Katsir menjelaskan:

"Sesungguhnya jika kalian mensyukuri nikmat-Ku yang telah Kuberikan kepada kalian, pasti Aku akan menambahkannya bagi kalian." 

4. Rezeki Tak Terduga

Ada pula rezeki yang sama sekali tidak terduga. Allah berikan kepada orang yang bertakwa, semakin bertakwa semakin Allah berikan rezeki.

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya."

(Surah At-Thalaq : 2-3).

Imam Ibnu Katsir menjelaskan:

"Maksudnya, barang siapa yang bertakwa kepada Allah dalam semua apa yang diperintahkan kepadanya dan meninggalkan semua apa yang dilarang baginya, maka Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dari urusannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Yakni dari arah yang tidak terdetik dalam hatinya."


Jenis-jenis Rezeki dalam Al-Qur'an (5-8)

Pasutri Ini Temukan Harta Karun Rp 4.3 Miliar di Bawah Rumah, Rezeki Nomplok (Sumber: BNPS via The Sun)

5. Rezeki Karena Istighfar

Ada juga rezeki yang didapat karena istighfar. Allah berfirman:

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا  يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا 

"Beristighfarlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, pasti Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta.”(Surah Nuh : 10-11). 

Lebih dari itu bahkan Rasulullah saw. pernah bersabda:

"مَنْ أَكْثَرَ مِنْ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مَنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمَنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ"

Barang siapa yang memperbanyak bacaan istigfar, maka Allah akan mengadakan baginya dari setiap kesusahan pemecahannya dan dari setiap kesempitan jalan keluar dan Allah memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (HR. Ahmad) 

6. Rezeki karena Sedekah

Ada pula rezeki yang didapat karena sedekah. Allah berfirman:

مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada ALLAH, pinjaman yang baik (infak & sedekah), maka ALLAH akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipatan yang banyak." (Surah Al-Baqarah, 2 : 245). 

Imam Ibnu Katsir menjelaskan:

Allah Swt. menganjurkan kepada hamba-hamba-Nya agar menafkahkan hartanya di jalan Allah. Allah Swt. mengulang-ulang ayat ini di dalam Al-Qur'an bukan hanya pada satu tempat saja.

7. Rezeki karena Anak

Ada juga rezeki yang Allah berikan karena anak yang kita miliki.

وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ 

"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang akan menanggung rezeki mereka dan juga (rezeki) bagimu.” (Surah Al-Israa' : 31).

Imam Ibnu Katsir menjelaskan

"Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Swt. lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada orang tua kepada anaknya, karena Dia melarang membunuh anak-anak; dan dalam kesempatan yang lain Allah memerintahkan kepada orang tua agar memberikan warisannya kepada anak-anaknya. Di masa jahiliah orang-orang tidak memberikan warisan kepada anak-anak perempuannya, bahkan ada kalanya seseorang membunuh anak perempuannya agar tidak berat bebannya."

Ayat ini melarang kita membunuh anak. Pada umumnya hal itu dilakukan karena takut miskin.

Imam ibnu katsir menjelaskan:

"Yakni takut berakibat jatuh miskin di masa mendatang. Karena itulah dalam firman selanjutnya diprioritaskan penyebutan tentang rezeki anak-anak mereka."

 8. Rezeki Karena Menikah

Ada juga rezeki yang Allah berikan bagi orang yang ingin menikah dan menggenapkan separuh agamanya.

وَأَنكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ

"Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak dari hamba sahayamu baik laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, maka Allah akan memberikan kecukupan kepada mereka dengan kurnia-Nya."

(Surah An-Nur, 24: 32).

Imam Ibnu Katsir mengutip pendapat sahabat Rasul bernama Ibnu Abbas, bahwa makna ayat ini mengandung anjuran kepada mereka untuk kawin. Allah memerintahkan orang-orang yang merdeka dan budak-budak untuk kawin, dan Dia menjanjikan kepada mereka untuk memberikan kecukupan.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya