Liputan6.com, Gaza - Sejak konflik pecah antara Hamas dan Israel di Gaza pada 7 Oktober 2023, bantuan demi bantuan dari sejumlah negara dikirimkan kepada warga di wilayah kantung tersebut.
Kendati demikian, melansir VOA Indonesia, Minggu (26/5/2024), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (24/52024) mengatakan akses bantuan ke Jalur Gaza sangat terbatas, karena hanya kurang dari 1.000 truk bantuan kemanusiaan yang dapat menembus wilayah kantong tersebut sejak 7 Mei ketika Israel memulai operasi militer di wilayah Rafah. Padahal menurut PBB, setidaknya 500 truk bantuan dan barang-barang komersial setiap hari seharusnya masuk ke Gaza.
Advertisement
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA) mengatakan bahwa antara 7 Mei dan 23 Mei, hanya 906 truk yang dapat memasuki daerah kantong berpenduduk 2,3 juta orang, tempat kelaparan terjadi di tengah perang antara Israel dan Hamas.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan sekitar 800 truk berisi persediaan makanan.
OCHA melaporkan bahwa 143 truk dengan muatan melintasi penyeberangan Kerem Shalom yang dikendalikan oleh Israel di selatan Gaza, sementara di utara Gaza, 62 truk melewati penyeberangan Erez, dan 604 truk melewati Erez West. Dilaporkan juga bahwa 97 truk dengan muatan telah tiba melalui dermaga terapung buatan Amerika Serikat (AS) di Gaza tengah yang baru beroperasi sejak seminggu yang lalu.
Pada April, rata-rata 189 truk masuk dalam sehari – jumlah tertinggi sejak perang dimulai Oktober 2023.
Penyeberangan Rafah dari Mesir ke Gaza Ditutup
Adapun penyeberangan Rafah dari Mesir ke Gaza telah ditutup sejak Israel meningkatkan operasi militernya di wilayah tersebut. Akibatnya, bantuan yang disimpan di Mesir mulai menumpuk dan beberapa persediaan makanan bahkan sudah mulai membusuk.
Israel dan Amerika Serikat telah mendesak Mesir untuk membuka kembali perbatasan, yang juga dikhawatirkan oleh Mesir terkait risiko pengungsi Palestina dari Gaza. Mesir mengatakan bahwa penutupan perbatasan dilakukan karena adanya ancaman terhadap pekerjaan bantuan yang dilakukan oleh operasi militer Israel.
Pada Jumat (24/5), Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Presiden AS Joe Biden setuju melalui telepon untuk mengirim bantuan kemanusiaan dan bahan bakar sementara ke PBB melalui penyeberangan Kerem Shalom, demikian disampaikan oleh kepresidenan Mesir. Pengiriman bantuan tersebut diharapkan dapat dimulai sesegera mungkin pada Jumat malam, menurut sumber keamanan Mesir yang tidak ingin disebutkan namanya.
PBB menyambut baik langkah tersebut, kata Dujarric. Pada Kamis dia berkata: "Ada banyak pintu masuk ke Gaza. ... Baik melalui darat atau laut, kami tidak mengontrol pintu-pintu tersebut, tetapi kami ingin semuanya terbuka."
Advertisement
1 Juta Liter Bahan Bakar Disalurkan ke Jalur Gaza Sejak Operasi Militer di Rafah
Pada Jumat (24/5), OCHA menyatakan bahwa angka tersebut tidak mencakup truk komersial karena PBB tidak dapat memantau pengiriman dari sektor swasta melalui penyeberangan Kerem Shalom akibat khawatir masalah keamanan.
"Selain itu, lebih dari 1 juta liter bahan bakar telah disalurkan ke Jalur Gaza sejak dimulainya operasi militer di Rafah," ungkap OCHA.
"Angka tersebut mewakili rata-rata 29 persen dari alokasi bahan bakar yang seharusnya diterima sesuai dengan perjanjian yang ada sebelum 6 Mei, yang kemudian berdampak pada operasional toko roti, rumah sakit, sumur air, dan infrastruktur penting lainnya," kata pihak OCHA.