Liputan6.com, Jakarta - Emiten rokok PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) akan membagikan dividen untuk tahun buku 2023. Perseroan akan membagikan dividen Rp 4,7 miliar dari laba bersih 2023 sebesar Rp 26,96 miliar.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu, (26/5/2024), PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) akan membagikan dividen tahun buku 2023 sebesar Rp 4,7 miliar atau setara Rp 5 per saham. Pembagian dividen ITIC tersebut telah disetujui pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 21 Mei 2024.
Advertisement
Sisa laba bersih sebesar Rp 100 juta ditetapkan sebagai dana cadangan dan sisanya sebagai laba yang ditahan oleh Perseroan.
Berikut jadwal pembagian dividen Indonesian Tobacco untuk tahun buku 2023:
- Cum dividen tunai di pasar regular dan negosiasi pada 31 Mei 2024
- Ex dividen tunai di pasar regular dan negosiasi pada 3 Juni 2024
- Cum dividen tunai di pasar tunai pada 4 Juni 2024
- Ex dividen tunai di pasar tunai pada 5 Juni 2024
- Pembayaran dividen tunai kepada pemegang saham yang berhak akan dilaksanakan selambat-lambatnya pada 26 Juni 2024.
Pada penutupan perdagangan saham Rabu, 22 Mei 2024 berdasarkan data RTI, harga saham ITIC stagnan di posisi Rp 260 per saham. Harga saham ITIC dibuka naik dua poin ke posisi Rp 262 per saham. Saham ITIC berada di level tertinggi Rp 262 dan terendah Rp 256 per saham. Total frekuensi perdagangan 80 kali dengan volume perdagangan 2.590 saham. Nilai transaksi Rp 66,7 juta.
Rapor Emiten Rokok Sepanjang 2023, Wismilak Jadi Juara
Sebelumnya, sejumlah emiten rokok telah melaporkan kinerja keuangan perusahaan untuk tahun buku 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, emiten rokok kompak bukukan kenaikan laba meski dari sisi pendapatan bervariasi.
PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) memimpin dari sisi pertumbuhan laba. Perseroan membukukan laba bersih yag dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 494,31 triliun pada 2023. Laba itu naik 98,26 persen dibanding Rp 249,33 triliun pada 2022. Raihan laba tersebut sejalan dengan penjualan perseroan pada 2023 yang sebesar Rp 4,87 triliun, naik 31,60 persen dari Rp 3,7 triliun pada 2022.
Selanjutnya ada PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dengan kenaikan laba 91,55 persen menjadi Rp 5,32 triliun dari Rp 2,78 triliun pada 2022. Meski dari sisi pendapatan mengalami penurunan 4,60 persen menjadi Rp 118,95 triliun dari Rp 124,68 triliun pada 2022.
PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) di posisi selanjutnya dengan perolehan laba Rp 8,1 triliun pada 2023. Laba itu naik 28,04 persen dari laba yang dicatatkan pada 2022 sebesar Rp 6,32 triliun. Sejaan, penjualan perseroan pada 2023 tercatat sebesar Rp 115,98 triliun atau naik 4,29 persen dari Rp 111,21 triliun yang dicatatkan pada 2022.
Sementara PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 26,96 miliar pada 2023. Laba itu naik 12,57 persen dari laba tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 23,95 miliar. Dari sisi penjualan sepanjang 2023 tercatat sebesar Rp 303,93 miliar, naik 8,87 persen dari penjualan pada 2022.
Advertisement
Penjualan Naik, Laba Indonesian Tobacco Tumbuh 12,57% pada 2023
Sebelumnya, PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) mengumumkan kinerja tahun buku 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, perusahaan berhasil membukukan pertumbuhan positif baik dari sisi penjualan maupun laba.
Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Minggu (17/3/2024), perseroan membukukan penjualan Rp 303,93 miliar pada 2023. Penjualan Indonesian Tobacco naik 8,87 persen dari penjualan pada 2022 yang tercatat sebesar Rp 279,18 miliar. Bersamaan dengan naiknya penjualan, beban pokok penjualan pada 2023 naik menjadi Rp 228,51 miliar dari Rp 207,39 miliar pada 2022.
Meski begitu, laba kotor perseroan pada 2023 masih tumbuh menjadi Rp 75,42 miliar dari Rp 71,79 miliar pada 2022. Sepanjang 2023, perseroan membukukan beban usaha sebesar Rp 26,77 miliar, penghasilan keuangan Rp 2,47 juta, selisih kurs Rp 1,26 juta, beban keuangan Rp 12,66 miliar, denda pajak Rp 45,53 juta, dan pendapatan lain-lain Rp 271,11 juta. Setelah dikurangi pajak penghasilan, perseroan membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 26,96 miliar pada 2023.
Laba itu naik 12,57 persen dari laba tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 23,95 miliar. Aset sampai dengan akhir 2023 naik menjadi Rp 560,35 miliar dari Rp 553,21 miliar pada 2022. Liabilitas pada 2023 turun menjadi Rp 162,42 miliar dari Rp 188,87 miliar pada 2022. Sementara ekuitas pada 2023 naik menjadi Rp 397,93 miliar dari Rp 364,32 miliar pada 2022.
Kinerja 2022
Sebelumnya diberitakan, PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) menorehkan kinerja positif untuk tahun buku 2022 yang berakhir pada 31 Desember 2022. Pada periode tersebut, Indonesian Tobacco membukukan kenaikan baik dari sisi pendapatan maupun laba.
Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (4/4/2023), penjualan sepanjang 2022 naik 17,11 persen menjadi Rp 279,18 miliar dari Rp 238,4 miliar pada 2021.
Bersamaan dengan itu, beban penjualan naik menjadi Rp 207,39 miliar dari sebelumnya Rp 174,6 miliar. Meski demikian, laba bruto perseroan masih tumbuh 12,53 persen menjadi Rp 71,78 miliar pada 2022 dari Rp 63,8 miliar pada 2021.
Pada periode ini, beban usaha tercatat sebesar Rp 25,16 miliar, penghasilan keuangan Rp 1,31 juta dan laba penjualan aset tetap Rp 70,06 miliar. Lalu selisih kurs tercatat sebesar Rp 36,9 juta, beban keuangan Rp 15,31 miliar, pemulihan imbalan kerja Rp 331,04 juta dan pendapatan lain-lain Rp 523,61 miliar.
Setelah dikurangi pajak, perseroan membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 23,95 miliar. Laba ini naik 30,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 18,37 miliar. Laba per saham dasar tahun berjalan ikut naik menjadi Rp 25,46 dari Rp 19,53 pada 2021.
Aset perseroan sampai dengan Desember 2022 naik menjadi 553,21 miliar dari Rp 526,7 miliar pada 2021. Liabilitas susut menjadi Rp 188,89 miliar pada 2022 dari Rp 202,02 miliar pada 2021. Sedangkan ekuitas naik menjadi Rp 364,32 miliar dari Rp 324,68 miliar pada 2021.
Advertisement