Liputan6.com, Jakarta - Miliarder sekaligus bos beberapa perusahaan teknologi, Elon Musk, kembali bicara soal teknologi kecerdasan buatan alias artificial intelligence.
Kali ini, pria yang baru saja meresmikan Starlink di Bali ini mengungkapkan bahwa kecerdasan buatan alias AI dapat mengambil alih segala jenis pekerjaan.
Advertisement
"Mungkin tidak ada di antara kita yang akan memiliki pekerjaan,” ujar Elon Musk, saat konferensi teknologi tentang AI, seperti dikutip dari CNN.
Namun menurutnya hal ini tak selalu berampak negatif. Pasalnya, Elon Musk bilang, di masa depan pekerjaan akan menjadi pilihan. Dengan begitu, seseorang dapat melakukan pekerjaan yang sejalan dengan minat dan hobi mereka.
Elon Musk juga mengatakan, AI dan robot akan menyediakan berbagai barang dan jasa yang diinginkan oleh manusia. Untuk mewujudkan skenario ini, ia menyebutkan perlunya penghasilan yang tinggi secara universal. Sayangnya, Elon Musk tidak bilang, bagaimana skenario tersebut akan diwujudkan.
Namun, Musk meyakinkan bahwa tidak akan ada kekurangan barang dan jasa. Pasalnya, kemampuan AI telah meningkat dengan pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Oleh karena itu, regulator, perusahaan, dan konsumen masih mempertimbangkan cara penggunaan teknologi ini secara bertanggung jawab.
Kekhawatiran juga terus meningkat mengenai bagaimana berbagai industri dan pekerjaan akan berubah seiring dengan perkembangan AI di pasar.
Sebuah laporan dari Laboratorium Ilmu Komputer dan Kecerdasan Buatan MIT menemukan bahwa adopsi AI di tempat kerja jauh, lebih lambat dari perkiraan dan ketakutan beberapa pihak.
Laporan tersebut juga menyatakan bahwa sebagian besar pekerjaan yang rentan terhadap AI pada saat itu tidak menguntungkan secara ekonomi bagi perusahaan yang menerapkan otomatisasi.
Menurut para ahli, banyak pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan emosional dan interaksi manusia yang tinggi tidak akan digantikan oleh AI. Contohnya adalah pekerja di bidang kesehatan mental, pekerja kreatif, dan guru.
Batasi Jumlah Media Sosial
Elon Musk secara terbuka mengekspresikan kekhawatirannya terhadap kecerdasan buatan (AI). Saat menjadi pembicara utama pada hari Kamis, ia menyebut teknologi tersebut sebagai ketakutannya yang terbesar.
Ia mengutip "Culture Book Series" karya Ian Banks. Buku ini merupakan sebuah pandangan fiksi utopis tentang masyarakat yang dijalankan oleh teknologi canggih, sebagai gambaran yang paling realistis dan "bayangan terbaik tentang AI di masa depan."
Namun, dalam dunia yang bebas pekerjaan di masa depan, Musk mempertanyakan apakah orang akan merasa puas secara emosional.
Ia mengatakan, "Pertanyaannya sangat penting – jika komputer dan robot dapat melakukan segala sesuatu dengan lebih baik daripada manusia, apakah hidup kita memiliki makna?"
Musk berpendapat bahwa mungkin masih ada peran manusia dalam hal ini, sehingga manusia mungkin dapat memberikan makna pada kecerdasan buatan.
Selain itu, ia juga mendorong orang tua untuk membatasi jumlah media sosial yang dapat diakses oleh anak-anak karena media sosial diprogram oleh AI yang berusaha memaksimalkan produksi dopamin.
Advertisement
Starlink Bantu Indonesia Tangkap Kapal Rusia
Sementara itu, euforia kehadiran Starlink masih riuh. Belum lama ini Menteri Kelautan Dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengaku telah terbantu dengan layanan jaringan satelit milik Elon Musk, Starlink. Layanan internet satelit ini bisa menjaga wilayah perairan Indonesia.
Menteri Trenggono menyebut, layanan Starlink telah dilakukan uji coba di kapal pengawas. Salah satunya saat membantu mengidentifikasi dua kapal asing berbendera Rusia, Run Zeng 05 dan Run Zeng 03 saat melepas jangkar di Teluk Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.
"Kemarin nangkap Run Zeng itu kita salah satunya pakai Starlink. Run Zeng itu kemarin kita nangkap kapal yang mencuri ikan, Run Zeng 3 yang di (Laut) Arafura," ujar Trenggono saat ditemui dalam salah satu rangkaian acara World Water Forum ke-10 di Nusa Dua Bali, Rabu (22/5/2024).
Penggunaan Starlink saat ini masih diperuntukkan bagi kapal pengawas untuk melakukan komunikasi dan video. Ia pun berencana memperluas pemakaian ke kapal nelayan, namun masih terkendala biaya.
"Masalahnya kalau di kapal-kapal nelayan kan kecil itu device-nya masih mahal, itu salah satu yang kita lagi minta untuk supaya seberapa mungkin dia bisa lebih murah," ungkap dia.
Pasang Starlink di Kapal Nelayan?
Ke depan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana untuk turut memasangnya di kapal nelayan. Namun, kata Trenggono, proses itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar karena masalah biaya.
"Belum (tahun ini), kan kita mesti tahu dulu dia seberapa besar cost-nya. Supaya tidak boleh terlalu mahal," kata Trenggono.
"(Tapi direncanakan?) Ya iya dong. Begitu sudah murah ya harus, supaya kita bisa tahu persis berapa yang ditangkap. Ini kan kepentingannya untuk populasi," tutur dia.
Advertisement