Liputan6.com, Cilacap - Nama Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani atau ada sebagian yang menyebut nama belakangnya dengan Al-Jailani rupanya untuk mencapai derajat wali ini mempempuh jalan yang tak dapat diduga sama sekali oleh orang lain.
Baca Juga
Advertisement
Waliyullah tersohor berjuluk shultanul awaliya atau Rajanya para wali ini menempuh jalan suluk yang tidak sebagaimana wali lain melakukannya.
Dalam mencapai maqam ma’rifatullah dan menggapai keridlaan-Nya, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani tidak menempuh jalan ibadah sholat sunah tengah malam dan puasa sunah.
Namun jalur untuk mencapai kemuliaan itu sejatinya merupakan jalan yang sebenarnya siapa saja bisa melaksanakan. Akan tetapi perlu ketabahan, istiqamah dan terpenting ialah ikhlas yang semata-mata mengharap keridlaan Allah SWT.
Simak Video Pilihan Ini:
Amalan yang Sebabkan Syekh Abdul Qadir Al-Jilani Jadi Wali
Menukil nu.or.id, Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi mengutip perkataan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani terkait amalan, ibadah, suluk yang ditempuhnya dalam mencapai derajat wali Allah.
Sayyid Bakri mengutip jalan berbeda yang dijalani Syekh Abdul Qadir Al-Jailani sehingga ia mencapai maqam makrifatullah yang dicintai Allah.
قال سيدي عبد القادر الجيلاني رضي الله عنه ما وصلت إلى الله تعالى بقيام ليل ولا صيام نهار ولكن وصلت إلى الله تعالى بالكرم والتواضع وسلامة الصدر
Artinya, “Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan, ‘Aku tidak sampai kepada Allah ta’ala dengan shalat malam dan puasa sunnah siang hari. Tetapi aku sampai kepada-Nya dengan kemurahan hati, ketawadhuan, dan keselamatan batin,’” (Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya, [Indonesia, Al-Haramain Jaya: tanpa tahun], halaman 13).
Advertisement
Keragaman Jalan Menuju Derajat Waliyullah
Sayyid Bakri mengutip perkataan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani ketika menerangkan nazham karya Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari yang menyebutkan keragaman jalan spiritual dan suluk yang ditempuh masing-masing orang dalam bertaqarrub kepada Allah.
ولكل واحدهم طريق * يختاره فيكون من ذا واصلا كجلوسه بين الأنام مربيا * وككثرة الأوراد كالصوم الصلا وكخدمة للناس والحمل الحطب * لتصدق بمحصل متمولا
Artinya, “Setiap orang dari mereka menempuh jalan * yang dia pilih sehingga ia menjadi orang sampai (kepada Allah)//seperti duduk di tengah masyarakat memberi petunjuk * dan kebanyakan wirid seperti puasa dan shalat//seperti khidmah kepada orang (ahli fiqih, orang saleh, ahli agama) dan memikul kayu bakar * untuk disedekahkan hasil yang dikembangkannya,” (Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari, Hidayatul Adzkiya ila Thariqil Ashfiya pada hamisy Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya: 13).
Syekh Zainuddin bin Ali Al-Malibari pada nazhamnya dengan jelas menyebutkan bahwa jalan taqarrub masing-masing orang bisa jadi berbeda satu sama lain. Keragaman jalan spiritual (yang menunjukkan keluasan rahmat Allah dan sering tak terduga) itu bermuara pada satu tujuan, yaitu wushul ilallah atau makrifatullah. Wallahu a’lam.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Baca Juga
Ketika Syaikh Abdul Qadir al-Jilani Digoda oleh Setan dengan Cara Seperti Ini
Yang Terjadi saat Seorang Wanita tantang Syaikh Abdul Qadir al-Jilani Tunjukkan Karomah
Top 3 Islami: Kisah Santri Mbah Kholil Bangkalan Menang Berkelahi meski Salah Amalkan Doa Akikah, Penyebab Hidup Miskin Menurut Gus Baha