3 Juni 2017: Tiga Anggota Teroris Serang Pengunjung Pasar Dekat Jembatan London, 8 Orang Tewas

Tiga pelaku aksi teroris ditembak mati oleh polisi langsung di tempat setelah melakukan aksi penikaman.

oleh Najma Ramadhanya diperbarui 03 Jun 2024, 06:00 WIB
Jembatan London (Unsplash/Robert Tudor)

Liputan6.com, London - Kejadian yang mengerikan ini terjadi selama periode waktu delapan menit saja.

Delapan orang dilaporkan tewas usai sekelompok teroris membawa sebuah van yang melintasi trotoar di London Bridge atau Jembatan London, pada 3 Juni 2017, tepat 7 tahun lalu.

Para pelaku kemudian keluar, membawa senjata pisau daging steak berwarna pink, dan menikam orang-orang yang sedang berada di pasar terdekat, seperti dilansir dari History, Senin (3/6/2024).

Serangan ini merupakan yang ketiga kalinya terjadi di London pada tahun 2017.

Beberapa waktu sebelum jam 22.00, sebuah mobil van yang berisi tiga penyerang melewati Jembatan London dua kali tanpa menimbulkan kecurigaan. Ketika mencapai ujung jembatan untuk kedua kalinya, van tersebut berputar dan masuk ke trotoar, menabrak para pejalan kaki.

Di ujung jembatan, para teroris menabrak sebuah pub terdekat, di mana mereka keluar dengan pisau yang ditempelkan di pergelangan tangan dan bom palsu terikat di tubuh mereka. 

Para pelaku melarikan diri dari kendaraan, menikam orang-orang di Borough Market sambil berteriak "Ini untuk Allah". 

Mereka masuk secara acak ke bar dan restoran, menikam siapa pun yang berada di depan mereka. Orang-orang berusaha melawan mereka dengan melemparkan kray, kursi, dan kelas, tetapi pada akhirnya 48 orang terluka.

Lalu pada pukul 22.15, semua tiga teroris telah dibunuh oleh pihak berwenang.

Para teroris tersebut diidentifikasi sebagai Khuram Shazad Butt (27 tahun), warga negara Inggris lahir di Pakistan yang diyakini sebagai pemimpin serangan, Rachid Redouane (30 tahun), yang mengaku berasal dari Maroko dan Libya, dan Youssef Zaghba (22 tahun), seorang pria berkebangsaan Maroko-Italia. 

Para pelaku dilaporkan memiliki jumlah besar steroid dalam tubuh mereka.


Anjuran dari Komisioner Polisi

Ilustrasi bendera Inggris. (dok. Unsplash.com/Simon Lucas @simonlucas)

Komisioner Polisi Metropolitan Cressida Dick mengecam kekejaman ini sebagai peristiwa "mengerikan". Ia mengatakan bahwa polisi percaya semua penyerang telah "dinetralkan".

"Kami sudah berada pada tingkat kewaspadaan yang sangat tinggi," ucapnya mengacu pada kecepatan petugas saat bereaksi terhadap kejadian ini, seperti mengutip dari Sky News.

 "Parah, artinya, serangan sangat mungkin terjadi dan tingkat ancamannya sangat serius. Kami telah siap untuk kemungkinan kejadian seperti ini selama waktu yang cukup lama."

Ia juga memperingatkan, "Hal terakhir yang kami butuhkan adalah orang-orang bereaksi berlebihan atau mengeluarkan frustrasi mereka pada orang lain di komunitas lain," dan ia juga menyerukan kepada warga London dan pengunjung "untuk tetap tenang, sangat waspada".

Cressida juga meminta orang untuk menghubungi polisi jika mereka melihat sesuatu yang tidak biasa, bahkan jika tidak signifikan, ia mengatakan bahwa jika memungkinkan "orang harus melanjutkan kehidupan normal mereka".

Para korban luka dibawa ke lima rumah sakit di seluruh London, menurut layanan ambulans kota. Lebih banyak lagi korban luka yang diurus di tempat kejadian untuk luka-luka yang kurang serius.


Korban dari Berbagai Negara

Ilustrasi police line (Sumber: Wikimedia Commons)

Korban-korban termasuk warga Selandia Baru yang bernama Oliver Dowling, 32 tahun, yang dilaporkan berada dalam keadaan koma setelah ditikam di wajah, leher, dan juga.

Pacarnya, Marie Bondeville, juga terluka akibat serangan tersebut.

Wanita Australia, Candice Hedge, 34  tahun, telah menjalani operasi darurat setelah ditikam di tenggorokan saat makan malam bersama pacarnya.

Editor bisnis Sunday Express, Geoff Ho, juga ditikam di tenggorokan setelah ikut campur untuk membantu penjaga tunggal yang menjadi targeet para penyerang.

Seorang petugas polisi Metropolitan yang sedang tidak bertugas dan seorang petugas polisi Transportasi Inggris, yang merupakan salah satu respon pertama di lokasi kejadian, juga terlibat dalam serangan tersebut.

Kedua pria tersebut dilaporkan berada dalam kondisi serius tapi stabil.

Seorang warga negara Kanada juga "terkena langsung" oleh serangan tersebut.

Presiden Prancis Macron mengatakan dua dari korban adalah warga negara Prancis, dengan salah satunya dalam kondisi serius.

Hotel Premier Bankside dievakuasi dan tiga rumah sakit,Guy's, St Thomas', dan Evelina London Children's, masuk dalam status lockdown  agar pasien, keluarga pasien, dan staf tetap aman".


Hampir Membatalkan Pemilihan Umum

Ilustrasi bendera Inggris (unsplash)

Menanggapi serangan tersebut, Theresa May mengatakan bahwa ada terlalu banyak toleransi terhadap ekstremisme di Inggris dan sudah waktunya untuk lebih tegas dalam mengatasinya.

Berbicara di Downing Street setelah serangan van dan penikaman tersebut, Perdana Menteri pada saat itu mengatakan bahwa sudah saatnya untuk mengatakan "cukup sudah".

Kampanye nasional dalam Pemilihan Umum telah dihentikan oleh Partai Konservatif dan Buruh menyusul serangan tersebut, dengan PM kemungkinan akan menghadapi tekanan untuk membatalkan atau menunda pemungutan suara pada Kamis 8 Juni 2017.

Namun, Wali Kota London, Sadiq Khan, yang menggambarkan kekejaman tersebut sebagai "tindakan barbar", telah menegaskan bahwa ia tidak mendukung penundaan pemilihan tersebut.

Ia mengatakan, "Salah satu hal yang bisa kita lakukan untuk menunjukkan bahwa kita tidak ditakuti adalah dengan memberikan suara dalam Pemilihan Umum pada hari Kamis (8/6/2017)."

Infografis Penangkapan Terduga Teroris di Indonesia Januari-Agustus 2023. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya