Negara Kaya Bekukan Aset Rusia di Eropa, Ekonomi Global Dalam Bahaya?

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan kondisi ekonomi global yang dipengaruhi oleh memanasnya kondisi geopolitik. Bahkan, ada gerakan dari negara-negara kaya dalam G7 yang mulai mengambil langkah serius.

oleh Arief Rahman H diperbarui 27 Mei 2024, 18:44 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengakui bahwa perekonomian negara-negara maju mulai mengalami tekanan, termasuk Jepang dan Inggris yang sudah masuk jurang resesi.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan kondisi ekonomi global yang dipengaruhi oleh memanasnya kondisi geopolitik. Bahkan, ada gerakan dari negara-negara kaya dalam G7 yang mulai mengambil langkah serius.

Salah satunya adalah rencana untuk membekukan aset-aset milik Rusia, terutama di kawasan Eropa. Ini terungkap dalam pertemuan menteri keuangan G7 dan bank sentral negara-negara tersebut.

Tak cuma membekukan, nyatanya negara G7 akan mengalihkan aset-aset itu sebagai pendanaan untuk membangun kembali Ukraina.

 

"Salah satu yang mungkin menjadi berita penting dari sisi global adalah pertemuan G7 dimana menteri-menteri keuangan dan bank sentral G7 dalam hal ini memutuskan untuk tidak hanya melakukan frozwn dari Russian asset atau aset rusia yang ada di eropa terutama," ungkap Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, Senin (27/5/2024).

"Dan mereka akan menggunakan aset tersebut untuk meng-issue utang yang nanti dana utangnya dipakai untuk pembangunan kembali Ukraina," sambungnya.

Menurutnya, kebijakan ekonomi dari negara-negara besar tersebut harus diantisipasi. Pasalnya, geopolitik global turut berpengaruh kepada ekonomi regional dan juga Indonesia.

"Ini adalah suatu pekrembangan dari sisi global yang patut untuk kita perhatikan karena mengubah dari sisi kepastian global," tegasnya.

Pada saat yang sama, ada pertemuan petinggi Amerika Serikat dengan China. Tujuannya, sebagai upaya negosiasi untuk meredam konflik Rusia dan Ukraina.

"Kita juga lihat dari hubungan Amerika dan RRT, Presiden Xi Jinping bertemu dengan Menkeu Amerika karena dalam hal ini Amerika Serikat ingin mendapatkan dukungan untuk support ke Rusia untuk perang Ukraina bisa diperlunak," bebernya.

 


Ekonomi Global Kena Dampak

Suasana gedung pencakar langit di Jakarta, Selasa (15/11/2022). Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di antara negara G20. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyadari dampak memanasnya geopolitik global turut berpengaruh ke ekonomi nasional. Salah satunya adalah masuknya tentara Israel ke wilayah Rafah, dalam perang dengan Palestina.

Dia mengatakan, aspek ekonomi tak bisa lepas dari kondisi tersebut. Dampaknya, mulai dari perekonomian global, regional, bahkan ke Tanah Air.

"Kita lihat berbagai pekrembangan geopolitik dan itu tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan perekonomian dan indikator ekonomi baik pada level global, regional dan juga nasional," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, Senin (27/5/2024).

Dia mencontohkan adanya eskalasi pasukan Israel yang masuk wilayah Rafah. Dampaknya bukan hanya terlihat bagi Israel dan Palestina, tapi juga beberapa negara lain yang berusaha untuk menengahi konflik antara keduanya.

 


Perang di Gaza

Badan PBB yang membantu pengungsi Palestina mengatakan pada 9 Mei 2024 sekitar 80.000 orang meninggalkan Rafah dalam tiga hari sejak Israel mengintensifkan operasi militer di kota Gaza selatan. (Foto: AFP)

"Kita semua lihat perang yang ada di Gaza, masih meningkat bahkan terjadi eskalasi dengan masuknya pasukan Israel di Rafah dan ini menimbulkan dinamika yang luar biasa," kata dia.

"Seperti yang kita lihat baik dari sisi israle dan dari sisi palestina dan negara-negara yang mencoba untuk menengahi atau yang mencoba menjadi penjembatan bagi perang ini untuk segera bisa diakhiri," sambungnya.

Beberapa dampak ekonomi dari geopolitik diantaranya adalah rantai pasok global yang semakin rentan, naiknya harga komoditas, naiknya inflasi, likuiditas global masih akan ketat, hingga depresiasi nilai tukar dan arus keluar dana (capital outflow).

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya