Liputan6.com, Jakarta - Meningkatnya popularitas tanaman atau pohon bonsai di dunia diyakini memicu banyaknya pencurian tanaman tersebut di Jepang. Sejumlah turis asing atau warga negara asing (WNA) diduga terlibat dalam pencurian bonsai yang kemudian dijual di luar Jepang.
Ekspor tanaman bonsai dan tanaman tradisional Jepang lainnya telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir berkat meningkatnya minat menanam pohon di Jepang dan berbagai pembatasan yang dilonggarkan. Namun melansir Japan Today, Senin, 27 Mei 2024, tanaman dalam pot yang harganya termasuk mahal itu kerap ditaruh di luar ruangan yang membuatnya rentan untuk dicuri.
Advertisement
"Belakangan ini tiap orang yang berada di industri tanaman ini bicara tentang pencurian, ini seperti tidak tertahankan," keluh Tatsuharu Takeshita (72 tahun) yang bekerja di tempat penjualan bonsai, Koyoen di pusat kota Inazawa, Jepang.
Toko tersebut sudah kehilangan 15 pot pohon bonsai. Padahal, dua dari 15 pohon itu sudah dipeliharanya dengan susah payah. Satu pohon dicuri pada tahun lalu dan satu lagi pada Januari 2024.
Para pencurinya dikabarkan memotong pagar pelindung tanaman yang dipasang oleh Takeshita. Mereka beraksi tengah malam dan beberapa pohon yang dicuri adalah pesanan para pelanggan toko tersebut.
Sejauh ini dikonfirmasi 25 kasus pencurian di 11 prefektur di Jepang, menurut data yang dikumpulkan sejak Februari 2023 oleh Nippon Bonsai Growers Cooperative atau NBGC (Organisasi Penanam Bonsai Jepang). Ada pula kasus pencurian yang melibatkan bonsai yang nilainya lebih dari 3 juta yen atau sekitar Rp307 miliar.
Dalam sebuah insiden pada 8 Mei 2024, 22 tanaman bonsai dalam pot senilai Rp1,9 triliun dicuri dari sebuah toko di Prefektur Kumamoto, barat daya Jepang. Beberapa saksi mata dan sejumlah sumber lainnya mengklaim bahwa aksi pencurian itu dilakukan oleh beberapa grup yang berasal dari sejumlah negara di luar Jepang. Bonsai yang dicuri itu menurut pihak NBGC ternyata banyak dijual di sejumlah situs dan media sosial di Amerika Serikat.
Menangkap Pencuri Bonsai
Sedangkan pada 2020 lalu, penghapusan larangan ekspor pohon cemara hitam bonsai ke Uni Eropa membuat permintaan akan pohon tersebut meningkat secara sugnifikan, menurut Japan External Trade Organization (JETRO). Menurut hitungan JETRO, nilai ekspor bonsai mencapai sekitar 910 juta yen (sekitar Rp93 trliun) pada 2023, dua kali lipat dari 2020. Nilai itu diyakini akan bertambah tinggi lagi di tahun ini.
Beberapa pengusaha di Jepang berhasil menangkap pencuri koleksi bonsai mereka. Pada April dan Mei lalu, polisi Jepang menangkap tiga orang Vietnam yang dicurigai telah mencuri bonsai. Pemilik usaha berhasil melacak keberadaan pohon-pohon mereka karena dipasang alat pelacak.
Cara itu ternyata cukup ampuh membantu pihak berwajib mengidentifikasi beberapa grup pelaku pencurian. Situasi yang terjadi belakangan ini juga membuat seorang detektif senior menyarankan agar pemilik usaha maupun toko bonsai yang menaruh koleksi mereka di luar ruangan lebih meningkatkan keamanan. Selain itu, sebuah asosiasi bonsai resmi di Jepang menyarakan para pemilik untuk memotret koleksi bonsai mereka secara regular agar bisa lebih mudah membuktikan kepemilikan mereka terhadap pohon tersebut.
Pada 2019, seorang pencuri bonsai telah mencuri tujuh pohon kecil senilai setidaknya 13 juta yen (sekitar Rp1,6 miliar) dari sebuah taman di prefektur Saitama, dekat Tokyo, Jepang. Hasil rampasan itu termasuk pohon shimpaku berusia 400 tahun yang langka, bintang dunia bonsai, yang akan dimasukkan dalam kompetisi kecantikan bonsai Jepang pada Februari 2019.
Advertisement
Pohon Paling Berharga
Shimpaku saat itu bernilai lebih dari 10 juta yen (setara Rp1,2 miliar), menurut Fuyumi Iimura, istri master bonsai yang membuat pohon."Kami memperlakukan pohon mini ini seperti anak sendiri. Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata untuk menggambarkan perasaan kita, rasanya seperti memiliki anggota tubuh yang dipotong," terang Iimura seperti dikutip dari kanal Global Liputan6.com, melansir dari CNN, 11 Februari 2019.
Iimura menambahkan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas pencurian tersebut kemungkinan besar adalah profesional, karena mereka telah mengidentifikasi "pohon paling berharga" dari sekitar 5.000 hektare taman pasangan itu yang memiliki sekitar 3.000 pohon bonsai. Selain Shimpaku, yang juga dirampas adalah tiga pohon pinus mini, yang disebut goyomatsus, dan trio shimpaku yang tak begitu berharga, serta pohon juniper yang sekarang langka di alam liar.
Suami Fuyumi Iimura, Seiji Iimura, adalah seorang master bonsai generasi kelima yang praktik keluarganya berasal dari periode Edo (1603-1868). Berasal dari seni kuno Tiongkok "penjing," atau lansekap miniatur, bonsai diperkenalkan ke Jepang pada Abad ke-6 oleh sekelompok siswa Zen Buddhisme Jepang, yang kembali dari perjalanan ke luar negeri.
Mereka menyebutnya "bonsai", yang secara harfiah berarti "ditanam dalam wadah", dan --pada tingkat paling dasar-- seni hanya menanam pohon liar di dalam wadah kecil. Sementara beberapa bonsai tumbuh dari biji, menciptakan shimpaku adalah proses yang melelahkan, paling tidak karena pohon asli sangat berbahaya untuk dikumpulkan, tumbuh di tebing yang berbahaya.
Pencurian Pohon Berusia 400 Tahun
Sementara beberapa bonsai tumbuh dari biji, menciptakan shimpaku adalah proses yang melelahkan, paling tidak karena pohon asli sangat berbahaya untuk dikumpulkan, tumbuh di tebing yang berbahaya. Iimura mengatakan bahwa pohon curian berusia 400 tahun itu diambil dari gunung berabad-abad yang lalu.
Melalui pengetahuan mendalam tentang fisiologi tumbuhan, keluarga Iimura secara bertahap membentuk pohon itu menjadi bentuk miniaturnya. Tingginya satu meter, dan lebarnya sekitar 70 sentimeter saat dicuri.
"Itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan dalam semalam," kata Iimura. Bonsai yang dicuri itu bisa menghasilkan banyak uang di pasar gelap, dan sudah jadi rahasia umum dikirim ke luar negeri ke Eropa, kata Iimura.Beberapa pengrajin melihat bonsai mereka di situs media sosial, tambah mereka, tetapi hanya sedikit yang bisa mendapatkan kembali pohon kecil kesayangannya.
"Sulit untuk mendapatkan kembali kepemilikan pohonmu setelah berpindah tangan," ungkapnya. Idealnya, pasangan itu ingin bonsai mereka dikembalikan. Tetapi apa boleh buat, rasanya hal itu tak memungkinkan sehingga mereka hanya meminta para pencuri untuk merawat pohon miniatur mereka. Reaksi mereka bikin haru yang mengetahuinya.
Advertisement