Turis Indonesia Dikecam Warganet Malaysia Usai Komentari Azan di Negeri Jiran

Selama di Malaysia, turis Indonesia ini mengaku hanya mendengar azan lewat aplikasi ponselnya.

oleh Asnida Riani diperbarui 28 Mei 2024, 12:00 WIB
Umat Muslim melaksanakan sholat Idul Fitri di Masjid Nasional di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin, 2 Mei 2022. Muslim Malaysia merayakan festival Idul Fitri pada 2 Mei, menandai berakhirnya bulan suci Ramadhan. (AP Photo/Vincent Thian)

Liputan6.com, Jakarta - Ulasan turis Indonesia tentang masjid di Malaysia jadi viral di media sosial. Pasalnya, wisatawan itu mengeluh ia tidak pernah mendengar azan selama berada di Negeri Jiran.

Selain tidak mendengar panggilan salat, lewat klip di akun TikTok @pinotdiah, seperti dirangkum Says, Selasa (28/5/2024), perempuan itu menyebut tidak menemukan masjid di beberapa daerah. Ia mengaku pernah ke Kuala Lumpur dan Terengganu. Namun, tidak pernah ditemukan masjid di Terengganu. 

"Saat saya sampai di KL, Menara Petronas, ada masjid besar, tapi saya tidak mendengar azan karena saya berangkat pagi," ucapnya. "Saya melihat masjid saat hendak menuju Bandara Senai, namun tidak mendengar azan."

Di video lain, ia "menangis" saking bersyukur bisa mendengar azan di Singapura, bunyi yang ditunggu-tunggu di Malaysia. Namun kebanyakan waktu, wisatawan Indonesia itu mengaku hanya diingatkan salat lewat azan di aplikasi ponselnya.

Tidak butuh waktu lama bagi konten itu diserbu warganet Malaysia. Mereka mengaku keheranan bagaimana si turis bisa sampai tidak mendengar azan sama sekali di negara mayoritas Muslim. "Mbak, kamu harus membuka matamu, mengorek telingamu, dan makan banyak kismis," tulis seorang pengguna X, dulunya Twitter.

"Belakangan banyak turis asing, terutama Muslim, datang ke Malaysia dan bertingkah macam-macam. Kalian datang ke sini untuk mencari-cari kesalahan atau berusaha menghargai keberagaman negara lain? Lain kali cari tahu dulu. Bagaimana bisa dengar azan kalau bukan masuk waktu salat?" ungkap warganet lain.

 


Dinilai Cari Sensasi

Petugas masjid mendengarkan khotbah salat Jumat dengan menerapkan jaga jarak aman saat Ramadan di Masjid Negara Malaysia, Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (15/5/2020). Masjid Negara Malaysia kembali dibuka setelah pemerintah setempat melonggarkan lockdown akibat pandemi COVID-19. (Mohd RASFAN/AFP)

Pengguna lain menimpali, "Enggak lihat masid di Terengganu? Dia ke mana? Apakah dia menginap di wilayah bukan mayoritas Muslim? Kalau iya, ya wajar. Kalau kami liburan ke Bali dan tidak berada di sekitar pemukiman orang Islam, kami juga tidak mendengar azan, tapi tidak pernah membahasnya karena tahu masyarakat lokal di sana beragama Hindu."

"Saya pikir, dia hanya mencari sensasi saja. Kalau berada dekat masjid di Singapura dan masuk waktu salat, saya pernah dengar azan. Memang mengada-ngada saja orang ini," menurut akun lain. "Saya sudah sejak lahir di Malaysia dan tidak pernah tidak mendengar suara azan," sahut warganet berbeda.

Ini bukan kali pertama ulasan wisatawan Indonesia jadi sorotan. Namun di konten sebelumnya, tanggapan publik Negeri Jiran terbilang cukup positif. "Norak di negara orang! Kok bisa ya mereka begitu?" begitu keterangan unggahan yang dibubuhkan di akun TikTok @coach.tria, akhir April 2024.

Review singkat tentang kunjungannya ke Malaysia telah berubah jadi sensasi online. Di video, ia berkata, "Nyesel banget gue datang ke negara ini."


Ulasan Turis Indonesia

Anak-anak yang mengenakan masker berpose untuk difoto di depan Menara Kembar Petronas di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 3 Oktober 2020. Malaysia melaporkan tambahan 317 kasus terkonfirmasi COVID-19 pada Sabtu (3/10), sehingga totalnya bertambah menjadi 12.088. (Xinhua/Chong Voon Chung)

Turis Indonesia itu melanjutkan, "Bayangin aja deh, masa banyak banget playground gratis? Kalau bahasa anak Jaksel mah lagi culture shock ini gue." Ruang bermain gratis, sebut pria itu, membuat anaknya enggan pulang.

"Di negara ini juga enggak ada yang nerobos lampu merah," ia melanjutkan. "Coba bayangin, lampu merah nih, kosong di perempatan, tapi enggak ada yang nerobos kan aneh."

Yang paling "parah," sarkasnya, "Ada dua orang antre toilet, pintu di depan dia terbuka duluan, tapi dia nyuruh gue masuk duluan. Itu kan aneh ya. Biarpun yang dateng duluan emang gue sih, tapi di depan dia udah kebuka mah dia aja yang masuk, ngapain nyuruh gue?"

"Emang aneh dah nih negara, masa bisa kayak gitu kelakuan orang-orangnya ya?" tandasnya. Tidak butuh waktu lama bagi konten itu jadi pusat perhatian, yang mana rekaman tersebut sudah mencatat 1,2 juta penayangan saat artikel awal ditulis.


Tuai Beragam Komentar

Para pejalan kaki yang mengenakan masker berjalan di dekat Menara Kembar Petronas di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 3 Oktober 2020. Malaysia melaporkan tambahan 317 kasus terkonfirmasi COVID-19 pada Sabtu (3/10), sehingga totalnya bertambah menjadi 12.088. (Xinhua/Chong Voon Chung)

Di kolom komentar, tidak sedikit yang menyoroti bahwa ruang bermain di Indonesia "berbayar." "Sebetulnya ada juga outdoor playground, tapi sedikit. Kebanyakan indoor di mal-mal itu kan harus bayar," seorang pengguna menjelaskan.

Ada juga yang menulis, "Emang playground anak di Indo harus bayar?😳 tapi terobos lampu merah kalo di tengah kota memang jarang, ga kaya di Indo hehe gua orang Malaysia tinggal di Bandung, tapi sayang banget dong gua sama Bandung."

Setelah diberi tahu bahwa ruang bermain terbuka jumlahnya sedikit, pengguna itu berkomentar, "Iya sih...di Malaysia bisa dibilang setiap perumahan pasti ada playground. Juga banyak tempat untuk senam jogging. Di Bandung susah nyarinya." Ungkapan itu pun dibenarkan si pengunggah video.

"Saya langsung bisa tebak pas dibilang ada playground di mana-mana. Iya Malaysia, di setiap pojok taman dan padang-padang Playground ada, tapi sayang di sini anak-anak terkurung dalam rumah karena hrus belajar," warganet lain menimpali.

Ada juga yang mengatakan bahwa fasilitas ruang bermain anak pun tidak merata di Malaysia. "KL (Kuala Lumpur) emang banyak, tapi abang kan belum tau tempat lain," menurut seorang TikToker.

Wisata urban adalah wisata yang menjadikan ruang-ruang publik kota dan pengalaman hidup di perkotaan sebagai atraksi utama. (Dok: Liputan6.com/Trisyani)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya