Liputan6.com, Beijing - Seorang ayah di China melemparkan buah delima ke anak laki-lakinya hingga menyebabkan kondisi fatal pada si buah hati.
Emosinya terpancing. Ia tidak sabar saat sedang mendampingi putranya belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah (PR).
Advertisement
Kejadian tersebut kemudian menyebabkan perdebatan di media sosial soal pentingnya kesabaran sebagai orang tua.
Dilansir SCMP, Rabu (29/5/2024), pria bermarga Chen asal Wenzhou, Zhejiang, tengah mendampingi putranya untuk belajar ketika istrinya sedang bekerja lembur.
Rupanya, ia tidak memiliki kesabaran yang cukup ketika putranya yang masih duduk di bangku SD kelas tiga itu tidak dapat memahami soal Matematika yang dikerjakannya.
Chen pun mulai kehilangan kesabaran hingga melemparkan buah delima ke arah perut putranya.
Si anak yang bernama Liangliang pun menjerit kesakitan ketika itu, namun rasa sakitnya tak kunjung hilang hingga keesokan harinya.
Ia pun segera dibawa ke rumah sakit dan didiagnosis bahwa limpanya pecah.
Dokter memperingatkan bahwa limpa merupakan organ tubuh bagian dalam yang mudah pecah, yang dalam beberapa kasus dapat menyebabkan pendarahan yang mengancam jiwa dan kemungkinan perlunya pengangkatan limpa.
Picu Perdebatan di Media Sosial
Insiden ini memicu kritik di media sosial daratan atas kurangnya kesabaran dalam mengasuh anak.
"Ayah ini telah menghancurkan hidup putranya! Pengangkatan limpa merupakan kerusakan permanen. Jika saya adalah anak ini, saya tidak akan pernah memaafkannya," kata salah satu pengguna media sosial Weibo.
"Ini mengingatkan saya ketika saya masih kecil dan ayah saya melemparkan remote control ke arah saya. Aku setengah mati rasa saat itu," sahut yang lain.
"Mengapa orang tua harus bertanggung jawab membimbing anak mereka mengerjakan pekerjaan rumah? Ini harus menjadi tanggung jawab sekolah," kata yang lainnya lagi.
Advertisement
Hukuman Penjara
Di China, ketika seseorang menyebabkan cedera serius karena kelalaian, ia dapat dihukum hingga tiga tahun penjara. Namun, jika korban dan keluarganya tidak melaporkan kejadian tersebut dan polisi tidak turun tangan, maka masalah tersebut akan dikesampingkan.
"Untuk situasi yang dapat diidentifikasi sebagai kekerasan dalam rumah tangga atau merupakan tindak pidana, meskipun korban atau anggota keluarganya tidak secara aktif melapor ke polisi, ketika perilaku tersebut diketahui oleh organisasi atau individu terkait, mereka juga mempunyai tanggung jawab untuk melaporkan," kata He Bo, seorang pengacara dari Firma Hukum Sichuan Hongqi, kepada SCMP.
"Semua orang sama di hadapan hukum, apapun hubungan antar anggota keluarga, kekerasan dalam rumah tangga dilarang," ujarnya.
Orang Tua Dampingi Anak Kerjakan PR
Di China, sudah menjadi hal yang lumrah bagi orang tua untuk mengajari anak mereka mengerjakan pekerjaan rumah.
Pada tahun 2020, orang tua siswa Sekolah Dasar Satu menghabiskan rata-rata 7,19 jam seminggu untuk mengajari pekerjaan rumah, menurut Survei Pelacakan Keluarga Tiongkok.
Menurut Laporan Pengembangan Pendidikan Bahasa Mandarin tahun 2020, lebih dari separuh siswa merasa terkendala dengan bimbingan pekerjaan rumah yang diawasi orang tua.
Akibatnya, situasi yang dipenuhi emosi sering kali terjadi.
Pada bulan April, seorang ibu di Provinsi Jiangsu, China, juga kehilangan kesabaran saat membantu putranya mengerjakan pekerjaan rumah. Dia mencoba menendangnya tetapi malah terkena dinding hingga jari kakinya patah.
Pada bulan September 2021, seorang pria dari Provinsi Hunan tengah merasa sangat marah saat mengajari putrinya hingga mengalami cedera rahang.
Advertisement