Saham BREN Masuk Papan Pemantauan Khusus

Saham BREN masuk kriteria efek dalam pemantauan khusus pada poin 10 yakni dikenakan penghentian sementara perdagangan efek selama lebih dari satu hari bursa yang disebabkan oleh aktivitas perdagangan.

oleh Agustina Melani diperbarui 28 Mei 2024, 18:02 WIB
Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) masuk kriteria efek pemantauan khusus mulai Rabu, 29 Mei 2024.(Foto: Liputan6.com/Elga N)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) masuk kriteria efek pemantauan khusus mulai Rabu, 29 Mei 2024.

Mengutip keterbukaan informasi BEI,Selasa (28/5/2024), saham PT Barito Renewables Energy Tbk masuk kriteria efek dalam pemantauan khusus pada poin 10 yakni dikenakan penghentian sementara perdagangan efek selama lebih dari satu hari bursa yang disebabkan oleh aktivitas perdagangan.

Sebelumnya, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Kristian Manullang menuturkan, saham BREN yang telah disuspensi berpotensi masuk papan pemantauan khusus selama satu bulan.

“Benar (berpeluang masuk  papan pemantauan khusus-red),” ujar Kristian.

Kristian mengatakan,apabila tindakan pengawasan suspensi sampai pengumuman lebih lanjut dibuka atas saham tertentu, saham itu akan masuk papan pemantauan khusus selama satu bulan.

“Sebelumnya tindakan pengawasan unusual market activity (UMA) lebih dulu dilaksanakan sebelum suspensi cooling down dan suspensi sampai pengumuman lebih lanjut,” kata dia.

Kristian mengatakan, dalam rangka perlindungan investor, BEI melakukan tindakan pengawasan antara lain UMA, suspensi cooling down dua sesi dan suspensi sampai pengumuman lebih lanjut.

"Ketiga jenis tindakan pengawasan ini bukan sanksi terhadap saham tertentu, namun adalah tindakan untuk mendukung perlindungan investor,” kata Kristian.

Ia mengatakan, apabila ada tindakan pengawasan ini, investor perlu mempertimbangkan keputusan investasinya dengan mendapatkan informasi sebanyak yang diperlukan terhadap saham-saham tertentu yang dikenakan tindakan pengawasan bursa sebelum memutuskan membeli dan menjual saham itu.


BEI Gembok Perdagangan Saham BREN dan SOLA, Ini Penyebabnya

Layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara (suspensi) saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) pada perdagangan Senin (27/5/2024).

Mengutip keterbukaan informasi BEI, suspensi saham BREN dilakukan seiring peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham BREN dan sebagai bentuk perlindungan investor.

“BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham PT Barito Renewables Energy Tbk di pasar regular dan pasar tunai mulai sesi pertama perdagangan 27 Mei 2024 hingga pengumuman bursa lebih lanjut,”

Berdasarkan data RTI, harga saham BREN menguat 8,43 persen dalam sepekan terakhir. Secara year to date (Ytd), harga saham BREN melonjak 50,50 persen.

Selain itu, BEI juga suspensi saham PT Xolare RCR Energy Tbk (SOLA) pada 27 Mei 2024. Suspensi saham SOLA ini dilakukan seiring terjadinya penurunan harga kumulatif yang signifikan pada saham SOLA.

“Dalam rangka cooling down sebagai bentuk perlindungan bagi investor, BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham SOLA pada perdagangan 27 Mei 2024,” demikian dikutip dari keterbukaan informasi BEI.

BEI menyatakan, penghentian sementara perdagangan Saham PT Xolare RCR Energy Tbk. (SOLA) tersebut dilakukan di Pasar Reguler dan Pasar Tunai, dengan tujuan untuk memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya di Saham PT Xolare RCR Energy Tbk (SOLA).

Selama sepekan terakhir, harga saham SOLA anjlok 66,14 persen,demikian berdasarkan data RTI. Harga saham SOLA turun 30,43 persen ke posisi Rp 64 per saham pada perdagangan Rabu, 22 Mei 2024.

Bursa pun mengimbau kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan Perseroan.

 


Emiten Indonesia BREN dan MSTI Masuk Indeks Bergengsi FTSE

Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, dua emiten Indonesia, PT Barito Renewables Energy Tbk dan PT Mastersystem Infotama Tbk (MSTI) masuk ke dalam FTSE Global Equity Index Quarterly periode Juni 2024. Pengumunan FTSE Russel tersebut menyebutkan hal tersebut akan efektif pada Senin 24 Juni 2024 yang akan datang.

Emiten Grup Barito Pacific, BREN ini masuk ke dalam Large Cap sementara MSTI masuk ke dalam indeks Small Cap.

“Kami menyambut baik masuknya BREN dalam FTSE Global Equity Index ini. Ini tentunya merupakan bentuk dari kepercayaan market terhadap strategi bisnis secara jangka panjang di mana kami siap mendukung transisi energi menuju net zero," kata Corporate Secretary BREN Merly dikutip Minggu (26/5/2024).

FTSE Global Equity Index merupakan indeks bergengsi yang digunakan oleh para investor dalam mengambil keputusan investasi. Indeks ini mencakup total 19000 perusahaan publik dengan market cap besar, menengah, kecil dan mikro di 49 negara termasuk emerging market. FTSE Russel juga memberikan insights kepada para investor dalam mengatur konsentrasi dan diversifikasi portfolio investasi mereka.

BREN saat ini berada pada posisi market cap nomor satu di Indonesia. Salah satu katalis yang menyebabkan hal ini adalah masih jarangnya emiten publik di sektor energi baru terbarukan dengan portfolio terdiversifikasi di Indonesia.

Baru-baru ini, BREN telah menyelesaikan akuisisi pembangkit listrik tenaga angin Sidrap berkapasitas 75 MW yang menambah portfolio panas bumi BREN di Star Energy Geothermal dengan total kapasitas terpasang 886 MW.

"Penambahan BREN ke dalam indeks ini juga kami lihat merupakan apresiasi dari market terhadap langkah-langkah ekspansif yang telah dilakukan BREN seperti misalnya penambahan pembangkit tenaga angin kami yang menambah diversifikasi dari portfolio panas bumi kami,” ujar dia.

FTSE Russel memberikan catatan bahwa review ini sewaktu-waktu masih bisa berubah, dengan keputusan final pada 10 Juni 2024.

 


Barito Renewables Siap Akuisisi Sidrap Wind dan OMI

Suasana kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11). Dari 538 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, 181 saham menguat, 39 saham melemah, 63 saham stagnan, dan sisanya belum diperdagangkan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Barito Wind Energy, anak perusahaan Barito Renewables Energy  (BREN) mencapai kesepakatan secara prinsip (in-principle) dengan UPC Renewables Asia Pasific Holdings Pte Ltd dan ACEN Renewables International Pte Ltd pada 8 Desember 2023 sehingga membuka jalan akuisisi 100 persen saham PT UPC Sidrap Bayu Energy (Sidrap).

Sidrap adalah pembangkit listrik tenaga angin pertama di Indonesia yang terletak di Sulawesi Selatan. Pembangkit listrik ini salah satu yang terbesar di Indonesia dengan kapasitas 75 MW. Demikian mengutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu (10/12/2023).

Sebagai bagian dari langkah strategis ini, akuisisi juga akan mencakup PT Operation and Maintenance Indonesia (OMI), yang memainkan peran penting dalam mendukung kegiatan operasional Sidrap.

Semua pihak mengharapkan untuk segera melakukan transaksi dengan penyelesaian yang diharapkan pada kuartal I 2024, dengan persyaratan dan persetujuan dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) Indonesia. Langkah signifikan ini menegaskan komitmen Barito Renewables untuk mendorong solusi energi berkelanjutan dan berkontribusi pada lanskap energi terbarukan Indonesia.

"Kami sangat senang mengumumkan kesepakatan in-principle akuisisi strategis ini. Hal ini menandai awal dari jejak langkah kami di bidang energi terbarukan selain panas bumi yang telah menjadi bagian integral dari portofolio kami selama puluhan tahun,” ujar CEO Barito Renewables, Hendra Tan.

Hendra menuturkan, Barito Renewables Energy bertekad mendukung perjalanan Indonesia menuju pencapaian net-zero dan menyediakan energi bersih baik di dalam Indonesia maupun di luar. Barito Renewables juga merupakan pemilik dari Star Energy Geothermal yang mengoperasikan unit-unit Wayang Windu, Salak, dan Darajat yang terletak di Jawa Barat dengan total kapasitas terpasang 886 MW.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya