Liputan6.com, Cilacap - Salah satu hal yang vital di dalam kehidupan kita ialah rezeki. Beragam cara manusia di dunia untuk mencari rezeki. Mencari rezeki untuk mencukupi kebutuhan dan untuk menambah ketaatan merupakan perintah Allah SWT.
Baca Juga
Advertisement
Bahkan sebagian dari mereka ada yang sampai rela meninggalkan tanah kelahirannya dan rela berpisah dengan orang-orang dekat yang dicintainya hanya untuk mencari rezeki.
Padahal, jikalau kita menginginkan rezeki melimpah bak rezeki yang dimiliki oleh seorang raja, sesungguhnya sumber rezekinya tidak jauh, namun sangat dekat.
Hanya saja kita mengabaikan sumber rezeki ini. Jikalau kita baik dalam memperlakukan sumber rezeki ini, Allah juga akan memberikan rezeki yang banyak dan melimpah.
Simak Video Pilihan Ini:
Salah Satu Penyebab Kesulitan Rezeki
Menukil Republika, dalam Al-Quran surah Hud ayat 6, Allah telah menjelaskannya, bahwa seluruh makhluk itu mendapatkan rezeki dari Allah.
۞ وَمَا مِن دَآبَّةٍۢ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّۭ فِى كِتَـٰبٍۢ مُّبِينٍۢ
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). (QS. Hud [11]: 6).
Pertanyaannya, mengapa ada makhluk khususnya manusia yang kesulitan mendapatkan rezeki? Apakah mereka makhluk yang terlupakan? Atau ada alasan lainnya?
Salah satu kendala mengapa seseorang kesulitan mendapatkan rezeki adalah cara hormat dan taat kepada kedua orang tua. Bagaimana bisa? Ya, karena ada di antara manusia yang tidak memperlakukan kedua orang tuanya dengan sebagaimana mestinya, sebaliknya mereka memperlakukan kedua orang tuanya laksana pembantu.
Contohnya, ketika di rumah saja, semua pekerjaan yang bisa dibantu anak-anaknya, justru mereka enggan membantu pekerjaan orang tuanya. Pakaian kotor, mereka minta kedua orang tuanya mencucikannya, menyetrikakannya, merapikannya, menjemurnya, dan lain sebagainya. Si anak malah menganggap dirinya seperti raja, dan orang tuanya seperti pembantu.
Advertisement
Jangan Lakukan Hal Ini
Begitu juga ketika anak-anak telah berumah tangga. Saat mereka mempunyai anak, anak mereka sendiri, dititipkan pada kedua orang tuanya, atau kepada mertuanya. Sementara dirinya sibuk bekerja, melepaskan kewajiban tanggung jawabnya sebagai orang tua pada anaknya.
Tidakkah kita menyadari, betapa lelahnya kedua orang tua kita. Sejak belum lahir, mereka telah merawat kita. Ketika lahir, mereka menyusui, memandikan, memakaikan baju, memakaikan sepatu, dan menyiapkan makanan untuk kita hingga dewasa, menjelang menikah. Kenapa setelah menikah lalu kita punya anak, dan anak-anak kita titipkan lagi pada kakek dan neneknya, yakni ayah dan ibu kita?
Pantaslah kalau akhirnya, rezeki kita tidak barokah. Rezeki itu bukan masalah banyak atau sedikit jumlahnya, yang terpenting itu adalah keberkahannya. Banyak tentu lebih baik bila disyukuri. Sedikit juga tidak bermanfaat bila tidak disyukuri. Dapat sedikit bersyukur, dan bila banyak juga bersyukur, lalu bagikanlah kepada kedua orang tua.
Perlakukan Orang Tuamu Seperti Raja
Sehebat apapun jabatan dan kedudukan kita, setinggi apapun pangkat kita, seberapa besar kekayaan kita, tapi bila orang tua kita sakit hati, maka semuanya akan membuat sia-sia.
Karena itu, wahai sahabat Rumah Berkah, untuk keberkahan rezeki yang kita dapatkan dari Allah, muliakan kedua orang tua kita, jadikan mereka seperti Raja, perlakukan mereka istimewa. Karena seberapa pun kita membalas kebaikan orang tua, entah dengan cara menaikhajikan mereka ke Baitullah, memberikan kemewahan sekalipun, semuanya tak akan mampu membalas kebaikan yang diberikan ayah dan ibu kita.
Mulai sekarang, bagi kita yang masih memiliki ayah dan ibu, atau salah satu di antaranya masih ada, maka pintu keberkahan itu masih terbuka. Mari kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk berbakti kepada mereka. Dan jika mereka telah wafat, doakanlah mereka, berikan doa terbaik untuk mereka agar kita termasuk dalam kelompok orang-orang atau anak yang saleh.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement