Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video tentang nasib orang utan yang mengenaskan viral di media sosial Video itu memperlihatkan seorang pria warga negara asing (WNA) diduga melecehkan orang utan betina yang membuat banyak warganet meradang.
Video itu dibagikan pertama kali oleh akun TikTok @kofi.living.stone, namun akun tersebut sudah menghapus semua konten videonya. Sebelum dihapus, video itu sudah dibagikan ulang oleh akun Instagram pemerhati hewan, @nathasatwanusantara. Dalam keterangan unggahannya pada Senin, 27 Mei 2024, dijelaskan bahwa pria tersebut diduga melecehkan orang utan betina.
Advertisement
"Perbuatan keji seorang warga negara asing yang terekam dalam video melalui media sosial TikTok dengan nama pengguna @kofi.living.stone, terlihat seorang pria diduga sedang melakukan pelecehan terhadap satu individu orang utan betina," tulis akun tersebut.
Dalam video terlihat pria tersebut mencoba menidurkan orang utan di atas kasur, lalu merenggangkan kedua kakinya. Dia pun beberapa kali menciumi hewan liar itu. Belum diketahui pasti lokasi video diambil.
Warganet mengklaim mengetahui siapa sosok pria di video tersebut diduga, yaitu Mohamad Gowani, dengan nama akun Instagram @mo.gwani. Di akun tersebut dituliskan Govani adalah seorang musisi yang sepertinya berasal dari sebuah negara di Timur Tengah.
Semua status maupun keterangan unggahannya ditulis dalam huruf Arab. Dalam sebuah unggahan lamanya pada 7 Januari 2020, terlihat ada seoramg warganet yang berkomentar tentang perilaku tidak pantas Govani pada orang utan. “shame on you for what you’ve done to orangutan!!!!! (memalukan apa yang telah kau perbuat pada orangutan),” tulis komentar yang dibagikan pada Senin, 27 Mei 2024.
Sementara di keterangan unggahan video, akun @nathasatwanusantara mengedukasi pengikutnya bahwa orang utan sebagai salah satu satwa endemik Indonesia, mengalami penurunan populasi akibat salah satunya adalah perdagangan ilegal satwa liar.
Warganet Berharap Orang Utan Bisa Dibebaskan
Akun itu pun menuliskan permohonan kepada pribadi dengan harta berlimpah agar memanfaatkan uangnya untuk hal yang lebih baik, ketimbang membeli hewan secara ilegal dan merenggut kebebasan mereka di alam.
"Bagi orang-orang yang memiliki uang banyak dan mencintai hewan, lebih baik menggunakan uang untuk membantu konservasi dibanding harus membelinya secara ilegal dan merenggut kebebasan dan peran mereka di alam," tulis unggahan itu.
Akun itu juga meminta kepada pemerintah terkait untuk menginvestigasi hal-hal semacam ini, serta memberi hukuman setimpal bagi para pelaku yang terlibat. "Mohon perhatiannya kepada Polri, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Presiden dan Wakil Presiden Terpilih yaitu Prabowo dan Gibran Rakabuming Raka untuk menginvestigasi, merebut kembali orangutannya dan memberi hukuman bagi para pelaku yang terlibat," tuturnya.
Setelah unggahan ini dibagikan, banyak warganet merasa geram dengan aksi pria WNA tersebut. Mereka pun berharap agar hewan itu bisa bebas dan kembali ke habitatnya.
"Saya gak berani nonton sampai akhir. Tapi saya gak habis pikir engan manusia-manusia yang menyiksa hewan dan manusia lainnya," komentar seorang warganet.
"Hewannya pakai baju," tulis warganet yang lain.
"Please kasih tahu, aku bisa bantu apa? Sakit hati banget lihatnya," sahut yang lain.
"Kasihan orangutannya. Jangan sampai dipelihara hanya untuk dijadikan objek pelampiasan s**sualnya saja. Semoga segera dapat diselamatkan orangutannya dan pelaku dihukum," timpal warganet lainnya.
Advertisement
Diplomasi Orang Utan
Belum lama ini, Malaysia berencana untuk menghadiahkan orang utan ke negara-negara yang membeli minyak sawitnya. Pada pertemuan puncak keanekaragaman hayati di luar ibukota Kuala Lumpur pada Rabu, 8 Mei 2024, Menteri Perkebunan dan Komoditas Malaysia Johari Abdul Ghani mengumumkan rencana 'diplomasi orang utan'.
Wacana tersebut terinspirasi dari diplomasi panda ala Tiongkok dengan pemerintah China menggunakan soft power dengan meminjamkan hewan nasional kesayangannya ke kebun binatang di luar negeri. Dalam hal ini, pemerintah Malaysia berharap dapat menghadiahkan orang utan kepada beberapa mitra dagang minyak sawit terbesarnya, kata Ghani.
Para mitra tersebut, menurut dia, semakin khawatir atas dampak komoditas pertanian terhadap iklim. "Ini adalah strategi diplomatik yang akan menguntungkan mitra dagang dan hubungan luar negeri, terutama di negara-negara pengimpor utama seperti UE, India, dan Tiongkok," dia beralasan.
Ghani tidak merinci lebih lanjut seperti jangka waktu atau bagaimana hewan tersebut akan diperoleh. Meski begitu, ia menyambut baik perusahaan kelapa sawit raksasa untuk "berkolaborasi" dengan kelompok lingkungan setempat dalam merawat kera raksasa yang terancam punah.
"Ini akan menjadi wujud bagaimana Malaysia melestarikan spesies satwa liar dan menjaga kelestarian hutan kita, khususnya di industri perkebunan kelapa sawit," ia beralasan.
Merusak Hutan Hujan TempatTtinggal Orang Utan
Namun, gagasan ini ditentang keras para pegiat konservasi, yang menyatakan bahwa kelapa sawit telah menjadi salah satu faktor terbesar di balik berkurangnya jumlah kera besar. Mengutip CNN pada Selasa, 14 Mei 2024, salah satu profesor konservasi terkemuka menyebut rencana tersebut "tidak senonoh".
"Merusak hutan hujan tempat tinggal orang utan, lalu mengambilnya dan memberikannya sebagai hadiah untuk menjilat negara lain adalah hal yang tidak senonoh, menjijikkan, dan sangat munafik," kata Ketua ekologi konservasi di Duke University, Stuart Pimm, kepada CNN. "Ini benar-benar bertentangan dengan cara kita seharusnya melindungi mereka dan planet kita."
Pimm juga mencatat bahwa serangan terhadap hewan menggemaskan biasanya diikuti dengan upaya konservasi jangka panjang yang lebih luas. "Ada perbedaan besar antara apa yang diusulkan Malaysia dan apa yang telah dilakukan Tiongkok terhadap panda raksasa," katanya.
"Tiongkok mempunyai fasilitas mutakhir untuk panda dan yang lebih penting, telah membangun kawasan lindung yang melindungi populasi panda liar. Apa yang diusulkan pemerintah Malaysia tidak ada bandingannya.|
CNN telah menghubungi Ghani dan Kementerian Perkebunan dan Komoditas Malaysia untuk memberikan komentar lebih lanjut mengenai usulan program orang utan dan bagaimana program tersebut akan memastikan bahwa program tersebut akan mendukung konservasi dan keberlanjutan. Namun, belum ada tanggapan.
Advertisement