Satgas Pangan Polri Ungkap Penyebab Stok Beras Menurun di Sulsel

Tim Satgas Pangan Polri mengungkap faktor stok beras dan gabah mengalami penurunan pada 2024 dibanding tahun 2023 di wilayah Sulawesi Selatan, yakni efek El-Nino dan dilanda banjir khususnya wilayah Kabupaten Sidrap.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 30 Mei 2024, 08:47 WIB
Tim Satgas Pangan Polri melakukan monitoring ketersediaan stok dan penggilingan beras di wilayah Sulawesi Selatan bersama Kementerian Pertanian RI (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Tim Satgas Pangan Polri mengungkap faktor stok beras dan gabah mengalami penurunan pada 2024 dibanding tahun 2023 di wilayah Sulawesi Selatan, yakni efek El-Nino dan dilanda banjir khususnya wilayah Kabupaten Sidrap.

Hal ini diketahui ketika Tim Satgas Pangan Polri melakukan monitoring ketersediaan stok dan penggilingan beras di wilayah Sulawesi Selatan bersama Kementerian Pertanian RI.

“Stok beras dan gabah di penggilingan tersedia, namun tidak sebanyak tahun 2023. Hal ini disebabkan efek dari El-Nino dan situasi saat ini di Sidrap masih banjir,” kata Penyidik Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim, Kombes Hermawan melalui keterangannya pada Kamis, 30 Mei 2024.

Selain itu, Hermawan mengatakan kualitas gabah yang dihasilkan petani juga sangat rendah karena curah hujan yang cukup tinggi. Sehingga, kata dia, harga jual di petani saat panen raya pada Maret dan April 2024 itu masih dibawah HPP Rp6.000, yaitu petani jual Rp5.000 sampai Rp5.700.

“Saat ini bulan Mei selesai panen raya harga kembali naik di atas HPP, dengan harga di petani Rp6.100 sampai Rp6.500,” jelas Anggota Satgas Pangan Polri ini.

 


Jaga Keseimbangan Harga

Menurut dia, pengawasan dilakukan untuk menjaga keseimbangan harga beras dari hulu sampai hilir sesuai perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Makanya, lanjut dia, Satgas Pangan Polri mengecek ke penggilingan, pelaporan penyerapan gabah/beras dan ketersediaan stok beras melalui aplikasi yang ada di wilayah Kabupaten Sidrap.

“Kita harus menjaga stabilitas gabah dan beras baik di tingkat petani, penggilingan hingga di tingkat masyarakat,” ujarnya.

Adapun, Hermawan mengatakan hasil monitoring dari aplikasi Sidrap itu ditemukan di CV. Surya Inti Pangan itu bukan mitra Bulog memproduksi beras merek lahap dan jeruk. Menurut dia, produksi beras premium 60 persen dan beras medium 40 persen. Lalu, menjual hasil produksi ke Makassar Papua, Kalimantan dan Sulawesi Utara.

“Stok yang tersedia di gudang 800 ton pecah kulit dan 30 ton beras premium siap jual. Lalu, jual beras premium di penggilingan harga Rp13.200 dan beras medium Rp12.100. Alat yang dimiliki saat ini berupa alat pengering 150 ton/proses 17 Jam, dan alat proses menjadi beras dengan daya tampung 80 ton proses 16 jam,” ungkapnya.

Infografis bulu tangkis. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya