Liputan6.com, Semarang - Hari Jamu Nasional yang diperingati tiap tanggal 27 Mei dirayakan PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul) pada Kamis, (30/5/2024). Digelar dengan tajuk “Ayo Minum Jamu”, Sido Muncul mengundang 100 pedagang jamu gendong ke Pabrik Sido Muncul.
Para pedagang jamu ini diajak melihat proses produksi jamu yang memanfaatkan teknologi modern. Kunjungan ini juga sebagai edukasi pembuatan jamu yang baik sesuai ketentuan BPOM.
Advertisement
Direktur PT Sido Muncul, Irwan Hidayat menyebut bahwa pengakuan UNESCO menjadi tanggung jawab kita menjaganya.
“Pemetapan Hari Jamu Nasional oleh pak SBY, Presiden saat itu menandakan bahwa budaya minum jamu menjadi gaya hidup sehat," kata Irwan.
Irwan kemudian berbagi inspirasi bahwa anak dari penjual jamu gendong atau penjual jamu secara umum tetap harus bersekolah setinggi mungkin. Namun Irwan mengingatkan agar tradisi penjual jamu gendong tetap dijaga hidupnya.
"Anaknya S2, S3 jika mau jualan jamu, biarkan saja. Saya akin akan lebih laris. Jangan lupa ajari mereka cara membuat jamu. Tentu dengan standar pembuatan yang direkomendasikan BPOM," kata Irwan.
Sebagai penutup, Irwan berharap produknya dapat mengajak generasi muda untuk ikut melestarikan tradisi minum jamu dan mengangkat kembali eksistensi jamu di Indonesia yang mulai pudar.
“Kami berkomitmen untuk terus mengembangkan jamu yang dikemas dalam bentuk modern agar lebih praktis untuk dikonsumsi, sehingga dapat menarik minat generasi muda untuk ikut melestarikan tradisi minum jamu, serta menjadi alternatif bagi masyarakat yang kurang menyukai aroma jamu yang terkesan pahit,” kata Irwan.
Sido Muncul saat ini memiliki varian produk yang dikemas secara modern dalam bentuk Soft Capsule yang sebelumnya diproduksi dalam bentuk serbuk dan cair, seperti produk Tolak Angin yang awalnya dalam bentuk serbuk, kemudian dikemas dalam bentuk sachet (cair) kemudian dikembangkan kembali dalam bentuk Soft Capsule. Ada juga varian jamu siap minum (Ready to Drink) yang dikemas dalam botol seperti Jamu Lifestyle.
Sebagai catatan, tradisi minum jamu di Nusantara diyakini telah ada sejak abad ke-8, dibuktikan dengan relief di Candi Borobudur dan beberapa manuskrip kuno seperti Kakawin Ramayana dan Serat Chentini.