USD Perkasa, Rupiah Ditutup Makin Merana pada Kamis 30 Mei 2024

Sebagian besar pedagang tetap bias terhadap USD akibat serangkaian sinyal hawkish dari The Fed. Dampaknya, rupiah mengalami tekanan yang cukup dalam.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 30 Mei 2024, 16:15 WIB
Nilai tukar rupiah kembali masuk zona merah pada perdagangan hari ini dengan ditutup melemah 105 poin dan sebelumnya sempat melemah 110 poin. Pada Kamis (30/5/2024), rupiah ditutup di level 16.265 per dolar AS, melemah jika dibanding penutupan sebelumnya di level 16.160 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Indeks dolar Amerika Serikat (USD) kembali menguat menjelang di penutupan perdagangan Kamis, 30 Mei 2024. Penguatan dolar AS ini lebih disebabkan karena sinyal hawkish Bank Sentral AS atau The federal Reserve (The Fed). 

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menjelaskan, sebagian besar pedagang tetap bias terhadap greenback atau USD akibat serangkaian sinyal hawkish dari The Fed. Sejumlah pejabat Bank Sentral AS memperingatkan bahwa mereka memerlukan lebih banyak keyakinan bahwa inflasi sedang mereda.

"Beberapa pejabat The Fed juga menandai kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut, jika inflasi tetap stabil," kata Ibrahim Assuaibi dalam keterangan resmi di Jakarta, dikutip Kamis (30/5/2024).

Revisi data produk domestik bruto (PDB) AS di kuartal I 2024 akan dirilis pada Kamis waktu setempat. Data kali ini diperkirakan akan menunjukkan ketahanan ekonomi AS yang berkelanjutan.

Yang menjadi perhatian, kekuatan ekonomi AS akan memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.

Tak hanya revisi data PDB, fokus utama pekan ini juga berada pada data indeks harga PCE, yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed.

"Data tersebut diperkirakan akan menunjukkan inflasi yang tetap stabil hingga bulan April yang akan dirilis pada hari Jumat. Beberapa pejabat Fed juga akan menyampaikan pidatonya dalam beberapa hari mendatang," ungkap Ibrahim.

Selain itu, ketegangan di Timur Tengah juga terus meningkat setelah Israel menguasai zona penyangga di sepanjang perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir. Israel juga terus melakukan serangan mematikan di Rafah, meskipun Mahkamah Internasional sudah mengeluarkan perintah untuk mengakhirinya. 

Rupiah Melemah

Nilai tukar rupiah kembali masuk zona merah pada perdagangan hari ini dengan ditutup melemah 105 poin dan sebelumnya sempat melemah 110 poin. Pada Kamis (30/5/2024), rupiah ditutup di level 16.265 per dolar AS, melemah jika dibanding penutupan sebelumnya di level 16.160 per dolar AS.

"Sedangkan perdagangan besok mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang 16.250 per dolar AS - 16.330 per dolar AS," beber Ibrahim.


Pasar Respon Negatif Kenaikan Utang RI jadi Rp. 8.338,43 Triliun

Teller menukarkan mata uang dolar ke rupiah di Jakarta, Jumat (2/2). Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang berada di level Rp13.700 hingga Rp13.800.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di dalam negeri, pasar merespon negatif terhadap posisi utang pemerintah di bulan April 2024 yang telah mencapai Rp. 8.338,43 triliun atau setara dengan 38,64% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Posisi utang tersebut menandai peningkatan dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp. 8.262,10 triliun atau setara dengan 38,79% dari PDB.

Dalam Buku APBN Kita Edisi Mei 2024, dijelaskan bahwa sebagian besar utang pemerintah berasal dari dalam negeri dengan proporsi 71,18%, sejalan dengan kebijakan umum pembiayaan utang yang mengoptimalkan sumber pembiayaan dalam negeri dan memanfaatkan utang luar negeri sebagai pelengkap.

Adapun dalam instrumennya, komposisi utang pemerintah sebagian besar berupa Surat Berharga Negara (SBN) yang mencapai 87,94%. Jika dirincikan, per akhir April 2024, lembaga keuangan memegang sekitar 43,3% kepemilikan SBN domestik, terdiri dari perbankan 24,5% dan perusahaan asuransi dan dana pensiun sebesar 18,8%. 

 


SBN Domestik

"Lebih lanjut, kepemilikan SBN domestik oleh Bank Indonesia sekitar 21,3% yang antara lain digunakan sebagai instrumen pengelolaan moneter. Sementara itu, asing tercatat hanya memiliki SBN domestik sekitar 13,8% termasuk kepemilikan oleh pemerintah dan bank sentral asing," Ibrahim menyoroti.

Oleh karena itu, pemerintah menyatakan tetap konsisten mengelola utang secara cermat dan terukur dengan menjaga risiko suku bunga, mata uang, likuiditas, dan jatuh tempo yang optimal. Sedangkan rasio utang pemerintah hingga April 2024 yang mencapaai 38,64% masih terjaga di bawah batas aman 60 persen PDB sesuai UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara.

Infografis Nilai Tukar Rupiah (Liputan6.com/Trie Yas)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya