Kisah Roti Bekatul Antar Ismi Menang Kompetisi di Paris

Berkat kegigihannya, pada April 2024 lalu, Ismi terbang ke Prancis untuk menerima penghargaan Saf Instant Birthday Bread Challenge dan karyanya terpilih menjadi yang terbaik

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Mei 2024, 07:24 WIB
Berkat kegigihannya, pada April 2024 lalu, Ismi terbang ke Prancis untuk menerima penghargaan Saf Instant Birthday Bread Challenge dan karyanya terpilih menjadi yang terbaik

Liputan6.com, Jakarta -l Pantang menyerah. Semangat ini terasa saat Ismiyati (48), pemilik Super Roti, menceritakan perjalanannya membangun usaha produksi roti pada 2011 dan tak berhenti mengembangkannya hingga saat ini. Pada 2015, Super Roti melakukan terobosan dengan memproduksi roti berbahan dasar bekatul.

Berkat kegigihannya, pada April 2024 lalu, Ismi terbang ke Prancis untuk menerima penghargaan Saf Instant Birthday Bread Challenge dan karyanya terpilih menjadi yang terbaik. Mitra binaan Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) ini mengalahkan sekitar 3.500 peserta dari 150 negara. Luar biasa!

Banyak cerita di balik perjuangan Ismi membangun Super Roti. Semuanya berawal dari kepepet. Pada 2011, suaminya terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Kala itu, Ismi masih bekerja sebagai manajer di sebuah dealer sepeda motor di Semarang, Jawa Tengah.

“Suami saya enggak ada kerjaan. Akhirnya, karena saya masih bekerja, saya hire orang untuk membantu membuka usaha produksi roti. Itu hobi saya, tetapi saya masih harus bekerja. Kami cari baker, asisten baker, barulah mulai produksi. Suami saya dan temannya jadi sales,” kisah Ismi, menceritakan awal mula Super Roti.

Saat itu, Super Roti memproduksi aneka roti berbahan dasar tepung terigu dan dipasarkan melalui toko-toko di kawasan Semarang. Satu tahun setelah Super Roti berdiri, Ismi memutuskan resign dari pekerjaannya karena ingin serius membangun usaha.

Tantangan datang. Tiga bulan setelah memegang sendiri roda usaha Super Roti, semua karyawannya berhenti.

“Anak buah saya keluar semua. Saya yang baru mau menekuni serius, ditinggal, tapi tetap saya kerjakan, sambil cari karyawan,” ujar Ismi.

Semangat Ismi tak luntur, hingga akhirnya pada Desember 2013 Super Roti memiliki tempat produksi sendiri. Di tempat ini, Ismi mempekerjakan warga sekitar untuk turut menjadi bagian dari Super Roti. Baginya, ini sebuah berkah.

 

 


Inovasi

Dua tahun berikutnya, Super Roti berinovasi dengan meluncurkan produk roti berbahan dasar bekatul. Ya, bekatul yang selama ini dianggap sebagai benda yang tak memiliki nilai ekonomi, “disulap” Ismi menjadi roti.

Menurut Ismi, produk roti bekatul merupakan bagian dari strategi pengembangan usaha Super Roti. Ia ingin menghadirkan roti yang unik dan tak banyak ditemukan di pasaran.

Awalnya, banyak yang mencemooh karena anggapan bahwa bekatul adalah pakan ternak dan sisa pembersihan padi. Hanya segelintir yang tahu bahwa bekatul juga bisa diolah menjadi makanan yang enak.

“Butuh edukasi bahwa ini bukan pakan ternak, tetapi ini adalah kulit ari beras bagian dalam. Bagian yang serbuk halus, gluten free, tinggi serat, tinggi vitamin,” ujar dia.

Meski banyak yang meragukan, Ismi terus bereksperimen memproduksi roti bekatul. Dari sisi kesehatan, roti bekatul baik dikonsumsi oleh penderita diabetes dan kolesterol tinggi.

“Pengamatan saya, penyakit degeneratif, termasuk diabetes. Nah, mereka mau cari makanan untuk penderita diabet agak sulit dan mahal, rasanya belum tentu enak. Konsep saya, cemilan untuk penderita diabetes itu juga bisa enak,” kata Ismi.

Kini, produk roti bekatul Super Roti tak hanya ramah bagi penderita diabetes dan kolesterol tinggi, tetapi juga bagi mereka yang diet gluten. Super Roti juga memproduksi roti yang gluten free, dengan berbahan dasar tepung mocaf. 

Produk-produk roti bekatul Super Roti bisa ditemukan di sejumlah rumah sakit di Semarang, berbagai toko, dan marketplace. Aneka produknya juga sudah dipasarkan ke sejumlah daerah seperti Jakarta, Bali, bahkan hingga Singapura. 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya