Liputan6.com, Jakarta Kreator konten dunia perdagingan Dimas Ramadhan atau Dimsthemeatguy semakin fokus menekuni usaha kulinner. Dia baru saja membuka restoran steak keduanya, Meatguy II Steakhouse SCBD, di kawasan SCBD, Jakarta Selatan. Restoran pertamanya dibuka di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, awal tahun ini.
Pengalamannya mencicipi daging dari restoran ke restoran di berbagai negara membuatnya berani menghadirkan destinasi kuliner yang menjadi tempat di mana semua orang mencicipi daging sapi dengan kualitas terbaik. Menurut Dimas, daging sapi yang disajikan di restorannya berasal dari Australia dan Jepang dengan kualitas terbaik.
Advertisement
Restoran steak itu didirikan Dimas dengan tujuan agar masyarakat bisa mencicipi langsung seperti apa olahan daging sapi berkualitas sempurna. Salah satu menu unggulan di restorannya adalah daging wagyu A5. Nilai A5 merupakan nilai tertinggi dari daging sapi wagyu karena rasanya dan lemaknya yang berpola marble.
Kata Dimas, tidak semua restoran bisa mendapatkan daging-daging seperti itu. "Saya bisa dapat karena sering bikin konten di TikTok, aku jadi dikenal peternak dan penjual daging. Jadi, aku boleh membelinya," ungkapnya saat media gathering di Meatguy Steakhouse II SCBD, Kamis, 30 Mei 2024.
"Penjual dan peternak biasanya tidak melepas daging istimewanya sembarangan. Mereka hanya akan menjualnya pada orang yang dipercaya bisa mengolahnya dan menghargainya dengan benar," lanjutnya.
Untuk menikmati daging-dagung istimewa itu, pengunjung harus reservasi terlebih dulu, karena jumlahnya terbatas, tidak setiap waktu tersedia. Sebagai influencer sekaligus pemilik restoran, Dimas mengakui kerap mendapat pertanyaan dari para warganet maupun pelanggannya yaitu kenapa tidak memilih daging lokal dan lebih memilih daging impor.
Kualitas Daging Sapi Lokal
"Banyak yang tanya, ini restoran lokal, dikelola orang lokal, chef-nya dan karyawannya juga lokal tapi kenapa menyajikan daging impor? Untuk saat ini, saya hanya bisa bilang daging sapi lokal belum cocok untuk diolah menjadi steak dengan kualitas terbaik dengan cara masak yang tidak konvensional," terangnya.
"Ada beberapa faktor penyebabnya, salah satunya gen sapi kita memang beda dengan di Australia atau Amerika misalnya, memang kurang cocok buat dibikin steak, tapi lebih bagus untuk dibikin rendang misalnya. Faktor makanan dan lingkungannya juga berpengaruh,” sambungnya.
Bukan berarti daging sapi Indonesia tidak bisa menghasilkan steak kualitas terbaik. Menurut Dimas, ada berbagai usaha yang bisa dilakukan, seperti memberi jenis makanan tertentu dan lingkungan yang nyaman.
Meski begitu, Dimas sudah berencana untuk menggunakan daging sapi lokal iuntuk menu terbaru di restorannya. "Rencananya nanti mau pakai daging lokal, tapi belum bisa saya spill sekarang, kita tunggu saja seperti apa," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Tim Lifestyle Liputan6.com berkesempatan menyantap Australian Wagyu Fullblood yang dimasak dengan tingkat kematangan medium rare. Biasanya kita menghindari tingkat kematangan medium rare karena mengeluarkan aroma yang tidak nyaman, seperti bau rumput pada steak dan kurang empuk.
Advertisement
Steak Medium Rare
Padahal, kematangan medium rare menjadi yang disarankan untuk menikmati steak dengan pengalaman yang lebih penuh. Karena itu, Meatguy Steakhouse ingin mengedukasi masyarakat bahwa tidak semua olahan steak dengan kematangan medium rare memberikan pengalaman yang kurang mengenakkan.
Selama daging yang digunakan cukup berkualitas, cita rasa yang dihasilkan dari steak medium rare tetap enak dinikmati. Benar saja, rasanya memang enak, juicy dan sangat empuk sehingga mudah untuk dipotong-potong. Bahkan tanpa saus khusus, rasanya tetap berkesan dan seperti masih terasa di lidah selama beberapa waktu.
Dipadukan dengan Mashed Potato yang dimasak dengan teknik tertentu dan dicampiur butter membuat teksturnya sangat lembut dan creamy. Dalam kesempatan itu, Dimas juga sempat memperlihatkan kulkas dry ager yang biasa ditemui di restoran grill. Namun, tampilan daging yang sedang dry aging di dalam kulkas tersebut menjadi sebuah tampilan yang menarik.
Proses dry aging pada daging memakai bahan-bahan unik yang menjadi bagian dari eksperimen Dimas untuk menciptakan seni dry daging itu sendiri. Dari eksperimen tersebut, tak heran jika Dimas didapuk menjadi Brand Ambassador untuk Dry Ager.
Menjelajah Daging di Berbagai Negara
Perjalanannya yang mengelilingi dunia tidak hanya membawanya untuk mengungkap rahasia Dry-Aging dan seni menciptakan steak yang sempurna, tetapi juga menempatkannya sebagai salah satu tokoh utama dalam dunia kuliner.
Perjalanan ini dimulai pada 2020 ketika ia dengan tulus membagikan pengetahuannya dengan para meat enthusiast, panggilan untuk para penikmat kontennya lewat berbagai platform media sosial utamanya, TikTok yang kebanyakan adalah Gen Z. Dari sana, meat exploration Dimsthemeatguy pun merambah ke berbagai batas.
Dengan passion dan rasa ingin tahunya, Dimas yang merupakan lulusan S1 di Swiss German University dengan program studi Akuntansi ini menjelajahi pengalaman dengan datang langsung ke beragam steakhouse dan peternakan. Ia pergi ke Jepang, Australia, Korea, dan Amerika Serikat yang terbaik bahkan memiliki penghargaan untuk segmen tersebut.
Bahkan di awal tahun ini, Dimas bereksplorasi tentang daging di Amerika Serikat, dia meriset potongan daging dengan mencoba berbagai steakhouse. Hal ini sebagai bentuk bahwa Dimas terus melebarkan pemahamannya dalam industri makanan dan minuman.
Advertisement