Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan resmi meluncurkan Trade Expo Indonesia ke 39 Tahun 2024. Dia membidik transaksinya bisa tembus hingga USD 15 miliar.
Angka ini bisa dicapai dengan dukungan kunjungan dari 30.000 orang ke Trade Expo Indonesia (TEI) 2024. Di samping itu, ditargetkan juga lebih dari 1.000 eksibitor akan ikut terlibat.
Advertisement
"Kita baru selesai launching Trade Expo Indonesia ke-39, ini TEI terakhir di Kabinet Indonesia Maju. Nanti dilanjutkan oleh pemerintahan Pak Prabowo," ujar Zulkifli Hasan usai peluncuran, di Kantor Kemendag, Jakarta, Jumat (31/5/2024).
"TEI akan kita laksanakan 9-12 Oktober. Target di atas 1.000 exhibitors dan 30 ribu pengunjung dari seluruh dunia, dengan target transaksi 15 miliar dolar AS. Tahun lalu kita membukukan transaksi USD 30,5 miliar," sambungnya.
Dia menjelaskan, target itu lebih rendah jika melihat realisasi tahun lalu. Namun, angka itu masih lebih tinggi dari target transaksi TEI ke 38 tahun 2023 sebesar USD 11 miliar.
Mendag menegaskan kesuksesan pameran perdagangan ini bergantung pada kerja sama semua pihak. Dia turut mengundang para atase perdagangan negara-negara hingga pengusaha ikut meramaikan pameran ini.
"Kita harapkan momentum 2024, di awal Januari kemarin ekonomi kita bagus. Januari, Februari, Maret bagus dibanding Januari, Februari, Maret 2023. Jadi mumpung ini pertumbuhan ekonomi baik, kita manfaatkan sebaik-baiknya di TEI ke-39 ini," tuturnya.
Andalkan Sektor Manufaktur
Lebih lanjut, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu menbidik sektor manufaktur menjadi penyumbang terbesar transaksi. Beberapa negara tujuan ekspor tradisional dan pasar baru juga diincar Mendag Zulkifli.
"Sektornya industri manufaktur. 50 persen yang besar-besar memang," kata dia.
Namun, dia juga tak menutup kemungkinan adanya kontribusi dari transaksi yang dicatatkan UMKM. Apalagi, banyak UMKM yang diboyong untuk ikut serta di pameran tersebut.
"Tapi UMKM kan ikutan, dia sewa banyak tapi dikasih harga lebih murah. Tapi memang ini industri manufaktur yang besar-besar," urainya.
3 Negara Ini Sumbang Surplus Perdagangan untuk Indonesia pada April 2024
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada April 2024 mengalami surplus terbesar dengan tiga negara mitra.
Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini menuturkan, neraca perdagangan Indonesia alami surplus dengan India sebesar USD 1,461 miliar, Amerika Serikat senilai USD 1,09 miliar dan Filipina sebesar USD 699 juta.
"Surplus terbesar yang dialami dengan India ini didorong oleh komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan atau nabati, logam mulia dan perhiasan atau permata," ujar dia dalam konferensi pers, Rabu (15/5/2024).
Sementara itu, Indonesia juga mengalami defisit perdagangan terdalam dengan tiga negara mitra dagang. Antara lain Australia defisit USD 0,44 miliar, Brazil defisit USD 0,39 miliar, dan Thailand defisit USD 0,16 miliar.
"Defisit terdalam yang dialami dengan Australia ini didorong oleh komoditas bahan bakar mineral, biji logam terak dan abu, dan serealia," kata Pudji.
Selain itu, BPS melaporkan neraca perdagangan Indonesia kembali surplus sebesar USD 3,56 miliar pada April 2024. Dengan ini, neraca dagang Indonesia melanjutkan tren surplus selama 48 bulan secara berturut-turut atau empat tahun terakhir.
"Meskipun demikian surplus April 2024 ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu," ujar Pudji.
Advertisement
Surplus Perdagangan
Dia mengatakan, surplus perdagangan pada April 2024 ini diakibatkan nilai ekspor yang masih lebih tinggi daripada impor. Tercatat, nilai ekspor Indonesia mencapai USD 19,62 miliar, sedangkan kinerja impor sebesar USD 16,06 miliar.
Surplus neraca perdagangan April 2024 ini ditopang oleh komoditas non migas yaitu sebesar USD 5,17 miliar. Adapun, komoditas utama penyumbang surplus adalah bahan bakar mineral (HS27), lemak dan minyak hewan atau nabati (HS15), lalu besi dan baja (HS72).
"Surplus neraca perdagangan non migas April 2024 ini lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan lalu dan juga bulan yang sama pada tahun lalu," tutur Pudji
Sementara itu, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit sebesar USD 1,61 miliar. Untuk komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan minyak mentah.