Liputan6.com, Jakarta - Indeks dolar Amerika Serikat (USD) menguat memasuki akhir bulan ini yaitu pada Jumat, 31 Mei 2024. Penguatan dolar AS ini seiring rilis data Departemen Perdagangan AS.
Data tersebut menunjukkan perekonomian negara itu tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 1,3% pada kuartal I 2024, turun dari perkiraan awal sebesar 1,6% setelah revisi ke bawah pada belanja konsumen.
Advertisement
Penurunan pertumbuhan ekonomi AS di kuartal I terjadi menyusul lemahnya data penjualan ritel dan belanja peralatan, yang berkontribusi terhadap berkurangnya perkiraan penurunan suku bunga Federal Reserve.
"Lonjakan dua hari sebesar 15 basis poin di atas 4,6% untuk imbal hasil Treasury jangka panjang telah membantu mendorong dolar ke level tertinggi dua minggu pada hari Rabu dengan meningkatkan daya tarik utang AS," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam paparan tertulis, dikutip Jumat (31/5/2024).
Adapun sejumlah pejabat The Fed yang memperingatkan dalam beberapa pekan terakhir bahwa bank sentral belum percaya diri untuk mulai memangkas suku bunga, meningat tingginya inflasi.
Rilis indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi, yang menjadi ukuran inflasi pilihan The Fed, pada hari Jumat dapat memberikan indikasi lebih lanjut tentang bagaimana bank sentral Amerika dapat melanjutkan penurunan suku bunga pada akhir tahun ini.
"Ekspektasi terhadap penurunan suku bunga The Fed tahun ini telah berkurang di tengah tanda-tanda inflasi yang stagnan, yang terbaru adalah peningkatan mengejutkan dalam sentimen konsumen yang dirilis pada hari Selasa," ungkap Ibrahim.
Rupiah Menguat 31 Mei 2024
Rupiah ditutup menguat 12 poin dalam perdagangan Jumat sore (31/5/2024), walaupun sebelumnya sempat melemah 95 poin. Rupiah melemah ke level 16.252 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 16.265 per dolar AS.
"Sedangkan perdagangan senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang 16.210 per dolarAS - 16.300 per dolar AS." beber Ibrahim.
Ketegangan Geopolitik Dikhawatirkan Berdampak pada Ekonomi RI
Ibrahim menyoroti ondisi global yang bermasalah akibat tensi geopolitik di timur tengah dan eropa yang terus memanas membuat perekonomian global bermasalah. Hal itu tercermin dari turunnya Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal pertama 2024 yang rendah.
"Dan ini akan berdampak terhadap perekonomian Indonesia di Kuartal Kedua 2024," ujar Ibrahim.
"Guna untuk mengangkat konsumsi masyarakat kembali bangkit maka pemerintah harus kembali menggelontorkan stimulus berupa Bantuan Sosial (Bansos) dan Bantuan Langsung Tunai (BLT), sehingga danpak dari kenaikan harga-harga bisa diimbangi dengan bantuan tersebut walaupun hanya 10 Kg per keluarga," ia menyarankan.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memberi sinyal bantuan pangan atau bansos beras bakal diperpanjang hingga tahap 3 pada tahun ini. Hal itu diungkapkan Jokowi saat memantau pembagian bantuan beras di Gudang Bulog Taba Pingin, Lubuklinggau, Sumatra Selatan, Kamis (30/5) kemarin.
Adapun, bantuan beras tahun ini pada awalnya direncanakan hanya sebanyak 2 tahap selama Januari - Juni 2024. Artinya, apabila perpanjangan bantuan beras dilanjut hingga tahap 3, maka periode pembagian beras gratis sebanyak 10 kilogram per bulan itu akan berlangsung dari Juni hingga September 2024," Ibrahim menyoroti.
Advertisement
BI Masih Ada Ruang Kerek Suku Bunga Bulan Juni Mendatang
Terkait langkah kebijakan moneter Bank Indonesia, Ibrahim mengatakan, bank sentral harus lebih sigap lagi dalam melakukan intervensi di pasar Valas dan Obligasi di perdagangan DNDF.
"Andaikata intervensi dipasar kurang kuat. Maka BI harus kembali menaikan suku bunga acuan di bulan Juni 2024 sebesar 25 bps yang bertujuan untuk menstabilkan mata uang rupiah. BI masih ada ruang untuk mmenaikan suku bunga sebesar 50 bps di 6,75 persen. Apabila kondisi global terus memanas, harga minyak dunia melonjak tinggi dan rupiah terus melemah," jelasnya.