IHSG Anjlok 3,48% pada 27-31 Mei 2024, Ini Biang Keladinya

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok 3,48 persen ke posisi 6.970,73 pada 27-31 Mei 2024.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Jun 2024, 08:00 WIB
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan 27-31 Mei 2024. IHSG merosot seiring nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan 27-31 Mei 2024. IHSG merosot seiring nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (1/6/2024), IHSG tersungkur 3,48 persen menjadi 6.970,73 pada 27-31 Mei 2024 dari posisi 7.222,3. Kapitalisasi pasar merosot 4,35 persen menjadi Rp 11.825 triliun dari Rp 12.363 triliun dari penutupan pekan lalu. Rata-rata frekuensi transaksi harian susut 0,79 persen  menjadi 1,13 juta kali transaksi.

Sementara itu, rata-rata nilai transaksi harian melambung 49,01 persen menjadi Rp 18,12 triliun dari Rp 12,16 triliun pada penutupan pekan lalu. Rata-rata volume transaksi harian melonjak 34,47 persen menjadi 20,72 miliar saham dari 15,41 miliar saham dari penutupan pekan lalu. Investor asing melakukan aksi jual saham sebesar Rp 4,81 triliun pada pekan ini. Sepanjang 2024,investor asing jual saham Rp 6,25 triliun.

Selama sepekan, mayoritas sektor saham tertekan kecuali sektor saham energi naik 0,61 persen. Sektor saham bahan baku melemah 4,56 persen, sektor saham industri tergelincir 4,56 persen dan sektor saham konsumer non-siklikal susut 2,56 persen.

Selanjutnya sektor saham konsumer siklikal terpangkas 2,81 persen, sektor saham perawatan kesehatan merosot 4,12 persen, sektor saham keuangan tergelincir 1,28 persen.

Lalu sektor saham properti dan real estate melemah 2,76 persen, sektor saham teknologi terpangkas 1,67 persen, sektor saham infrastruktur terbenam 7,07 persen dan sektor saham transportasi dan logistik terpangkas 1,74 persen.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, selama sepekan IHSG dipengaruhi beberapa hal. Pertama, kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS) seiring imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun meningkat sehingga berdampak pada harapan investor akan penurunan suku bunga the Fed pada Juni 2024. "Kedua, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

 


Total Emisi Obligasi

Pengunjung mendokumentasikan layar monitor yang memperlihatkan pergerakan indeks di Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Selasa (16/4/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selama sepekan, terdapat pencatatan 1 (satu) obligasi di PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada Rabu, 29 Mei 2024,  obligasi Berkelanjutan VI Mandiri Tunas Finance Tahap III Tahun 2024 yang diterbitkan oleh PT Mandiri Tunas Finance mulai dicatatkan di BEI dengan nilai nominal sebesar Rp 788,70 miliar.

Hasil pemeringkatan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) atas Obligasi Berkelanjutan VI Mandiri Tunas Finance Tahap III Tahun 2024 adalah idAAA (Triple A) dengan Wali Amanat PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang 2024 adalah 41 emisi dari 29 emiten senilai Rp42,77 triliun. Dengan pencatatan ini, maka total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 556 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp464,50 triliun dan USD50,049 juta, yang diterbitkan oleh 130 emiten.

Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 186 seri dengan nilai nominal Rp5.983,72 triliun dan USD502,10 juta. Selain itu, di BEI telah tercatat sebanyak 10 emisi EBA dengan nilai Rp2,97 triliun.


Kinerja IHSG pada 20-22 Mei 2024

Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada perdagangan 20-22 Mei 2024. Pergerakan IHSG itu dipengaruhi sejumlah faktor, salah satunya nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Kamis (23/5/2024),  IHSG merosot 1,3 persen ke posisi 7.222,38 dari pekan lalu di posisi 7.317,23.

Kapitalisasi pasar saham juga merosot 0,45 persen menjadi Rp 12.363 triliun dari Rp 12.420 triliun pada pekan lalu. Rata-rata transaksi harian saham susut 9,82 persen menjadi Rp 12,16 triliun dari Rp 13,48 triliun pada penutupan pekan lalu.

Selain itu, rata-rata volume transaksi harian anjlok 17,72 persen menjadi 15,42 miliar saham dari 18,74 miliar saham pada pekan lalu.

Di sisi lain, rata-rata frekuensi transaksi harian selama sepekan naik 2,92 persen menjadi 1,14 juta kali transaksi dari 1,11 juta kali transaksi pada pekan lalu.

Investor asing menjual saham Rp 560,54 miliar pada Rabu, 22 Mei 2024. Selain itu, selama sepekan, investor asing melepas saham Rp 1,39 triliun. Sepanjang 2024, investor asing jual saham Rp 1,43 triliun.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, dalam sepekan ini pergerakan IHSG dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, pergerakan harga komoditas global, di mana pergerakan harga minyak dunia dan emas cenderung naik.

Kedua, investor masih mencermati akan kebijakan The Fed ke depannya setelah melandainya inflasi di Amerika Serikat.

"Ketiga, pergerakan nilai tukar Rupiah yang cenderung melemah thd USD serta BI rate yang masih berada di level 6,25%,” ujar Herditya saat dihubungi Liputan6.com.

Untuk pekan depan, Herditya perkirakan, IHSG masih rawan terkoreksi meskipun terbatas dan berpeluang berbalik menguat dengan level support di 7.136 dan level resistance di 7.269.

"Pekan depan diperkirakan ada rilis data GDP AS, rilis data industri dan manufaktur China dan inflasi Indonesia,” tutur dia.

 

 


Pencatatan Saham dan Obligasi

Pasca libur panjang IHSG dibayangi banyak sentimen, mulai dari peperangan hingga nilai tukar dollas AS yang saat ini menembus Rp16.000,-. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, BEI mencatat pekan ini pada periode 20-22 Mei 2024, terdapat pencatatan 3 obligasi di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni Obligasi Berkelanjutan I OKI Pulp & Paper Mills Tahap I Tahun 2024, Obligasi USD Berkelanjutan I OKI Pulp & Paper Mills Tahap IV Tahun 2024, dan Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I OKI Pulp & Paper Mills Tahap IV Tahun 2024.

Ketiga obligasi tersebut dicatatkan oleh PT OKI Pulp & Paper Mills pada Selasa, 21 Mei 2024. Obligasi Berkelanjutan I OKI Pulp & Paper Mills Tahap I Tahun 2024 dicatatkan dengan nilai nominal Rp 1,55 triliun.

Kemudian Obligasi USD Berkelanjutan I OKI Pulp & Paper Mills Tahap IV Tahun 2024 dicatatkan dengan nilai nominal USD3.900.500, dan Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I OKI Pulp & Paper Mills Tahap IV Tahun 2024 dicatatkan senilai  Rp200,48 miliar.

Hasil pemeringkatan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) dan PT Kredit Rating Indonesia untuk ketiga obligasi adalah idA+ (Single A Plus) dan idAA- (Double A Minus) dengan PT Bank KB Bukopin Tbk bertindak sebagai wali amanat.

Total Obligasi dan Sukuk yang sudah tercatat sepanjang tahun 2024 adalah 40 emisi dari 28 emiten senilai Rp41,61 Triliun. Total Obligasi dan Sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 555 emisi dari 130 emiten dengan nilai outstanding sebesar Rp463,33 triliun dan USD50,049 juta.

Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 186 seri dengan nilai nominal Rp5.983,72 triliun dan USD502,10 juta. Efek Beragun Aset (EBA) sebanyak 10 emisi senilai Rp2,97 triliun.

 

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya