7 Senjata Paling Mematikan Sepanjang Sejarah, dari Senapan Hingga Penyakit

Senapan mesin Maxim, yang dikembangkan sekitar tahun 1884, bisa menembakkan lebih dari 500 peluru per menit dan efektif pada jarak lebih dari 2.000 meter.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 01 Jun 2024, 09:25 WIB
Tentara tentara memegang senjata. (Pixabay/Stayerimpact)

Liputan6.com, Jakarta Senjata pertama yang dikenal dalam sejarah manusia muncul pada Zaman Perunggu. Sebelumnya, ada senjata seperti gada yang pada dasarnya hanya batu yang dipasang pada tongkat. Gada mungkin tidak begitu berguna untuk berburu, tetapi sangat efektif untuk melukai atau membunuh manusia lain. Pada Zaman Perunggu, pedang pertama kali digunakan. Sejak saat itu, senjata terus dikembangkan agar lebih mematikan dan sulit dilawan oleh musuh.

Saat ini, salah satu contoh senjata paling canggih adalah drone bersenjata. Drone adalah pesawat tanpa awak yang bisa terbang tinggi selama berjam-jam dan menembakkan rudal ke targetnya. Operator drone mungkin tampak seperti seorang yang sedang memainkan video game perang. Tapi kenyataannya, operator drone juga bisa mengalami stres yang sama seperti tentara di medan perang.

Dari zaman batu hingga zaman roket, senjata perang telah banyak berubah. Artikel ini akan membahas beberapa senjata paling mematikan yang pernah dibuat dalam sejarah, dan bagaimana evolusi senjata-senjata ini mencerminkan tujuan utama dari pembuatannya, yaitu memaksimalkan kerusakan pada musuh sambil melindungi penggunanya. Berikut daftar senjata paling mematikan yang pernah dibuat sepanjang sejarah peradaban manusia yang Liputan6.com lansir dari laman britannica.com, Sabtu (31/5/2024).


1. Senapan Mesin Maxim

Dilansir dari laman media KCNA, latihan ini merupakan demonstrasi perdana dari sistem pengendalian senjata nuklir yang disebut ‘Haekbangashoe’ atau pemicu nuklir. (STR / KCNA VIA KNS / AFP)

Pada abad ke-19, terjadi revolusi dalam teknologi senjata api. Senjata menjadi lebih presisi dan jarang gagal tembak berkat tutup perkusi dan amunisi kartrid. Bubuk tanpa asap yang baru juga terbakar lebih bersih dan merata. Hiram Maxim adalah orang pertama yang menggabungkan semua inovasi ini menjadi satu senjata.

Senapan mesin Maxim, yang dikembangkan sekitar tahun 1884, bisa menembakkan lebih dari 500 peluru per menit dan efektif pada jarak lebih dari 2.000 meter. Senapan ini sangat efektif dan banyak digunakan oleh tentara Eropa sebelum Perang Dunia I. Di medan perang, senapan Maxim terbukti sangat mematikan, seperti terlihat pada Pertempuran Somme di mana lebih dari 20.000 tentara Inggris tewas dalam satu hari karena serangan terhadap pertahanan Jerman yang menggunakan senapan Maxim.

2. Senjata Nuklir

Senjata nuklir adalah senjata paling mematikan yang pernah dibuat. Mereka memiliki kemampuan untuk menyebabkan kehancuran besar-besaran yang bisa mengakibatkan kepunahan manusia. Bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang, menewaskan 70.000 orang seketika, dengan puluhan ribu lainnya meninggal karena penyakit radiasi dalam beberapa bulan dan tahun berikutnya. 

Bom tersebut memiliki daya ledak setara dengan 15.000 ton TNT. Sebagai perbandingan, misil nuklir modern seperti RS-28 Sarmat dari Rusia bisa membawa muatan 2.000 kali lebih kuat. Meskipun perjanjian internasional telah mengurangi jumlah senjata nuklir, diperkirakan masih ada sekitar 15.000 senjata nuklir di dunia, dengan lebih dari 90% dimiliki oleh Amerika Serikat dan Rusia.


3. Kavaleri Kejut

ilustrasi Kavaleri Kejut. (Photo by YASIN AKGUL/AFP)

Kavaleri kejut atau kesatria berkuda mengubah cara berperang di Eropa secara drastis. Perubahan ini terjadi berkat beberapa inovasi seperti pelana perang, sanggurdi besi, dan tapal kuda besi. Pada abad ke-12, kesatria berkuda dengan baju zirah menjadi kekuatan dominan di medan perang. 

Sistem feodalisme mendukung kekuatan mereka, dengan para kesatria mendapatkan tanah dan kekuasaan sebagai imbalan atas layanan militer mereka. Namun, inovasi seperti tombak panjang yang digunakan oleh infanteri Swiss dan busur panjang Welsh mengubah dominasi ini. Pada pertempuran seperti Morgarten, Poitiers, dan Agincourt, infanteri berhasil mengalahkan pasukan kesatria, menunjukkan bahwa infanteri dari kelas sosial rendah bisa mengalahkan kavaleri yang lebih bergengsi.

4. Greek Fire dan Napalm

Greek fire adalah senjata mematikan yang pertama kali digunakan oleh orang-orang Bizantium. Konsep dasar dari senjata ini adalah keinginan untuk membakar musuh dari jarak jauh. Formula asli Greek fire sangat dirahasiakan sehingga hingga kini masih belum diketahui. Greek fire sangat efektif dalam pertempuran dan membantu memperpanjang keberlangsungan Kekaisaran Bizantium.

Versi modern dari Greek fire adalah napalm, yang pertama kali digunakan selama Perang Dunia II. Bom napalm digunakan dalam pengeboman Sekutu di Dresden (13-15 Februari 1945) dan pengeboman Tokyo (9-10 Maret 1945). 

Serangan di Dresden menewaskan setidaknya 25.000 orang dan menghancurkan pusat budaya Eropa, sementara serangan di Tokyo menewaskan setidaknya 100.000 warga sipil dan menghancurkan setengah dari ibu kota Jepang. Meskipun serangan ini dianggap sebagai kejahatan perang oleh beberapa kritikus, para perencana Sekutu membelanya sebagai bagian penting dari upaya perang secara keseluruhan.

 


5. Senapan

Senjata sniper SPR 2 atau senapan penembak runduk yang dapat menembak target dengan jarak 2 kilometer buatan Pindad ini membuat KKB ketar-ketir. (dok: Pindad)

Sebelum abad ke-19, senjata infanteri yang digunakan adalah musket dengan laras halus yang diisi dari moncongnya. Meskipun musket bisa menembakkan peluru kaliber besar hingga 200 yard, akurasinya sangat buruk. Peluru musket harus dimuat longgar agar bisa diisi dengan cepat, menyebabkan peluru bergetar di dalam laras dan terbang tidak menentu setelah ditembakkan.

Upaya awal untuk membuat laras beralur (rifling) tidak berhasil karena peluru bulat harus dimasukkan dengan paksa ke dalam laras beralur. Solusi untuk masalah ini ditemukan oleh perwira tentara Prancis, Claude-Étienne Minié. Ia merancang peluru berbentuk kerucut yang dikenal sebagai peluru Minié, yang dapat mengembang dan menyesuaikan dengan alur laras saat senjata ditembakkan. Inovasi ini meningkatkan jangkauan dan akurasi senapan tanpa mengurangi kecepatan pengisian.

Kerugian besar selama Perang Saudara Amerika sebagian disebabkan oleh kegagalan para komandan untuk memahami peningkatan mematikan senjata yang digunakan oleh pasukan mereka. Inovasi desain seperti senjata yang diisi dari belakang, bubuk tanpa asap, dan amunisi kartrid membuat senapan semakin mematikan. Penggunaan alur pada meriam medan juga meningkatkan jangkauan, akurasi, dan daya mematikan senjata besar.

Pengembangan senapan serbu selama Perang Dunia II mengubah perang infanteri dengan meningkatkan volume tembakan dan manuver cepat oleh unit-unit kecil. Senapan serbu AK-47 mungkin adalah senjata militer paling terkenal di abad ke-20. Senjata ini diadopsi oleh berbagai gerakan gerilya, militan, dan revolusioner, dengan perkiraan sekitar 100 juta AK-47 beredar di awal abad ke-21.


6. Kapal Selam

Pemandangan fregat tentara Kolombia saat latihan militer 70 mil laut (130 kilometer) dari Cartagena, Kolombia, 28 Februari 2022. Kolombia dan AS memulai latihan militer di Karibia yang mencakup kegiatan dengan kapal selam nuklir. (PRENSA ARMADA DE COLOMBIA/Colombian National Navy/AFP)

Kapal selam awal lebih berbahaya bagi awaknya sendiri dibandingkan dengan target yang diinginkan. Kapal selam Konfederasi H.L. Hunley tenggelam berulang kali sebelum berhasil menenggelamkan kapal Uni Housatonic dengan torpedo tombak. Namun, keberhasilan ini berujung pada tenggelamnya Hunley lagi dengan hilangnya seluruh awak. 

Pada akhir abad ke-19, kemajuan dalam mesin berbahan bakar bensin dan motor listrik berhasil mengatasi masalah propulsi kapal di atas dan di bawah air, serta perbaikan desain yang meningkatkan ketahanan kapal. Pada Perang Dunia I, semua kekuatan angkatan laut utama menggunakan kapal selam dalam armada mereka, tetapi kapal selam Jerman, atau U-boat, memiliki pengaruh besar terhadap hasil perang. 

U-boat menenggelamkan lebih dari 10 juta ton kapal sekutu, dan praktik Jerman tentang perang kapal selam tanpa batas—terutama penenggelaman kapal Inggris Lusitania—berkontribusi pada masuknya Amerika Serikat ke dalam perang. U-boat memainkan peran serupa selama Perang Dunia II, hampir memutus jalur penting antara Inggris dan Amerika Serikat. Meskipun beberapa kapal selam modern dibangun untuk berfungsi dalam kapasitas antikapal, kekuatan destruktif kapal selam serang tidak sebanding dengan kapal selam misil balistik. 

Kapal selam misil balistik kelas Ohio milik AS dilengkapi untuk membawa hingga 24 misil Trident (meskipun jumlah ini dikurangi oleh perjanjian), masing-masing misil dilengkapi dengan hingga 10 hulu ledak nuklir, dan setiap hulu ledak individu dirancang untuk menghasilkan ledakan 475 kiloton. Kapal-kapal ini pada dasarnya adalah "Perang Dunia II dalam satu kapal," mampu memberikan dampak setara dengan hampir 8.000 ledakan Hiroshima dari jarak hampir 2.250 km.


7. Senjata Biologi

Ilustrasi virus Covid-19 yang merajalela di Indonesia. /pixabay.com Geralt

Dalam sejarah konflik bersenjata, penyakit sering kali merenggut lebih banyak nyawa daripada pertempuran. Memperkenalkan agen infeksi secara sengaja ke medan perang adalah strategi yang sangat berisiko, karena senjata biologi cenderung lebih tak terduga dibandingkan senjata kimia. Virus dan bakteri tidak membedakan berdasarkan seragam, lambang, atau kesetiaan. Pada tahun 1346, pembela Genoa di Kaffa (sekarang Feodosiya, Ukraina) bertahan dari pengepungan Mongol yang berlangsung lebih dari setahun. 

Ketika penyakit mulai melanda pasukan pengepung, orang-orang Mongol merespons dengan melemparkan mayat yang terinfeksi wabah ke dalam kota. Warga Genoa yang melarikan diri dari epidemi ini tanpa sengaja membawa wabah ke Eropa; antara tahun 1347 dan 1351, Wabah Hitam merenggut 25 juta nyawa. Senjata biologi dilarang di bawah Protokol Jenewa tahun 1925, tetapi Jepang menggunakan senjata biologi di Cina dan melakukan program eksperimen yang membunuh lebih dari 3.000 manusia sebagai subjek uji coba. 

Konvensi Senjata Biologi (BWC) dimaksudkan untuk membatasi pengembangan dan penyimpanan agen biologi, tetapi terungkap bahwa Uni Soviet telah melakukan program senjata biologi rahasia besar-besaran sejak hari mereka menandatangani perjanjian tersebut pada tahun 1972. Tanpa sistem inspeksi dan penegakan yang invasif, BWC lebih berfungsi sebagai pernyataan norma global mengenai senjata perang daripada sebagai larangan nyata terhadap agen biologi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya