Liputan6.com, Moskow - Sejumlah pemimpin dunia menunjukkan dukungannya terhadap Donald Trump, yang pada Kamis (30/5/2024), divonis bersalah atas 34 dakwaan terkait pemalsuan dokumen bisnis untuk menutupi suap kepada bintang porno Stormy Daniels menjelang Pilpres AS 2016, di mana dia mencalonkan diri.
Trump dan Daniels terlibat skandal seks saat sang presiden ke-45 Amerika Serikat (AS) itu terikat pernikahan dengan Melania.
Advertisement
Rusia, termasuk yang mendukung Trump. Kremlin pada Jumat (31/5) mengatakan bahwa putusan atas kasus Trump menunjukkan upaya pemerintahan Joe Biden untuk menyingkirkan lawan politiknya.
"Jika kita berbicara tentang Trump, faktanya adalah eliminasi saingan politik dengan segala cara, legal dan ilegal, adalah jelas," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov seperti dilansir The Guardian, Minggu (2/6).
"Hal ini terlihat jelas bagi semua orang, bagi seluruh dunia, dengan mata telanjang."
Dari Hungaria, Perdana Menteri Viktor Orban, mengatakan, "Saya tahu Presiden @realDonaldTrump adalah orang yang terhormat. Sebagai presiden, dia selalu mengutamakan AS, dia dihormati di seluruh dunia dan menggunakan rasa hormat ini untuk membangun perdamaian. Biarkan rakyat mengambil keputusannya di bulan November ini! Teruslah berjuang, Tuan Presiden!"
Wakil Perdana Menteri Italia Matteo Salvini yang dikenal anti-imigran menyatakan solidaritas dan dukungan penuh untuk Trump, yang dia sebut sebagai korban pelecehan hukum dan proses yang bersifat politik.
Salvini menambahkan, "Di Italia, sayangnya kita sudah familiar dengan penggunaan sistem peradilan yang dilakukan oleh kelompok sayap kiri, mengingat selama bertahun-tahun telah dilakukan upaya untuk melenyapkan lawan politik melalui jalur hukum. Saya berharap Trump menang; hal ini akan menjadi jaminan keseimbangan dan harapan yang lebih besar bagi perdamaian dunia."
Pilpres AS pada November mendatang kembali mempertemukan Trump dan Biden.
Respons Sekutu
Para sekutu lama AS mengambil sikap yang lebih menghormati proses peradilan Negeri Paman Sam.
Pemimpin oposisi dan calon perdana menteri Inggris, Keir Starmer, mengatakan jika Partai Buruh memenangkan kekuasaan dalam pemilu Inggris pada tanggal 4 Juli, pemerintahannya akan bekerja dengan siapa pun yang dipilih warga AS.
"Tentu saja kami menghormati keputusan pengadilan, pengadilan independen – ada sedikit proses yang harus dilalui dalam menjatuhkan hukuman dan mengajukan banding," kata Starmer kepada BBC Radio Scotland.
Dia menambahkan, "Tentu saja, jika kami mendapat hak istimewa untuk menjabat, kami akan bekerja dengan siapa pun yang mereka pilih sebagai presiden."
Sementara itu, Sekretaris Kabinet Jepang Yoshimasa Hayashi menyatakan, "Kami menahan diri untuk tidak mengomentari hal-hal yang berkaitan dengan prosedur peradilan di negara lain. Pemerintah Jepang tidak dalam posisi untuk memberikan komentar yang berasumsi mengenai dampaknya terhadap pemilihan presiden (AS). Bagaimanapun, kami terus memantau perkembangan terkait dan akan terus mengumpulkan informasi."
Advertisement
Dukungan terhadap Trump Meningkat?
Mengutip VOA Indonesia, tim kampanye Trump pada Jumat mengumumkan bahwa mereka berhasil menghimpun hampir USD 53 juta melalui sumbangan online kecil-kecilan setelah dia dinyatakan bersalah. Mereka membanggakan keputusan juri justru meningkatkan dukungan terhadapnya dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tim kampanye Trump menuturkan lebih lanjut bahwa hasil penggalangan dana tersebut setara dengan lebih dari USD 2 juta yang terkumpul setiap jam. Lebih dari sepertiga dari total jumlah itu disebut berasal dari pendukung baru kampanye.