Lebih Banyak Bahayanya, Ini Efek Samping Nikotin dalam Rokok yang Diklaim Bermanfaat

Banyak orang yang kesulitan untuk berhenti merokok karena ketagihan akan efek rasa nikmat, puas, dan fokus, yang kerap dianggap sebagai manfaat merokok.

oleh Arie Nugraha diperbarui 03 Jun 2024, 16:00 WIB
Sejumlah batang rokok ilegal diperlihatkan petugas saat rilis rokok ilegal di Kantor Direktorat Jenderal Bea Cukai, Jakarta, Jumat (30/9). Rokok ilegal ini diproduksi oleh mesin dengan total produksi 1500 batang per menit. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Bandung - Merokok merupakan kebiasaan buruk yang masih banyak dilakukan banyak orang. Padahal, bahaya merokok sudah banyak disosialisasikan, bahkan tertera pada kemasan rokok itu sendiri.

Soalnya, rokok tidaklah sekadar diisap lalu asapnya masuk ke dalam paru-paru, tetapi zat adiktif di dalamnya juga bisa mencapai otak dan memengaruhi cara kerja tubuh.

Menurut keterangan dr. Kevin Adrian dilansir Alo Dokter, banyak orang yang kesulitan untuk berhenti merokok karena ketagihan akan efek rasa nikmat, puas, dan fokus, yang kerap dianggap sebagai manfaat merokok.

"Manfaat merokok yang diklaim oleh para perokok adalah bisa meningkatkan energi dan fokus. Namun, hal tersebut tidak sebanding dengan risiko gangguan kesehatan yang didapatkan," jelas Adrian dicuplik Jumat, 31 Mei 2024.

Dibandingkan manfaatnya, Adrian bahaya merokok jauh lebih besar karena bisa menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari gangguan paru-paru, penyakit jantung, hingga kanker.

Rokok banyak digemari karena berbagai efek yang kerap dirasakan penikmatnya. Hal ini karena rokok terbuat dari tembakau, yakni tanaman yang mengandung zat adiktif nikotin.

Berikut adalah efek samping nikotin dalam rokok yang sering kali disalahartikan sebagai manfaat merokok:

1. Memberikan kenikmatan

Saat merokok, nikotin masuk ke tubuh dan mencapai otak hanya dalam 10 detik. Nikotin yang terkandung dalam rokok ini kemudian memicu otak agar melepas hormon dopamin.

Nah, hormon inilah yang bisa membuat seseorang merasakan kenikmatan atau rasa puas. Rasa nikmat ini lama-kelamaan bisa membuat perokok jadi ketagihan sehingga sulit berhenti merokok.

2. Meningkatkan suasana hati

Tidak cuma hormon dopamin, nikotin dalam rokok juga memicu pelepasan zat kimia yang bisa menimbulkan emosi positif dan sensasi nyaman, seperti beta-endorfin dan serotonin. Akibat pelepasan zat-zat inilah, seseorang jadi lebih senang, puas, dan mood-nya bagus saat merokok.

Namun, efek ini hanya bersifat sementara, ya. Dalam jangka panjang, rokok justru bisa meningkatkan risiko terjadinya berbagai gangguan mood, mulai dari depresi hingga gangguan cemas.

3. Mengurangi stres

Stres berkaitan dengan kadar hormon dopamin dalam tubuh yang menurun. Nah, merokok dianggap salah satu media untuk menghilangkan stres.

Nikotin dalam rokok memang bisa meningkatkan kadar hormon dopamin. Akan tetapi, hal ini membuat perokok jadi ketergantungan mengisap rokok untuk menghilangkan stres.

Sebenarnya, ada banyak cara lain untuk mengurangi stres selain merokok, misalnya dengan bermain bersama hewan peliharaan, mendengarkan musik, jalan-jalan di sekitar rumah, atau bahkan tidur sebentar. Cara-cara ini juga bisa memperbaiki mood, lho.

4. Menambah energi

Salah satu efek samping instan dari merokok adalah tubuh terasa lebih berenergi. Ini karena nikotin juga membuat otak melepas hormon adrenalin, yang sering kali meningkat saat seseorang sedang dalam situasi menegangkan, stres, atau menghadapi bahaya.

Pelepasan adrenalin ini membuat otot-otot tubuh berkontraksi dan terasa lebih kuat. Selain itu, detak jantung dan embusan napas pun jadi lebih cepat.

Akibatnya, tubuh jadi terasa lebih aktif dan berenergi. Inilah yang kerap disalahpahami sebagai manfaat merokok.

Cara sehat untuk menambah energi tentu bukan dengan merokok, tetapi mengonsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga, dan tidur setidaknya 7 jam setiap malam.

5. Meningkatkan konsentrasi

Pelepasan hormon adrenalin yang terjadi saat seseorang merokok tidak hanya membuat tubuh jadi lebih bersemangat, tetapi pikiran juga bisa jadi lebih fokus. Namun, ini bukanlah hal yang sepenuhnya baik.

Selain hanya terjadi sementara, efek ini juga bisa berkurang, sehingga akan membuat seseorang merasa perlu lebih banyak rokok agar bisa tetap berkonsentrasi.

Sebenarnya, ada berbagai hal lain yang bisa kamu coba untuk meningkatkan fokus tanpa merokok. Misalnya, tidur dan istirahat yang cukup, melakukan meditasi, atau tidur siang sejenak (power nap).

 

Simak Video Pilihan Ini:


Manfaat Merokok Tidak Sebanding dengan Bahayanya

Berbagai manfaat merokok di atas bersifat sementara karena sebenarnya merupakan efek samping nikotin. Di sisi lain, zat adiktif ini justru bisa membuat perokok jadi kecanduan.

"Hal ini kerap membuat perokok kesulitan berhenti karena mereka jadi merasakan gejala putus nikotin, seperti mudah marah dan cemas, susah tidur, sampai depresi," kata Adrian.

Selain nikotin, bahaya merokok juga berasal dari zat kimia lain yang terkandung dalam rokok, seperti karbon monoksida, tar, dan arsenik.

Bahkan, setidaknya ada 250 zat berbahaya dalam rokok, lho. Berikut adalah berbagai bahaya permanen yang bisa ditimbulkan zat-zat tersebut:

- Kanker, termasuk kanker paru-paru

- Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

- Bronkitis

- Stroke

- Serangan jantung

- Penyakit asam lambung (GERD)

- Impotensi

Berbagai bahaya ini menunjukkan bahwa manfaat merokok tidaklah sebanding dengan risiko yang ditimbulkannya.

Bukan hanya berbahaya untuk perokok sendiri, asap rokok juga bisa mengganggu kesehatan orang lain di sekitarnya.

"Asap rokok bisa menyebar di sebuah ruangan dan terhirup oleh orang lain selain perokok itu sendiri. Akibatnya, orang lain bisa menjadi perokok pasif dan berisiko mengalami bahaya merokok di atas. Bahkan, bahaya asap rokok juga bisa dialami oleh ibu hamil dan janinnya, serta anak-anak," ungkap Adrian.

Pada ibu hamil, bahaya asap rokok bisa meningkatkan risiko terjadinya keguguran atau bayi terlahir cacat.

Sementara pada anak-anak, asap rokok bisa meningkatkan risiko terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), pneumonia, hingga gangguan tumbuh kembang.

"Anda sebaiknya jangan terlalu cepat tergiur dengan manfaat merokok, ya. Menimbang berbagai manfaat maupun bahaya di atas, cara terbaik untuk menghindarinya adalah dengan tidak merokok sama sekali," tegas Adrian.

Jika Anda telanjur terbiasa mendapatkan manfaat merokok di atas, upayakan untuk berhenti merokok. Hal ini mungkin sulit dilakukan, apalagi kalau Anda sudah kecanduan nikotin.

Agar keberhasilannya lebih besar, Anda bisa meminta bantuan dokter atau psikolog. Anda bisa mulai dengan chat dokter untuk berkonsultasi tentang tips berhenti merokok.

 


HPHC Dalam Rokok

Sementara itu dr. Sienny Agustin dilaman yang sama menyebutkan bahwa rokok mengandung ribuan zat berbahaya dan berpotensi berbahaya (harmful and potentially harmful constituents, HPHC) yang dapat memicu berbagai masalah kesehatan di kemudian hari.

"Salah satu kandungan yang paling banyak diketahui ada di dalam rokok adalah nikotin," ungakp Agustin.

Nikotin dikenal dapat memberikan efek adiksi atau kecanduan. Efek inilah yang membuat perokok sulit berhenti merokok dan kerap mengalami gejala putus nikotin bila menghentikan kebiasaan tersebut secara tiba-tiba.

Menurut US Food and Drug Administration (US FDA), nikotin termasuk dalam reproductive or developmental toxicant (RDT) yang dapat mengganggu perkembangan janin pada ibu hamil dan anak-anak.

Akan tetapi, US FDA juga menyatakan bahwa nikotin bukanlah penyebab utama berbagai penyakit terkait kebiasaan merokok.

"Faktanya, berbagai HPHC lain yang terkandung di dalam rokok dan asapnyalah yang menjadi penyebab berbagai penyakit tersebut," terang Agustin.

Berikut ini adalah sejumlah HPHC yang terdapat dalam asap rokok dengan kadar yang cukup tinggi, yaitu:

1. Karbon monoksida

Senyawa ini dapat menurunkan kadar oksigen di dalam tubuh, sehingga fungsi jantung akan menurun dan kinerja paru-paru terganggu. Akibatnya, tubuh akan terasa lemas dan kepala pun terasa pusing.

Dalam jangka panjang, karbon monoksida dapat menyebabkan penurunan fungsi berbagai organ tubuh dan memicu koma atau bahkan kematian.

2. Benzena

Zat kimia ini merupakan residu atau sisa hasil pembakaran rokok. Bila terpapar benzena dalam jangka panjang, dapat menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang dan berdampak pada menurunnya produksi sel darah merah dalam tubuh.

Jika jumlah sel darah merah berkurang, risiko terkena anemia akan meningkat. Benzena juga dapat merusak sel darah putih, sehingga daya tahan tubuh bisa melemah.

3. Acrolein

Akrolein (2-propenal) dapat ditemukan di dalam berbagai jenis makanan yang dimasak. Senyawa ini terbentuk dari karbohidrat serta lemak nabati dan hewani selama proses pengolahan makanan dengan cara dibakar.

Pembakaran rokok menghasilkan akrolein dengan konsentrasi yang sama atau melebihi total paparan akrolein dari semua sumber lain.

Paparan akrolein dalam jangka panjang dapat memicu peradangan dan kanker pada saluran pernapasan serta meningkatkan risiko penyakit jantung.

4. 1,3-butadiene

Senyawa kimia yang satu ini mungkin jarang terdengar atau jarang diketahui ada di dalam sebatang rokok.

Padahal, 1,3-butadiene merupakan salah satu senyawa kimia berbahaya, sebab bersifat teratogenik atau bisa menyebabkan cacat pada manusia. Senyawa ini juga bersifat karsinogen yang dapat memicu terjadinya kanker.

Selain nikotin dan beberapa jenis HPHC di atas, ada pula senyawa kimia berbahaya lain yang juga terkandung di dalam rokok dan asapnya, seperti hidrogen sianida, formaldehida, timbal, arsenik, amonia, unsur radioaktif polonium-210, nitrosamine khusus tembakau (TSNAs), dan hidrokarbon aromatik polisklik (PAH).

 


HPHC di Berbagai Produk Tembakau

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, berbagai HPHC di atas terkandung dalam asap dari rokok yang dibakar.

Dengan semakin banyaknya penggunaan produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan dan rokok elektrik atau vape, muncul pertanyaan apakah produk-produk tembakau alternatif tersebut juga mengandung HPHC yang sama? Jawabannya adalah ya, tetapi dalam kadar yang berbeda.

"Produk tembakau alternatif menghasilkan HPHC dengan kadar yang jauh lebih rendah daripada rokok karena tidak adanya pembakaran dalam proses konsumsinya," tutur Agustin.

Berikut ini adalah beberapa perbedaan kandungan HPHC pada produk tembakau alternatif:

- Rokok konvensionalDari 7000 bahan kimia yang terkandung dalam rokok konvensional, 93 di antaranya digolongkan oleh FDA sebagai HPHC yang dapat memicu berbagai penyakit terkait merokok.

- Rokok elektrik atau vapeSebagian besar rokok elektrik masih mengandung nikotin, baik yang dihasilkan melalui ekstraksi maupun sintetis. Selain nikotin, cairan rokok elektrik tersebut juga mengandung gliserin, propilen glikol, dan perasa.

Berbeda dengan rokok pada umumnya, rokok elektrik menggunakan sumber panas listrik yang memanaskan cairan vape untuk menghasilkan aerosol yang kemudian dihirup oleh penggunanya.

- Produk tembakau yang dipanaskan atau heated tobacco productsHampir serupa dengan vape, produk tembakau yang dipanaskan juga menggunakan sistem pemanasan dalam penggunaannya. Hanya saja, produk ini memanaskan tembakau asli, bukan cairan nikotin seperti pada vape.

Dalam penggunaannya, tembakau tersebut dipanaskan pada suhu maksimum sekitar 350 derajat Celcius menggunakan alat elektrik khusus untuk menciptakan aerosol yang dihirup oleh pengguna.

Suhu tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan proses pembakaran pada rokok yang suhunya bisa lebih dari 800 rejat Celcius. Dengan tidak adanya pembakaran ini, aerosol yang dihasilkan produk tembakau yang dipanaskan mengandung jenis dan kadar HPHC yang jauh lebih rendah.

 


Penyakit Akibat Rokok

Sebagai senyawa kimia berbahaya, HPHC dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan bila masuk ke dalam tubuh atau terpapar dalam jangka waktu cukup lama. Berikut ini adalah beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh HPHC:

1. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (chronic obstructive pulmonary disease, COPD)

COPD atau lebih dikenal dengan istilah penyakit paru obstruktif kronis adalah kondisi yang rentan dialami oleh perokok, baik aktif maupun pasif. Bahkan, sekitar 85–90% kasus PPOK disebabkan oleh menghirup HPHC pada asap rokok dalam jangka panjang.

Ketika seseorang menghirup asap rokok, HPHC dapat menyebabkan jaringan dinding saluran pernapasan dan paru-paru mengalami peradangan dan pembengkakan. Seiring waktu, kondisi ini dapat membuat saluran napas dan paru-paru tidak dapat berfungsi dengan baik.

2. Penyakit kardiovaskluar (cardiovascular diseases, CVD)

Kebiasaan merokok juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung dan stroke. Hal ini dapat terjadi karena kandungan HPHC di dalam rokok dapat menyebabkan penebalan dinding jantung dan penggumpalan darah di pembuluh arteri.

Akibatnya, kinerja jantung semakin berat dan suplai darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh menjadi terhambat.

3. Kanker paru-paru

Berbagai kandungan HPHC di dalam rokok bersifat karsinogen, yaitu dapat memicu pertumbuhan sel kanker dan salah satunya adalah kanker paru-paru. Hal ini dapat terjadi lantaran HPHC yang masuk ke dalam tubuh saat merokok bisa memicu kerusakan sel yang melapisi paru-paru.

Seiring waktu, kerusakan tersebut dapat memicu pertumbuhan sel abnormal di sekitar paru-paru dan terjadilah kanker. Bukan hanya perokok aktif, perokok pasif pun bisa berisiko tinggi mengalami kanker paru-paru bila terpapar dalam jangka panjang.

4. Gangguan gigi dan mulut

Salah satu masalah gigi dan mulut yang kerap dialami oleh perokok aktif adalah perubahan warna pada gigi dan bau napas tidak sedap. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh HPHC yang terkandung di dalam rokok.

Dalam jangka panjang, beragam kandungan HPHC dalam rokok juga dapat menyebabkan penumpukan plak dan terbentuknya karang gigi.

Bila dibiarkan tanpa penanganan, HPHC dapat memicu kerusakan pada lapisan tulang dan jaringan gigi serta membuat gigi dan gusi rentan mengalami infeksi atau bahkan kanker mulut.

Selain beberapa penyakit di atas, merokok juga dapat meningkatkan risiko munculnya penyakit mata dan masalah pada sistem kekebalan tubuh, termasuk rheumatoid arthritis, serta penyakit kronis seperti diabetes.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya