Liputan6.com, New Delhi - Setidaknya 33 petugas pemungutan suara pada pemilu India meninggal pada hari terakhir pemungutan suara.
Hal ini disebabkan oleh suhu panas di satu negara tersebut, kata seorang pejabat tinggi pemilu pada Minggu (2/6/2024).
Advertisement
Meskipun ada laporan tentang banyaknya kematian akibat gelombang panas yang hebat -- dengan suhu di atas 45 derajat Celsius -- puluhan staf yang meninggal dalam satu hari menandai jumlah korban yang sangat mengerikan.
Departemen Meteorologi India (IMD) mengatakan, suhu di Jhansi di Uttar Pradesh mencapai 46,9 derajat Celsius, dikutip dari laman Channel News Asia, Minggu (2/6).
Navdeep Rinwa, kepala petugas pemilu untuk negara bagian utara Uttar Pradesh, tempat pemungutan suara tahap ketujuh dan terakhir berakhir mengatakan bahwa 33 personel pemungutan suara meninggal karena panas.
Angka tersebut termasuk petugas keamanan dan staf sanitasi.
"Kompensasi uang sebesar 1,5 juta rupee akan diberikan kepada keluarga korban," kata Rinwa kepada wartawan.
Para ahli mengatakan, ketika seseorang mengalami dehidrasi, paparan panas ekstrem akan mengentalkan darah mereka dan menyebabkan organ-organ tubuh mati.
Pengakuan Wisatawan Terkait Suhu Panas
Uzma Kagzi, seorang wisatawan dari Gujarat yang berkunjung ke New Delhi mengatakan;
"Saya memakai topi untuk melindungi kepala, karena kepala saya terasa sakit akibat panas. Anak perempuan saya juga merasa sakit. Dia sudah minum obat selama beberapa hari."
Beberapa bagian di ibu kota India melaporkan suhu hingga 49,9 derajat Celsius pada Selasa (28/5).
Lalu, biro cuaca mengatakan bahwa suhu tersebut sembilan derajat lebih tinggi dari perkiraaan.
Negara bagian di dekatnya, Punjab dan Haryana, juga mengalami lonjakan suhu, di mana satu tempat di Rajasthan mencapai suhu 50 derajat Celsius.
India menyatakan sebuah gelombang panas, ketika suhu berada di atas 45 derajat Celsius.
“Karena panas, kondisi kami menjadi lebih buruk dari yang sudah buruk. Tidak ada kelegaan, bahkan kadang-kadang dari tempat teduh. Saya harus meminum air lima sampai enam liter di siang hari," kata Satish Kumar, seorang sopir.
Advertisement
Bertepatan dengan Pemilu India
Panas ekstrem di India utara telah bertepatan dengan pemilu selama enam pekan, yang menaikkan risiko kesehatan karena orang-orang harus antre panjang untuk memberikan suara mereka. Pemungutan suara sendiri berakhir pada Sabtu (1/6).
Cuaca panas biasanya melanda sebagian besar wilayah India pada April, Mei dan Juni, sebelum hujan dari musim hujan datang untuk membawa suhu lebih sejuk.
Tetapi panas ekstrem secara cepat menjadi krisis kesehatan di India, dengan kondisi cuaca hangat menjadi lebih buruk dalam satu dekade terakhir dan biasanya diiringi dengan kekurangan air yang parah.